42. Epilog.

1.1K 134 32
                                    

Gaa rela beneran tamat 🥲🥲🥲

Di bawah senja, di tengah-tengah hamparan bunga Lembayung melihat Iris tersenyum, manis sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawah senja, di tengah-tengah hamparan bunga Lembayung melihat Iris tersenyum, manis sekali.
Cantiknya bertambah ribuan kali lipat ketika Bibirnya melengkung layaknya pelangi.
"Jangan ke sini," katanya.

Lembayung mengurungkan niatnya untuk berlari, dahinya mengernyit meski senyumnya masih terpatri. "Kenapa?
Saya mau bareng kamu," jawabnya, protes.

"Nggak boleh, lo harus kembali ... yang nungguin lo banyak."
Rambut panjang berwarna hitamnya tersapu angin.

"Kamu aja yang ikut saya kalau gitu." Lembayung mengulurkan tangannya, kakinya perlahan mendekat, tapi si gadis pelangi tak kunjung menyambutnya. Dia geming, tersenyum dan menggeleng.

"Gue punya jalan sendiri, nggak mungkin ikut lo."

Binar mata Lembayung meredup. "Kita punya janji."

"Dan lo mengingkari." Tersirat kesedihan di nada suaranya.

Tatapan Lembayung semakin sendu. "Maaf," jawabnya.

"Bukan salah lo, kita cuma kalah aja." Iris banyak tersenyum, Lembayung merasa senang sekaligus bingung diwaktu yang sama.

"Saya cinta kamu."

"Gue juga cinta sama lo."

Lembayung tersenyum lebar. Namun, senyumnya pudar ketika mendengar kalimat selanjutnya.

"Maaf, Lembayung. Maaf ... gue gagal menjaga pelangi lo. Bukannya gue ingkar janji, bukannya gue nggak mau ketemu sama lo lagi, mungkin ... waktu kita emang cuma sampai tiga puluh hari."

"Makasih ya ... udah nunjukin dunia yang indah buat gue, makasih karena udah anggap gue berharga, makasih ... buat semuanya."
Sepasang mata cantiknya berkaca-kaca.

Lembayung mengernyit heran. "Kamu jangan bikin saya takut."

"Jangan pernah nyerah, jangan merasa bersalah ... gue nggak akan ke mana-mana, gue bakal tetap di sini dan jadi pelangi di senyuman lo, jadi lo harus janji buat terus senyum setiap hari setelah ini."

"Gue titip mama Hera, lo harus cepat kembali karena mami dan yang lain butuh lo. Jangan khawatirin apapun lagi, semuanya bakalan baik-baik aja," imbuhnya.

"Iris .... " Suara Lembayung tertahan.

"Lo anak baik, cowok paling keren yang pernah gue temuin. Sekali lagi, terimakasih ... untuk semuanya."

Lembayung menunduk.

"Sampai jumpa lagi, Lembayung Bumantara."

***

Perselisihannya dengan Andra, pembicaraan di tepi dermaga bersama Hera, kemudian lengannya yang tertembak sehingga jatuh ke laut menjadi ingatan terakhirnya yang Lembayung ingat.

Cowok itu membuka mata, menatap plafon dengan tatapan kosong.

Suara detak jantung dan jarum jam dinding memenuhi ruangan, ia bertanya-tanya. Ada apa? Di mana ia sekarang? Cowok itu menyentuh dadanya yang terpasang monitor holter.

Tadi Lembayung menjumpai Iris. Bukankah tadi ia berada di taman? Lantas kenapa-
Sayangnya tubuhnya terlalu lemas untuk ia bangun dan ajak berlari.

Maka hanya sepasang matanya yang mampu bergerak.

Lembayung ingat, ia teringat dengan janjinya.

Malam terakhir itu, ia hanya menemui mamanya Iris sebentar, kemudian ia tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

"Lembayung, apa kamu mendengar suara saya?" Dokter Yusuf terlihat sangat kaget, matanya berseri-seri.

Mulut Lembayung terbuka, tapi suaranya belum keluar, dan setelah beberapa saat, dia bertanya dengan susah payah. "S-saya boleh lihat kalender?"

"Terlambat, saya ingkar ... Padahal saya punya janji sama Iris! Saya harus pergi, saya-"

"Kamu harus istirahat! Penyakit kamu belum hilang-"

Lembayung tertegun. "Bukannya saya bakal operasi? Saya udah dioperasi, kan? Saya koma setelah operasi jantung, kan?"

"Sesuatu menimpa kamu sebelum mendapat perawatan."

"Saya mau ketemu Iris dulu, nanti saya buat alasan lagi-"

Dokter Yusuf menepuk pundak remaja di depannya beberapa kali, turut prihatin dengan apa yang terjadi. Ia sudah mendengar kabar tentang gadis yang bernama Iris.

Selama ini ia merawat Lembayung bersama seorang wanita, bukan menyembunyikan keberadaannya yang masih hidup, hanya saja takut ayah tiri cowok itu melukainya lagi.

"Saya turut berdukacita."

***

Pusara di depannya masih wangi, tanahnya belum kering. Lembayung bersimpuh, menunduk dengan ekspresi memprihatinkan.
"Kalau saya nggak ingkar janji, apa kamu masih ada di sini?" tanyanya sembari memeluk batu nisan yang terdapat nama perempuan yang dicintai.

"Maafin saya, Iris .... " Air matanya mengalir, punggungnya berguncang.

"Kenapa kamu pergi? Padahal saya berniat membeli paket seumur hidup." Seandainya ia tahu jika kecupan itu adalah yang terakhir, mungkin Lembayung tidak akan pernah menghapusnya.

"Saya akan menunjukkan lebih banyak dunia yang indah, saya akan memberi kamu banyak cinta, kamu nggak seharusnya berjalan sendirian seperti ini."
Lembayung tak beranjak meski rintikan air mulai menyamarkan air matanya. "Tiga puluh hari kita, cukup membuat saya menangisimu selamanya."

Beberapa menit setelah hujan berhenti, cowok itu mendongak, menatap pelangi samar, Lembayung melihat senyum Iris di sana.

"Kamu gadis hebat yang pernah saya temui. Terimakasih kembali, untuk semuanya."

"Iris Andromeda, sampai jumpa."

TAMAT.

HUAAA😭😭😭

Sedih banget mau pisah sama kalian, ga rela aja, tapi ya gimana lagi kan. Walaupun mulai dari awal tuh nggak mudah, apalagi nyari pembaca kalau part-nya masih sedikit 🥺

Aku beneran secinta itu sama cerita dan tokoh-tokoh paket 30 Hari, pengin rasanya bisa peluk dalam bentuk buku, tapi mustahil banget kayanya wkwkwk.

Semoga ada pelajaran yang bisa kalian ambil dari cerita ini ya.

Jangan lupa ajak teman kalian buat baca juga 🖤🖤🖤

Terimakasih buat yang kalian selalu komen dan vote, terimakasih juga untuk silent reader yang diam-diam nunggu cerita ini update.

Sampai jumpa lagi~

Sampai jumpa lagi~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paket 30 Hari(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang