14. Day 9.2.

830 128 2
                                    


Kalian tau cerita ini darimana?

Tiktok?

Facebook?

Ayo nongol biar aku tau 🫂

---

"Kamu cemburu?" Lembayung menaik turunkan alisnya menggoda. "Maaf ya, seharusnya saya minta pertimbangan ke kamu dulu. Apa saya pindah lagi aja?" lanjutnya berpikir.

Iris melotot, ia menjatuhkan tubuhnya, memilih duduk tenang di samping Lembayung. "Siapa yang cemburu? Pede gilak," gerutunya.

Keduanya terdiam untuk beberapa detik.

"Venus!" seru Iris, memanggil teman satu kelasnya yang dirinya dapati akan masuk ke dalam salah satu kamar bersama seorang pria.

Sang pemilik nama menoleh panik, tidak menyangka Iris akan mempergokinya lagi. "Kamu masuk duluan aja, By," ucapnya kepada sang kekasih. Buru-buru gadis itu berlari menghampiri Iris yang menyeringai.

"Kalau ada yang tau, berarti lo orangnya!" Venus menunjuk Iris

Melirik Lembayung yang terlihat bingung, Iris kemudian mengangguk-angguk. "Kayak lo nggak tau gue aja," jawabnya.

"Gue juga bakalan diem." Gadis berambut panjang itu melirik Iris dan Lembayung bergantian.

"Saya sama Iris nggak ngapa-ngapa—" Lembayung menatap Iris bingung, meminta penjelasan mengapa tiba-tiba mulutnya dibekap?

"Pacar lo nunggu servis tuh." Iris mengibaskan tangannya, mengusir.
Venus membuang napas, rasa takut masih menyelimutinya. Gadis yang berpenampilan imut dan polos itu terlihat sangat berbeda malam ini.

Iris menatap tubuh Venus hingga gadis itu menghilang di kos nomor empat. Tatapannya mengisyaratkan rasa kasihan dan penasaran.

"Kamu udah makan?" Lembayung bertanya.

Gadis itu mengangguk, bibirnya tertarik tanpa sadar ketika mengingat kejadian tadi. "Tadi rumah gue hampir meledak," ucapnya.

"Kok bisa?"

"Hera tadi sok-sokan masak, tapi gosong semua." Ia mendengus geli.

Lembayung tersenyum lembut. "Dan kamu makan semuanya?"

"Gue buang semuanya."

"Dibuang di perut kamu karena nggak mau bikin sedih mama yang udah berusaha keras?" tebak Lembayung tepat sasaran.

Iris tidak menjawabnya, gadis itu hanya berdecak cuek.

Mengadahkan kepalanya, Lembayung mempunyai firasat jika hujan akan turun sebentar lagi. Ia berdiri dan mengulurkan tangannya ke hadapan Iris. "Saya antar pulang ya? Udah semakin malem, mau hujan juga," ujarnya.

"Nggak! Gue mau di sin—" Ia menggantungkan kalimatnya saat ekor matanya tidak sengaja menangkap keberadaan wanita yang sangat familier untuknya. Gadis itu menyambut uluran tangan Lembayung, lantas menariknya ke dalam kamar dan menguncinya.

"Anjing, Hera ngapain ke sini!" umpatnya dengan napas terengah-engah.

Lembayung memegangi dadanya yang berdebar-debar. Bisa jadi daging giling jika Hera sampai tahu jika Iris berada di kosnya.

Paket 30 Hari(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang