31. Karin

21.4K 3.8K 255
                                    

"Lo udah kurang ajar ya sama gue. Rasain ini!"

Maudy geleng-geleng.

Dasar Melly kurang kerjaan, ngapain juga ngejambakin orang kayak gini.

"Tante? Ngapain sih? Mau pdkt ya? Aku gak kesakitan ini, yang ada Keheranan."

Melly berhenti menjambak, cewe itu ganti mencekik Maudy.

Maudy yang belum siap akan serangan Melly melotot kaget.

"Ya Allah tante, lepas gak!" Maudy berteriak kesakitan.

Kurang aja nih nenek gayung!

"Tante!" Maudy kembali berteriak, kali suaranya lebih keras.

Tok tok

"Dek!"

Melly refleks melepaskan cekikan di leher Maudy.

Maudy yang terlepas segera mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Dadanya terengah-engah. Dengan menjauhkan diri, Maudy menunjuk Melly lemah.

"Bener-bener si setan, titisan enyang Qorun! Astaghfirullah." Maudy geleng-geleng.

Melly memberikan tatapan mematikan, lalu setelahnya dia sembunyi di balkon kamar.

"Dek!"

Maudy menoleh pada pintu yang dikunci. Cewe itu menghela nafas. "Bener-bener anak sholehah. Selalunya ada yang nolongin," gumamnya.

Maudy beranjak, membuka pintu kamar dan menemukan Argan di depan kamar.

"Kamu kenapa?" tanya Argan to the point.

Maudy berdehem, mengernyit keheranan pada Argan. "Kenapa, kenapa?"

"Tadi kamu teriak, keras banget suaranya. Padahal kamar kamu kedap suara."

Maudy menggaruk rambutnya. "Gak ada tuh, aku teriak. Salah denger kali," sangkal Maudy.

Argan menggeleng tak percaya. "Coba kakak cek."

Argan masuk ke dalam kamar, Maudy ikut membuntuti.

Ah udahlah, mau Melly ketauan apa enggak, Maudy masa bodo.

"Kok jendelanya dibuka dek. Dingin." Argan mengecek balkon.

Kosong.

Padahal ada Melly, tapi ... cewe itu terlalu pintar bersembunyi.

Argan berbalik setelah mengunci jendela balkon.

Maudy memperhatikan Argan yang mengahadap ke arahnya.

"Kayaknya kamu bener. Abang salah denger," ujar Argan.

Maudy mengangguk sekali.

"Ya udah, abang mau pergi. Mau ikut?"

Maudy menoleh pada jam dinding.

07.50 PM

"Ikuttt!!" seru Maudy meringis lebar.

Argan terkekeh melihat wajah menggemaskan adiknya, cowo itu mengacak rambut Maudy.

"Siap-siap gih. Abang tunggu di bawah."

"Oke."

Argan keluar kamar, Maudy pun bergegas bersiap diri.

Maudy mencuci wajahnya, lalu memperhatikan lehernya yang sedikit memar.

"Syukur tadi abang gak ngeh," gumam Maudy, lalu melanjutkan mencuci wajah.

...

Maudy meninggalkan kamar, dan dia lupa.

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang