Part 41

865 93 4
                                    

Suara tangis yang terdengar di sebelahnya membuat Joy terbangun. Dengan berusaha menghilangkan kantuknya, Joy menyadari kalau Lisa sedang menangis saat tidur. Apa yang dimimpikan anak ini? Batin Joy. Joy langsung bangkit dan segera membangunkan Lisa yang masih menangis.

"Lisa ya, bangunlah." Kata Joy berusaha membangunkan Lisa.

"Joy Eonnie, jangan pergi." Igau Lisa lirih.

Joy membeku. Dia memimpikan aku? Batin Joy. "Lisa ya, ayo bangun "

Lisa terbangun dan melihat Joy berada di hadapannya. Sehat. Dan yang paling penting dia hidup. Lisa langsung memeluk Joy erat dan itu mengejutkannya. Apalagi saat mendengar tangis Lisa yang pilu. Apa yang dia mimpikan? Batin Joy bertanya-tanya. Apa mungkin aku mati di mimpinya? Kalau iya, aku gak akan ragu memilih mati. Kembali Joy membatin. Karena memang hanya itu satu-satunya cara agar Lisa bisa sembuh. Agar dia bisa mendonorkan jantungnya untuk Lisa. Dan Lisa bisa sembuh dari sakitnya.

"Eonnie, jangan pergi. Jangan mati." Lirih Lisa.

"Aku ini masih hidup. Jangan menangis lagi. Kau ini berisik saat menangis." Gerutu Joy.

"Eonnie."

Joy kembali mengeratkan pelukannya dan langsung menidurkan Lisa seperti menidurkan bayi. Lisa kembali memeluk Joy dan membenamkan wajahnya di dada Joy sambil menghirup aroma tubuh Kakaknya yang khas. Mungkin karena memang masih mengantuk atau lelah menangis, dalam hitungan menit Lisa kembali tertidur.

Menyadari Lisa sudah tertidur, Joy kembali merapatkan selimut Lisa dan dia pun juga ikut berbaring. Mian Lisa ya. Mungkin Eonnie gak akan bisa terus bersama kalian. Ini demi kesembuhan kamu juga. Jadi Eonnie harus pergi setelah semuanya berakhir. Batin Joy lalu dia ikut terlelap.

***

Pagi tiba dan Lisa kini ditinggalkan berdua hanya dengan Irene. Suasana di kamar rawatnya sangat hening. Tampak sekali mereka berdua masih canggung. Apalagi setelah bentakan yang dilayangkan oleh Irene pada putrinya beberapa waktu lalu. Lisa lebih memilih untuk membaca buku yang dibelikan Jisoo. Lisa memang sempat minta dibelikan sesuatu supaya dia tidak bosan di rumah sakit. Jisoo pun pergi ke sebuah mall besar bersama Jennie yang kebetulan sedang libur kuliah. Jisoo membelikan 25 buah buku fiksi tebal dan Jennie membelikan Lisa kanvas, cat lukis, kuas, palet, buku sketsa dan sebuah speaker. Lisa sangat senang saat mereka datang membawakan banyak barang. Terlebih alat-alat lukis yang memang sejak dulu sangat dia inginkan. Tak banyak yang tahu kalau Lisa memang sangat suka melukis.

Sementara Irene sejak tadi hanya diam karena dia tidak tahu harus memulai obrolan dari mana. Joy yang semula menemani Lisa juga mengerti kalau Irene harus diberikan waktu untuk meminta maaf dan kembali dekat dengan anak kelimanya itu. Dan inilah hasilnya. Mereka tampak canggung satu sama lain. Lisa terus membaca bukunya dengan wajah serius. Walaupun terlihat serius tapi hatinya tidak tenang. Dia bukan hanya merasa tidak enak pada Irene. Tapi dia juga takut.

Dia memang sudah biasa dibentak. Saat di panti asuhan. Itupun oleh orang-orang yang tidak dia kenali. Makanya dia bisa dikatakan terbiasa. Lain dengan Irene yang adalah Ibunya. Bukan. Tapi Ibu angkatnya. Selama ini Irene tidak pernah meninggikan suaranya pada anak-anaknya. Terlebih membentak. Makanya dia takut. Akhirnya Lisa mengambil susu hangat yang ditaruh di nakas sebelah bangsal dan meminumnya dengan cepat.

"Uhuk-uhuk." Lisa tersedak susu yang dia minum hingga susunya tumpah ke piyama birunya.

"Lisa ya, ada apa?" Irene langsung berdiri dan menatap Lisa dengan khawatir.

"Uhuk-uhuk." Lisa masih terbatuk.

"Minum dulu. Pelan-pelan minumnya." Ucap Irene menyodorkan air putih dalam botol baru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang