"Ini beneran nggak ada yang mau maju ke depan?" Pak Dodi menepuk-nepuk papan tulis, sepasang matanya menatap satu persatu anak muridnya yang menunduk ketika bersitatap dengannya.
Menghindar agar tidak ditunjuk maju ke depan tentunya.
"Dari dua puluh murid, satu pun nggak ada yang mau?" tanyanya sambil geleng-geleng kepala, guru matematika itu mengusap kumisnya, memikirkan siapa yang akan ditunjuk.
Iris menendang kaki Kiranti di bawah meja, memberi kode agar dia saja yang maju.
"Nggak mau ah, gue juga pengen kali, lihat human-human banyak duit di kelas ini ketar-ketir karena nggak bisa kerjain soal," jawabnya dengan senyum culas.
Anak-anak mulai melirik Kiranti, menyuruh agar gadis itu segera maju. Namun, yang diberi kode justru pura-pura tuli.
"Bapak tunjuk saja ya?"
Semuanya langsung panik.
"Hele—"
"Hosssh hosshh." Seorang gadis sekonyong-konyong masuk tanpa permisi, terlihat terengah-engah seperti habis dikejar hamster. Ia menunduk memegangi lututnya. "Permisi, saya murid baru."
Iris berdecak, gadis itu mengubur wajahnya di atas lipatan tangannya.
Kenapa harus bertemu dengan Zoya lagi? Kenapa dia masuk ke sekolah ini? Satu kelas dengannya lagi.
Pak Doni mengernyitkan dahi. "Murid baru? Kamu tau ini sudah jam berapa?"
"Maaf pak, saya sedikit terlambat!" jawabnya dengan semangat empat lima.
Aurora terpengarah, begitupun dengan yang lainnya. "Sedikit terlambat katanya? Ini udah jam sembilan woy, sementara masuknya jam tujuh, artinya telat dua jam lah, lo bilang sedikit? Hah sedikit?" tanyanya tak habis pikir.
"Ya sedikit, yang penting kan belum pulang," jawab Zoya sembari menyelipkan rambutnya.
"Kenapa terlambatnya sampai dua jam?" Pak Dodi bertanya.
Zoya menegakkan tubuhnya. "Gara-gara GPS, Pak! Saya pindahan dari luar kota, jadi nggak tau letak sekolahnya, pas tanya maps malah kesasar."
Mendengar itu Iris berdecak sinis. Ia rasa mapsnya tidak salah, cuma Zoya saja yang tidak bisa membaca peta dengan benar.
"Kamu beneran masuknya ke kelas ini? Yakin nggak salah?"
Mengangguk mantap, Zoya lantas menjawab dengan lantang, "Benar, Pak! Saya udah salah masuk kelas lima kali, sampai tadi dianterin kakak pramuka, pasti sekarang nggak mungkin salah lagi!"
Murid-murid langsung berbisik-bisik tentang bagaimana tololnya Zoya.
"Yasudah, perkenalkan diri kamu."
"Haloo bestiee, salken ya, Zoya," ujarnya tersenyum manis.
"Salto Zoya, gue Kiranti," balasnya dengan senyum ramah.
"Lo lagi intro karena new member di Gc Wattpad apa gimana?" tanya Helen yang diikuti gelak tawa meledek dari yang lainnya.
"Banyak protes amat," celetuk Iris, muak.
Suaranya membuat Zoya menyadari keberadaannya, gadis berambut lurus tersebut menatapnya dengan mata berbinar-binar, tangannya refleks melambai. "Aris! Huhu kita satu sekolah ternyata!" serunya.
Wajah Iris semakin muram, apalagi setelah murid lain menertawakan namanya yang diubah Zoya sembarangan.
"Hahaha, Aris?" Kiranti tertawa terbahak-bahak.
"Hey, diam semuanya!" tegur pak Dodi. "Zoya, silahkan duduk dengan tenang, kita akan melanjutkan pembahasan yang tadi, Helen silahkan ma—"
Tringg!
KAMU SEDANG MEMBACA
Paket 30 Hari(END)
Teen FictionGenre : Fiction, romance, teenfiction. OPEN JASA SEWA PACAR, diskon hingga 30% --- "Mbak yang open, kan? Kalau saya ambil paket seumur hidup bisa?" "Skip." "Hehe lupa. Jangankan seumur hidup, saya aja nggak yakin bisa menamani kamu hingga tiga pulu...