"Iris? Kok... kamu di sini?"
"Gue mau jemput pacar."
Jawabannya cukup membuat teman-teman Lembayung bersorak heboh.Iris memanglah lain dari yang lain, jika umumnya orang hanya menjemput di depan gerbang, gadis itu justru menjemputnya langsug di depan kelas. Menjelajah masuk ke sekolah yang bukan kawasannya, ia memang cukup berani walaupun sebelumnya pernah membuat kesalahan di sini.
Ekspresi Lembayung berubah, cowok itu mesem-mesem sendiri seperti anak kambing.
Lagi-lagi yang lain dibuat terpengarah. Hari ini mereka melihat dua sikap Lembayung yang jarang ditampilkan, yaitu sangar dan bucin.
Lantas kakinya melangkah ringan menghampiri sang pacar sewaan. "Lain kali tunggu aja, biar saya yang jemput kamu. Ngomong-ngomong, ke sininya sama siapa?" Ia bertanya sambil mengapit sebelah lengan Iris.
"Temen," jawabnya singkat. Sebelum Lembayung membawanya menjauh dari sana, Iris sempat menatap jepit rambut yang berada di kepala gadis itu dengan tatapan keki.
Ada rasa tidak suka karena seharusnya jepit rambut itu adalah miliknya.
"Temennya cowok atau cewek?"
"Waria," jawab Iris sekenanya. Padahal yang asli ia ke sini karena ikut Kiranti yang akan menghampiri teman kerjanya.
Lembayung tertawa mendengar jawaban Iris, tapi sayangnya tawa itu tak cukup memperbaiki suasana hati.
"Kita pulang du—"
"Mana jepit rambutnya," potong Iris sembari menodongkan tangannya.
Lembayung yang hendak memakai helm mengurungkan niatnya, cowok itu berbalik dengan ekspresi yang terlihat panik. "K–katanya nggak mau," gugupnya.
Memutar bola mata, Iris menatap tajam lawan bicaranya. "Kan tadi ... sekarang gue mau! Mana? Belum lo buang, kan?"
Panik lah Lembayung detik itu. "Anu, maaf." Ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Bola matanya bergerak-gerak menatap sekitarnya, ujung kakinya mengetuk-ngetuk batako gelisah.
Iris mendongak, diarahkannya tatapan setajam silet itu ke manik Lembayung. "Ngomong yang jelas!" semprotnya galak.
Kedua tangan Lembayung bertengger di pundak sang kekasih. "Saya pikir kamu beneran nggak mau. Jadi saya kasih deh ke teman saya yang lagi sedih," jawabnya jujur.
Sedetik kemudian, sepatu Lembayung terdapat cap kaki sebab Iris sengaja menginjaknya. "Lo sebenarnya emang nggak niat ngasih ke gue, 'Kan?!" tanyanya menyelidik.
Lembayung sebenarnya kaget melihat tingkah Iris yang biasanya tenang dan cuek. "Saya niatnya ngasih ke kamu, tapi karena nggak mau ya—"
"Gue mau, beliin lagi." Potongnya tidak mau tahu.
"Nanti kalau saya lihat lagi, saya janji bakal beliin buat kamu."
Ikatan rambut Iris bergoyang bagai buntut kuda saat sang empunya menggeleng kuat.
"Se-ka- rang!" tekan Iris bersikeras.
Lembayung tersenyum, lantas memakaikan helm di kepala Iris.
"Lucu banget kalau marah," kekehnya.
"Gue nggak lagi ngelawak!" balasnya keki.
"Hahaha, iya-iya. Yuk cari ke toko aksesoris.
"Gue nggak mau yang modelnya sama kayak tadi." Tentunya iris tidak mau kembaran dengan dia.
"Iya, terus maunya yang kayak gimana, Sayang?"
***
Wajah Iris nampak puas setelah jepit rambut dengan model daun maple berada dalam genggamannya. Ia lantas membuka tasnya, berniat menyimpan benda tersebut jika saja Lembayung tidak mencegahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/268578292-288-k803063.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Paket 30 Hari(END)
Novela JuvenilGenre : Fiction, romance, teenfiction. OPEN JASA SEWA PACAR, diskon hingga 30% --- "Mbak yang open, kan? Kalau saya ambil paket seumur hidup bisa?" "Skip." "Hehe lupa. Jangankan seumur hidup, saya aja nggak yakin bisa menamani kamu hingga tiga pulu...