Suasana cafe yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit tampak sepi. Para barista tampak sedang meracik kopi untuk beberapa pelanggan yang datang. Para pelayan cafe juga tampak membersihkan meja yang sempat dipakai oleh tamu lain. Irene tampak duduk di sudut cafe dengan tatapan muram. Raut wajahnya tampak lelah. Bahkan matanya berkantung tanda kurang tidur. Dia benar-benar tidak bisa tidur. Kondisi Lisa tak ada perubahan. Sekarang Seulgi terluka karena mendapat serangan dari tersangka yang dia tangkap. Untunglah lukanya tidak terlalu parah dan Seulgi juga cepat dibawa ke rumah sakit. Wendy juga berkata bila terlambat sedikit saja mungkin Seulgi sudah meregang nyawa akibat kehabisan darah.
Secangkir kopi diletakkan dihadapan Irene. Irene tersenyum pada So Dam yang membawakan kopinya. Setelahnya So Dam duduk dihadapannya dan mereka meminum kopinya bersama. So Dam sengaja mengajak Irene ke cafe untuk menenangkan pikiran. Walaupun mereka tinggal berjauhan, So Dam tahu kalau Irene selama ini selalu memendam semuanya. Bebannya cukup berat dengan menjadi Kakak sekaligus orang tua untuk Adik-adiknya dan anak-anaknya. Tapi hebatnya Irene tidak pernah mengeluh lelah atau muak. Dia dengan sabar dan penuh kasih sayang menjalani itu semua. So Dam pun kagum dengan sepupunya ini.
Tapi walaupun begitu, So Dam tahu kalau Irene pernah menangis diam-diam untuk melampiaskan emosinya. Dia tahu karena pernah melihat Irene yang menangis di sudut taman rumahnya sendirian. Saat itu So Dam kebetulan melihatnya saat ingin mengambil sekop digudang rumah Irene. Saat itulah dia sadar kalau sebenarnya Irene berusaha untuk kuat menjalani semuanya. Sekarang So Dam ingin Irene melepaskan semua beban dihatinya. Sampai dia lega.
"Kopinya enak. Apa Eonnie sering kemari?" Tanya Irene.
"Sesekali saat luang. Kamu tahu kan bekerja sebagai polisi harus siap untuk dipanggil kapanpun. Bahkan saat bebas tugas." Sahut So Dam lalu menyeruput kopinya.
"Kalau begitu aku kesini kalau aku sedang istirahat kerja." Kata Irene.
"Joohyun, ada yang kamu pikirkan selama ini?"
Irene terdiam. Tak menyangka bila sepupu jauhnya tahu jika dia memiliki beban pikiran yang berat. Seharusnya dia tahu kalau So Dam mengajaknya pasti bukan tanpa alasan. Dia selalu tahu kalau dirinya memiliki masalah. Tapi wajar saja. So Dam adalah polisi yang sudah terbiasa menginterogasi tersangka. Tak mudah untuk ya berbohong. Sama seperti Seulgi karena mereka sama-sama berkarier di bidang hukum. Hanya saja So Dam sebagai polisi, Seulgi sebagai Jaksa. Tanpa sadar Irene meneteskan air matanya di hadapan So Dam. So Dam langsung membawa tubuh mungil Irene ke pelukannya dan mengelusnya dengan lembut.
Kini Irene sesenggukan di bahu kekar So Dam. Rasanya sakit untuk So Dam melihat betapa rapuhnya sepupunya sekarang. Sekuat apapun seseorang, pastilah dia juga memiliki sisi lemah. Kali ini saja. So Dam ingin Irene melepaskan semuanya. Melepaskan semua beban dan sakit dihatinya yang tak semua orang ketahui. Termasuk Adik-adiknya dan anak-anaknya. So Dam akan membiarkan Irene untuk tenang. Walau hanya hari ini saja.
***
"Sudah lebih baik?" Tanya So Dam.
Irene hanya mengangguk. So Dam memberikan tisu dan langsung diterima oleh Irene. Bisa dilihat Irene sekarang jauh lebih baik.
"Terima kasih Eonnie." So Dam langsung menatap Irene dengan bingung.
"Untuk apa?" Tanya So Dam.
"Sudah membuatku merasa lebih baik." Jawab Irene tulus.
"Sekarang kamu sudah siap untuk cerita?"
Irene mengangguk. Dia pun mulai bercerita.
"Dulu aku selalu dididik untuk dewasa agar bisa menjadi contoh untuk Adik-adikku. Tanpa tahu bagaimana ke depannya dan aku langsung menuruti apa yang diinginkan Appa. Hingga akhirnya aku bisa merasakannya sekarang." Irene mengawalinya sambil menerawang.
![](https://img.wattpad.com/cover/74197668-288-k123535.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be Loved
Ficção GeralSemula hidupnya berantakan dan tak terarah saat dirinya harus pergi dari panti asuhan sejak pemiliknya meninggal dunia. Tapi semua berubah saat seorang Kakak-adik mengangkat dan mengasuhnya