Terhitung sudah lama sekali Iris tidak mengunjungi tempat temaram dengan lampu-lampu yang membuat matanya sakit.
Lebih tepatnya setelah dirinya bersama Lembayung— Akan tetapi, malam ini gadis itu justru kembali mengunjunginya. Euforianya berbeda, ini membuatnya merasa gelisah.
Sepasang matanya menyapu ke segala arah, berharap Hera ada di sini dan menyeretnya pulang. Tidak apa-apa dimarahi, tidak apa-apa dipikul meskipun tidak mungkin. Wanita itu keras, tapi tak pernah setega itu melayangkan tangan kepadanya.
Entah di mana dia berada.
Tiba-tiba hilang seakan tak menghawatirkan putrinya yang sendirian di tengah hiruk pikuknya dunia.
"Nah, dateng juga lo akhirnya!" Aurora tersenyum manis, perempuan dengan rok span tersebut memeluk sebelah lengannya untuk dia bawa bergabung bersama teman-teman yang lain.
Tidak ada yang asing, baik tempat maupun orang-orang yang duduk di sana.
Ada Helen, Venus dengan teman satu kelas yang lain.
Tanpa disuruh, Helen merepotkan dirinya sendiri dengan menuangkan botol Bourbon whiskey ke dalam gelas lowball. "Sambutan buat Lo," katanya.Iris menerimanya, tapi alih-alih menenggaknya, ia justru meletakkannya di meja. Hal itu mengundang raut kecewa yang lain.
Seburuk-buruknya ia di mata para manusia, sebab terbiasa bolak-balik di tempat ini, tapi kalian percaya atau tidak jika sekalipun ia tak pernah mencicipi minuman sialan itu.
Helen mendesah kecewa. "Kok dianggurin? Percaya deh, daripada anggur merah murahan yang sering dikonsumsi bangsa lo itu, whiskey ini lebih enak!" jelasnya.
"Gue pulang." Ia hendak berdiri, tapi Venus sigap mendorongnya untuk kembali duduk. Beberapa teman yang lain ikut mencekal lengan serta kaki agar gadis itu tidak memberontak.
"Lepas, Njing!" Iris mendesis marah.
Tubuhnya terkunci, jangankan untuk menghajar mereka, sekedar bergerak saja rasanya sulit.
"Lo tuh terlalu songong!" Venus menggunakan telunjuknya untuk mendorong kepala Iris.
"LEPASIN GUE BANGSAT! ANJING LO SIALAN!"
Satu tamparan berhasil membungkam bibirnya. Iris mendesis dengan tatapan tajamnya yang seakan bisa menembus jantung sang lawan.Rahangnya dicengkeram, mulutnya dipaksa terbuka lebar, kemudian sebotol whiskey tersebut ditumpahkan di sana. Gelak tawa terdengar bersahut-sahutan.
Minimum sialan itu mengalir ke tenggorokannya dengan cepat, hingga akhirnya Iris yang tak berkutik akhirnya jatuh dan terbatuk-batuk setelah mereka menjauhkan diri.
Ia dicekoki miras?
Rasa panas membakar dada, darahnya yang mendidih ikut naik ke atas ubun-ubun. Gadis itu menatap satu persatu yang ada di sana dengan nyalang. Gelas di meja terbang satu persatu setelah dirinya melemparkan dengan asal.
Terdengar pekikan kesakitan ketikan lowball itu menghantam kepalanya. Bibir Iris menyeringai keji.
"Anjing, lo gila? Hah!" Helen berseru, suaranya bergetar, takut.
"Lo pikir lo siapa?" Ia bertanya kepada Helen. Satu persatu teman-temannya berlari keluar ketakutan, Venus pun berniat begitu, tapi cekalan Iris membuatnya tak bisa ke mana-mana.
Gadis itu mengambil botol Bourbon setelah menyudutkan Venus ke dinding. Pandangannya mulai kabur, panas di tubuhnya seakan mendorongnya untuk membalas dendam kepada gadis seribu muka itu kerena telah mengganggunya.
"L– lo ngapain?!" Venus panik ketika botol kaca itu terangkat tinggi. Feeling-nya mengatakan kepalanya akan menjadi sasaran.
Tak ayal hal itu membuat jantungnya berdegup kencang, lututnya terasa lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paket 30 Hari(END)
Teen FictionGenre : Fiction, romance, teenfiction. OPEN JASA SEWA PACAR, diskon hingga 30% --- "Mbak yang open, kan? Kalau saya ambil paket seumur hidup bisa?" "Skip." "Hehe lupa. Jangankan seumur hidup, saya aja nggak yakin bisa menamani kamu hingga tiga pulu...