6. Day 5

1K 148 184
                                    

"Lo beneran pacaran sama anak AHS?"

Lembayung tanpa ragu mengangguk sebagai jawaban. "Udah ada lima hari," jawabnya sambil melempar senyum simpul.

Teman-temannya segera menaruh seluruh fokusnya ke arah Lembayung untuk meminta penjelasan lebih.
"Serius? Emang nggak semua sih, tapi rata-rata murid di sana pada nggak bener. Isinya anak orang kaya, tapi pada sesat semua," komentar Aksara yang mendapatkan anggukan setuju dari enam temannya yang lain.

Isu-isu buruk tentang sekolah swasta yang bernama Artemis High school memang tidak asing lagi bagi siapapun. Banyak yang membicarakan kelakuan buruk murid-murid di sekolah tersebut.

"Lo pacaran sama siapa?" tanya Vano penasaran.

"Sama cewek," jawab Lembayung dengan cengiran lebar.

Teman-temannya berseru kesal, Doni bahkan sampai melempar kuaci miliknya.

"Namanya!" Vano memperjelas pertanyaannya.

Mengulum senyum, Lembayung sengaja menyeruput kopi panasnya lebih dulu untuk membuat mereka yang penasaran menunggunya.

Sepasang mata Lembayung menatap satu persatu teman-temannya yang berekspresi serius. Kapan lagi bisa seperti ini, kan?

"Anjir lo!" Rendy mulai tidak sabaran.
Yang lainnya mulai berseru kesal.

"Bentar lagi bel! Buruan kenapa sih?" Doni menendang-nendang kaki Lembayung di bawah meja.

Benar saja, tidak lama Doni mengatakannya, bel yang memberitahu jika waktu istirahat sudah habis benar-benar terdengar.

Keenam cowok itu mendesah kesal, sementara Lembayung menyengir dengan wajah tanpa dosa.

"Bukannya apa-apa nih, tapi gue bisa beresiko mati penasaran karena ini." Cowok berkulit putih itu bertopang dagu, tatapannya sepenuhnya berporos pada Lembayung yang sudah bersiap-siap pergi. "Jadi, lo mau kasih tau sekarang atau gue bayar orang buat cari tahu siapa cewek lo?" Bukannya mengancam, tapi Levi benar-benar bisa berhenti berpikir jika penasaran akut, dengan berbekal kekayaannya yang tidak tertandingi, dirinya mungkin tidak akan kesulitan mencari tahu.

"Kalau udah tau, jangan lupa kasih tau gue juga, Lev!" Jingga langsung mendaftar.

Lembayung membuang napas. "Gue udah bilang berhenti keluarin uang buat hal nggak guna!" peringat Lembayung. "Nama cewek gue Iris," lanjutnya memberitahu.

"Yang open BO itu bukan sih?" tanya Aksara cepat tanggap. Sebagai cowok yang aktif di media sosial, ia tentu serba tahu.

***

"Ris! Kenapa lo nggak bilang kalau kliennya itu Damar?" tanya Kiranti dengan suara tertahan.

Iris yang sedang menonton tutorial memasak menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel, "Emang Damar, kenapa? Dia nggak ngapa-ngapain lo, kan?"
tanyanya.

Kiranti membuang napas gusar. "Lo sendiri tau gue benci berhubungan sama orang kaya, terutama geng dakjal itu," jawab Kiranti dengan suara rendah.

Mendengar nada bicara Kiranti yang semakin melirih, Iris menoleh, ia menutup ponselnya dan memfokuskan seluruh perhatiannya kepada gadis itu.
"Sorry— nggak seharusnya gue libatin lo," jawab Iris menyesal. Padahal ia tahu Kiranti sangat sinis terhadap orang-orang yang dianggap kaya dan sombong.

Seharusnya Iris memikirkannya sebelum menerima permintaan Damar malam itu, ia terlalu sungkan berpikir sehingga langsung menyuruh Kiranti yang butuh uang tanpa pikir panjang.

Gadis berambut panjang itu menggeleng. "Keinget malem tadi bikin gue muak, orang-orang kaya kenapa suka buang-buang uang sih?" gumamnya diikuti dengusan kasar.

Paket 30 Hari(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang