Part 18

2.3K 253 17
                                    

Suasana rumah sakit tampak ramai dengan perawat dan Profesor Park yang berlari ke arah ruang rawat VVIP. Irene yang melihat Profesor Park memasuki kamar rawat anaknya langsung berlari menyusulnya. Dia takut terjadi apa-apa pada Lisa. Di otaknya sudah terbayang yang tidak-tidak. Tapi dugaannya salah. Lisa tampak sudah membuka mata bulatnya dan menatap Profesor Park dengan sayu. Irene langsung menangis haru dan menahan diri untuk menghampiri Lisa yang masih diperiksa dengan seksama oleh Profesor Park.

"Nona, coba genggam tangan saya." Kata Profesor Park memberi instruksi sambil memastikan tingkat kesadaran Lisa.

Lisa menggenggam tangan Profesor Park dengan lemah. Dokter paruh baya yang masih tampak cantik itu mengangguk paham. Irene tampak menunggu dengan was-was. Akhirnya Profesor Park selesai memeriksa Lisa dan menghampiri Irene.

"Bagaimana anakku Profesor?" Tanya Irene.

"Lisa sudah stabil sepenuhnya Nyonya Bae. Tapi kami tetap akan memantaunya. Dan alat-alatnya belum bisa dilepas karena masih harus dipantau juga." Sahut Profesor Park sambil tersenyum.

"Kamsahamnida Profesor." Irene sampai berlutut tapi Profesor Park langsung membimbing Irene berdiri. Tak pantas baginya bila Irene berlutut padanya. Dia bukan siapa-siapa.

"Nyonya Bae, jangan seperti ini. Saya hanya menjalankan tugas saya. Saya permisi dulu. Masih ada pasien yang saya tangani. Jika terjadi sesuatu bisa panggil saya Nyonya. Permisi."

Mereka saling menunduk hormat. Setelah Profesor Park pergi, Irene langsung mendekati Lisa yang kini menatapnya dengan tatapan polos seperti biasa. Irene tersenyum dan mencium keningnya lembut. Walaupun tatapannya masih sayu, tapi Irene bersyukur akhirnya Lisa kembali membuka matanya. Lisa tampak mencari sesuatu dari sorot matanya. Irene pun tersenyum. Dia tahu siapa yang anaknya cari.

"Mereka belum datang sayang. Sebentar lagi mereka datang. Sabar ya." Kata Irene.

Lisa hanya mengangguk. Dia tidak bisa bicara karena selang ventilatornya belum dilepas. Benar apa yang dikatakan oleh Irene. Anak-anaknya datang bersamaan. Di belakang mereka terlihat Wendy, Seulgi dan So Dam. Tapi Irene merasa kurang. Joy tidak terlihat. Entah kemana anak itu. Akhirnya Irene menyuruh Julien untuk mencari Joy dan Julien langsung pergi.

"Lisa ya, syukurlah." Rose menangis bahagia.

"Eonnie, aku bosan menunggu Eonnie kemarin. Tapi aku bersyukur Eonnie sudah kembali." Yeri menambahkan.

"Jangan buat kami takut Lisa ya. Teruslah bersama kami." Sambung Jisoo.

"Eonnie sangat menyayangi kamu."

Ucapan Jennie membuat Lisa menangis. Jennie dengan penuh kasih sayang menghapus air mata yang mengalir dari wajah polos Lisa. Dia merasa bersalah sudah membuat saudara-saudaranya khawatir. Bahkan dia bisa melihat ada lingkaran hitam di wajah mereka semua. Tanda mereka hampir tak pernah tidur dengan benar selama dia tidak sadarkan diri. Hanya saja dia merasa kurang. Orang pertama yang dia lihat, Joy tidak ada disini. Kemana dia pergi? Batin Lisa. Wendy mendekat dan langsung mengelus rambut panjang Lisa. Karena masih mengantuk, Lisa akhirnya tertidur lagi.

"Semuanya jangan ribut. Biarkan Lisa tidur. Karena sudah waktunya makan siang, Imo akan pesankan makanan." Kata Wendy.

"Horeeee." Sorak mereka semua.

"Eonnie, kemana Sooyoung? Bukankah tadi dia bersama Eonnie?" Tanya Wendy pada Irene.

"Memang tapi tadi Eonnie menyusul kamu yang akan bicara serius dengan Profesor Park. Jadi Sooyoung jalan duluan. Eonnie juga gak melihatnya?"

"Aku juga gak melihat Joy. Aku baru saja pulang dari dinas."

Kemana anak itu? Batin Wendy.

***

I Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang