Pagi kembali datang. Sinar matahari pagi masuk melewati celah salah satu kamar rawat VVIP. Baik Wendy dan Seulgi masih tertidur di kamar itu. Bedanya Wendy tertidur disofa sementara Seulgi mendengkur keras dibangsal. Irene seperti biasa sedang berada di depan ruangan ICU untuk menjaga Lisa. Alarm dari Smartphone milik Wendy berbunyi keras dan membangunkan dirinya. Seulgi tampak masih mendengkur dengan suara keras. Wendy mengambil Smartphone miliknya dan mematikan alarmnya. Wendy melihat tanggal yang tertera dilayar dan menghela nafasnya. Hari ini tiba ya. Batin Wendy. Akhirnya dia bangkit dan menuju kamar mandi.
Saat Wendy sedang mandi, Seulgi terbangun dari tidurnya. Dilihatnya sofa tempat Wendy tidur kosong dan ada suara shower terdengar samar. Pasti dia lagi mandi. Batin Seulgi. Saat Seulgi menggerakkan tubuhnya sedikit, rasa sakit yang menusuk dirasakannya hingga membuatnya meringis. Dia lupa lukanya masih basah. Jahitan di pinggangnya belum kering. Wendy keluar dengan memakai crop top dan celana pendek. Saat mendengar suara meringis menahan sakit, Wendy langsung menghampiri Seulgi dan membantunya kembali berbaring. Seulgi hanya menurut.
"Seungwan ah." Panggil Seulgi.
"Wae?" Sahut Wendy.
"Hari ini sibuk?" Tanya Seulgi basa-basi.
Wendy menaikkan alisnya. Tak biasanya kembarannya ini bertanya. "Kenapa? Ada masalah?"
Seulgi menggeleng. Wendy membuka kemeja pasien Seulgi dengan hati-hati. Dia ingin membasuh tubuh Seulgi dengan air hangat. Luka Seulgi belum kering dan bisa kembali berdarah sewaktu-waktu. Jadi dia tidak boleh mandi sampai lukanya kering. Walaupun dibasuh dengan air hangat juga tidak boleh menyenggol lukanya. Akhirnya kemeja pasien Seulgi sudah terbuka dan kini Seulgi hanya memakai tank top putihnya. Celana pasiennya juga dia lepas hingga menyisakan celana pendek saja. Baru saja Wendy ingin beranjak dari bangsal untuk mengambil air hangat, pintu ruang rawat Seulgi terbuka dari luar.
"Profesor, maaf mengganggu. Kami sudah si....ap." Yuqi terpaku saat melihat Dokter pembimbingnya dulu yang saat ini sedang berhadapan dengan Seulgi.
"Jeosonghamnida Profesor. Saya sudah mengganggu." Pintunya kembali tertutup.
Wendy tampak bingung melihat tingkah Yuqi. "Ada apa dengannya?"
"Sepertinya dia salah paham pada kita."
"Salah paham apa?"
"Lihatlah pakaian kita sekarang dan jarak kita berhadapan."
Benar juga. Tanpa sadar Wendy masih setengah telanjang begitu juga dengan Seulgi. Wendy menepuk dahinya. Pasti ini akan jadi bahan gosip. Batin Wendy gusar. Seulgi hanya tertawa melihat Wendy yang kebingungan. Akhirnya Wendy kembali ke kamar mandi mengambil air hangat untuk membasuh tubuh Seulgi. Seulgi menyalakan TV dan menonton berita yang ditayangkan dengan serius. Wendy kembali dengan membawa air hangat dan handuk kecil. Dibasuhnya tubuh kekar Seulgi dengan telaten. Seulgi hanya menatap kembarannya dengan intens.
Walaupun mereka berdua selalu bertengkar, tapi dia tahu kalau mereka saling menyayangi dan membutuhkan satu sama lain. Apalagi saat mereka berkuliah di negara yang berbeda. Hampir setiap hari mereka melakukan panggilan video call lewat Skype. Bahkan Seulgi juga selalu merasa sepi saat Wendy sedang sibuk dan tak bisa video call seperti biasa karena harus menjalani jadwal kuliahnya yang semakin memadat. Yang paling menggembirakan adalah saat Wendy berhasil mendapatkan gelar master. Mereka benar-benar merayakannya bersama sampai mabuk berat.
"Appo." Rintih Seulgi.
"Tahan sebentar." Sahut Wendy.
"Sepertinya mantan anak didikmu akan salah paham pada kita berdua." Kata Seulgi.
"Asal dia gak menganggap kalau kita melakukan hubungan incest."
"Tapi dengan penampilan kita yang sama-sama seperti ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be Loved
Fiksi UmumSemula hidupnya berantakan dan tak terarah saat dirinya harus pergi dari panti asuhan sejak pemiliknya meninggal dunia. Tapi semua berubah saat seorang Kakak-adik mengangkat dan mengasuhnya