19. Terabaikan

29.2K 4.5K 577
                                    

"Berapa semuanya?"

"Empat juta lapan ratus."

"Lho? Mahal ya." Maudy memutar kamera kecil di tangannya.

"Padahal kecil gini."

Zidan berdecak. "Lo kan mintanya yang kecil banget, bisa on 24jam, bisa ngerekam suara jarak jauh juga. Jadi ya, wajar lah. Lagian itu udah yang paling murah," jelas Zidan.

Maudy geleng-geleng takjub. "Ini udah yang paling murah?" Maudy menunjukan lebih dekat kamera di tangannya ke depan wajah Zidan. "Yang mahal gimana kualitasnya?"

"Yang penting gak kaleng-kaleng," sahut Zidan, dengan menjauhkan wajahnya dari kamera yang Maudy pegang.

Maudy mendelik. Zidan nih ...

"Tapi ini beneran jos markojos kan Put?"

Zidan mengangguk.

"Iya. Percaya sama gue, itu udah yang paling hebat."

"Hebat kayak super dede gak?"

Zidan berdecak. Cewenya itu, masih saja suka sama super dede.

"Gak. Hebatnya kayak Ronaldowati," pungkas Zidan kesal.

Maudy memicing. "Ih kamu beneran udah baligh ya? Udah tau mana yang lebih matang, lebih cakep, lebih wow." Maudy merapihkan kerudungnya. "Aku mah apa atuh, rempahan rempeyek" oceh Maudy.

Zidan menghela nafas.

"Mau se-wow apapun dia. Hati, jantung, ginjal dan usus gue udah penuh sama cinta lo, jadi, gak usah cemburu-cemburu gitu. Butek tambah butek tuh wajah," jengkel Zidan.

Maudy berkedip, senyuman malu-malu muncul.

Cewe berbaju identitas merah batik itu, melipat bibir ke dalam. "Masa sih? Ciyusan gak?"

Zidan mengangguk. Cowo itu sok tegar, sok dingin, sok hebat padahal dalam hati, dirinya juga ketar-ketir.

"Aaa Puput. Kawin aja udah yuk kita."

Zidan memandang Maudy malas. "Kawin sekarang, ntar lo gue nafkahin batu, mau?'

Maudy melunturkan senyuman malu-malunya, cewe itu cemberut, kedua tangannya dia silangkan di depan dada. "Ish Puput mah. Kan bisa ngepet, solusi cepat di saat bokek."

Zidan refleks menoyor Maudy. Maudy cengengesan.

"Bagus gak ngomong gitu?" tanya Zidan dingin.

Maudy kicep, bibirnya dia rapatkan dengan kepala menunduk.

"Gue nanya, bagus gak gitu?"

Satu gelengan Maudy lakukan.

"Jangan diulang." Maudy mengangguk, lalu melirik Zidan lewat ekor matanya.

"Awas sampe gue denger lo ngomong gitu lagi." Maudy kembali mengangguk.

"Iya, gak bakal."

Zidan diam, dengan terus memandang cewe yang menjadi alasannya merasa menjadi sosok cowo normal itu intens.

Maudy yang risih menggembungkan pipinya.

"Ish, ngeliatinnya jangan gitu ah. Nyeremin kayak Jarwo."

Zidan molotot kaget.

Jarwo katanya?

"Gue secakep gini lo samain kayak kartun?" tanyanya tak terima.

Maudy melotot. "Dih pede. Padahal mah yang ngakuin kamu cakep cuma Mama Citra," cibirnya.

Zidan hampir kena mental, cowo itu geleng-geleng tak percaya.

Mendadak Jadi UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang