Genre : Fiction, romance, teenfiction.
OPEN JASA SEWA PACAR, diskon hingga 30%
---
"Mbak yang open, kan? Kalau saya ambil paket seumur hidup bisa?"
"Skip."
"Hehe lupa. Jangankan seumur hidup, saya aja nggak yakin bisa menamani kamu hingga tiga pulu...
Sudah beberapa menit sejak gadis dengan tanktop putih itu berdiri berpegang pada wastafel. kepalanya berputar-putar. Wajahnya sudah pucat pasi seperti zombie.
Huekk!
Untuk yang kesekian kalinya ia memuntahkan isi perutnya. Nasi goreng, jus anggur maupun kacang rebus yang semalam ia makan kembali keluar tak berbentuk.
Ia tidak tahu mengapa dirinya seperti ini. Yang pasti setelah terbangun, Iris merasa tubuhnya tidak sehat.
Kakinya bergemetar, pegangannya pada wastafel akhirnya lepas setelah kakinya tak mampu lagi menahan tubuhnya.
Lemas menguasainya.
Huekk.
Hanya cairan kekuningan yang keluar. Iris menangis, memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. "Ma!" panggilnya dengan sisa-sisa tenaganya.
Tangisan disusul suara orang muntah membuat Hera membuka mata. Wanita yang baru tertidur tiga puluh menit yang lalu tersebut melangkah dengan tergopoh-gopoh mengikuti sumber suara.
"ANJI— ASTAGA, LO KENAPA?" tanyanya histeris.
Huekkk.
Lagi-lagi Iris memuntahkan cairan.
Hera tertegun, wajahnya ikut pucat seketika. Ketakutan besar menyelimuti hingga wanita lupa caranya bernapas. "Lo—"
Iris mencengkram dadanya yang terasa terbakar.
"G–gue siapin mobil dulu," ucap Hera dengan suara bergetar. Meski rasanya tidak mau membawanya ke dokter sebab takut mendengar apa yang terjadi dengan putrinya, tapi Hera mana mungkin tega membiarkan Iris yang sekarat?
Sebelum itu, dengan tangan gemetaran Hera memapah Iris menuju ranjang.
"Cepet ... an, gue takut mati .... "
Hera terkekeh dengan air mata yang sudah merembes keluar. Iris yang sedang sakit selalu mengingatkannya kepada Iris-nya yang kecil dan manja.
Huekkk!
"Mama .... "Iris ambruk di atas kasur, gadis itu tidak bergerak lagi, hingga Hera dibuat panik setengah mati melihatnya.
Wanita itu berlari mengambil jaket dan kunci, kemudian membopong sang putri dengan susah payah. Bohong jika dirinya tidak kesulitan membesarkan seorang anak sendirian.
Di saat-saat seperti inilah Hera merasakan susahnya tidak ada seorang pria di sampingnya. Berkali-kali wanita itu terjerembab ke lantai kerena tidak kuat menahan beban di punggungnya. Bangkit dan membenarkan posisi Iris di punggungnya, Hera menangis sambil mengumpat lirih.
Pikirannya kacau.
Kemungkinan-kemungkinan terburuk membayanginya. "Sampai apa yang gue takutin terjadi, gue beneran bakal bunuh orang yang udah bikin anak gue kayak gini!" sumpahnya.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.