5. Day 4.

1.4K 158 189
                                    


Kamu bisa bawa motor nggak?" tanya Lembayung.

"Bawa kuda atau helikopter aja gue bisa," jawab Iris seraya membuang muka.

Lembayung tertawa mendengar jawaban Iris. "Saya pengen dibonceng kamu," ujarnya sambil meletakkan kunci motornya di telapak tangan gadis itu.

"Oke. Sampe modus peluk-peluk. Gue bakal bikin gelindingin lo di jalan!" ancamnya.

"Pacar sendiri masa nggak boleh peluk?"

"Yaudah boleh, tapi jangan digrepe-grepe!" tegasnya sembari menepuk-nepuk jok, menyuruh agar Lembayung cepat naik.

Cowok itu meletakkan tasnya di tengah-tengah sebagai pembatas agar tubuh mereka tidak terlalu menempel. Dia kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Iris begitu motor melaju.

"Berat!" Iris mengeluh, ia menggerakkan pundaknya yang berat sebelah, tapi begitu melihat wajah Lembayung yang terlihat kelelahan, ia mulai diam dan membiarkannya, mungkin saja Lembayung sedang pusing karena tidak punya uang.

Salah sendiri miskin tapi membookingnya.

"Ini mau ke mana?"

"Pasar tradisional," jawabnya.

Iris mengernyit, firasatnya mengatakan kalau Lembayung akan melakukan hal-hal yang aneh lagi.

"Mau pacaran di belakang pasar atau gimana? Yang elite dikit kenapa dih?" protes gadis itu.

"Emang kamu pengen kita pacarannya di mana?" balasan itu membuat Iris mencebikkan bibirnya.

"Di tempat yang normal, lah!"

"Normalnya orang pacaran itu di mana sih?"

Respon Iris hanya mengedikkan dagunya, tidak tahu. Ia tidak pernah pacaran yang sesungguhnya. Kebanyakan laki-laki yang menjadi klien punya tujuan untuk pamer dan memanas-manasi mantan saja.

***

"Lo mau beli apasih? Kayak emak-emak aja," cibir Iris ketika Lembayung menggandengnya memasuki pasar.

Wajah gadis itu terlihat sungkan, sementara Lembayung justru bersemangat dan berseri-seri.
"Kayak kamu?"

"Gue bukan emak-emak!" tegas Iris, ia melepaskan tangannya yang digandeng Lembayung. Gadis itu menutup hidungnya ketika mencium bau amis, keringat dan bau lainnya yang bercampur menjadi satu.

"Gue tunggu di luar aja deh. Udah panas, bau lagi!" keluh Iris yang mendapatkan tatapan tidak menyenangkan dari para pedagang dan ibu-ibu yang berbelanja.

Lembayung justru memeluk sebelah lengan Iris, semakin membawanya masuk ke dalam. Cowok itu tersenyum mendengar pacarnya yang menggerutu kesal.

"Bu, dada sama pahanya dua kilo ya," kata Lembayung setelah keduanya berdiri di depan penjual ayam potong.

"Ternyata omongan Hera ada benarnya, semua cowok sama aja. Maunya paha sama dada doang," sindir Iris tersenyum sinis.

"Neng sewot sama dada ayam?" tanya penjual tersebut.

"Maaf, nggak nyindir ayam," jawabnya. Hal itu mengundang gelak tawa dari Lembayung yang ada di sebelahnya.

Merasa dirinya yang disindir, cowok itu akhirnya angkat suara. "Kalau buat dimasak, saya emang sukanya dada sama paha. Kamu mau yang lain?" tawarnya.

Paket 30 Hari(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang