Part 10

3.4K 310 12
                                    

Diruang rapat rumah sakit, tampak beberapa perempuan sedang menatap laporan yang membahas rumah sakit cabang. Rumah sakit lain milik Wendy banyak mendapat laporan soal para perawat atau Dokter yang banyak menolak pasien miskin. Bahkan ada laporan kalau pasien yang menengah ke bawah mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Meraka tidak mendapatkan perawatan yang seusai juga selalu diabaikan saat seharusnya mendapat pertolongan medis. Banyak juga keluhan akan banyaknya toilet rumah sakit yang kotor, makanan yang terlambat diantarkan juga para perawat yang selalu terlambat untuk datang padahal sudah dipanggil oleh pasien.

Lain jika yang datang dari kalangan atas. Semuanya selalu siap bahkan para perawat atau Dokter tampak selalu siap siaga bahkan saat mereka belum memanggil. Bisa dikatakan pelayanan kesehatan yang didapatkan seperti langit dan bumi. Banyak sekali laporan akan keluhan yang masuk ke email perusahaan. Kini Taeyeon, Yuqi, Jimin, Irene dan Seulgi diam sambil menunggu reaksi Wendy selaku pemilik rumah sakit pusat. Bahkan penanganan pasien trauma tidak sampai 10 persen. Sangat parah sekali persentasenya. Di rumah sakit pusat yang Wendy pegang saja persentase semua tindak darurat memiliki persentase yang sama. Bedah trauma bahkan memiliki tingkat paling atas.

Wendy mengacak kasar rambutnya yang dipotong pendek sebahu. Tak disangka rumah sakit cabangnya bisa seperti ini. Apa ini karena dirinya sangat jarang berada di rumah sakit cabang jadi karyawannya jadi berlaku seenaknya? Bahkan Taeyeon juga tak menyangka kondisi rumah sakit pusat seperti ini. Kini mereka sedang mencari cara untuk mengetahuinya. Apakah berita itu benar atau hanya hoax semata. Wendy tidak mau asal menuduh sebelum beritanya terbukti benar. Hanya saja mereka masih bingung bagaimana cara mencari tahu. Apakah harus salah satu dari mereka menyamar atau menyuruh orang untuk menyelidiki?

"Mungkin akan lebih baik kalau kita menyuruh orang untuk melakukannya." Usul Irene setelah beberapa lama terdiam.

"Tapi akan lebih baik kalau salah satu dari kita yang melakukannya." Taeyeon memberikan usulan lain.

"Kurasa itu bukan usul yang baik Eonnie. Wajah keluargaku sangat dikenali oleh banyak orang. Eonnie tahu kan seberapa besar pengaruh dari keluarga kami?" Kata Seulgi agak keberatan dengan usul Taeyeon.

"Lalu mau bagaimana? Kalau dibiarkan pasti akan semakin besar masalahnya. Dan pihak rumah sakit cabang akan semakin memperlakukan pasien sewenang-wenang."

Perdebatan yang lembut mulai terjadi. Wendy masih diam sambil mencari ide. Jimin juga hanya diam memperhatikan mereka yang sedang berdebat. Wendy benar-benar putar otak untuk menyelidiki kasus ini. Pandangannya tertuju pada Jimin yang terlihat hanya diam memperhatikan mereka. Saat itulah muncul sebuah ide. Dan Wendy yakin ini akan berhasil atau mungkin tidak. Dia akan bertaruh dan berharap ini berhasil. Tak ada cara lain lagi.

"Jimin ah." Panggil Wendy.

"Nde Profesor." Sahut Jimin.

"Kamu bisa makeup seseorang hingga gak bisa dikenali wajahnya?"

***

Sebuah rumah sakit tampak ramai. Seorang wanita tua tampak berjalan memakai tongkatnya untuk membantunya berjalan. Cara berjalannya yang timpang mengundang simpati orang yang lewat. Tapi lain dengan para perawat yang sedang bertugas. Bagi mereka pasti orang tua itu miskin dan akan menggunakan kartu pengobatan gratis untuk lansia. Wanita tua itu terus berjalan menuju bagian resepsionis untuk mendaftar. Bahkan sejak Nenek itu berjalan menuju resepsionis mereka sudah bersikap acuh padanya. Akhirnya Nenek itu sampai didepan resepsionis dan menyodorkan selembar kertas.

"Jeogiyo. Saya mendapat rujukan untuk rawat inap disini." Kata Nenek tua itu.

"Maaf Halmeoni. Bed kami penuh." Kata Perawat yang bertugas.

I Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang