Genre : Fiction, romance, teenfiction.
OPEN JASA SEWA PACAR, diskon hingga 30%
---
"Mbak yang open, kan? Kalau saya ambil paket seumur hidup bisa?"
"Skip."
"Hehe lupa. Jangankan seumur hidup, saya aja nggak yakin bisa menamani kamu hingga tiga pulu...
Waktu seolah berjalan lambat. Apa mereka tahu jika Iris banyak mengalami hari-hari sulit dan kesepian?
Namun, hari ini Iris begitu bangga dengan dirinya sendiri sebab telah berhasil melewati tiga puluh hampa itu.
Lembayung kembali, seharusnya.
Ini adalah bulan yang cowok itu janjikan, kan?
Gadis itu menunggu, sepasang matanya menyorot kosong pada pintu yang sengaja dibiarkan terbuka untuk menyambut Lembayung datang.
Jemarinya beringsut, mencengkram ponsel yang kehilangan fungsi. Baik Hera maupun Lembayung tak ada yang bisa dihubungi sama sekali. Mereka menghilang layaknya ditelan bumi.
Sesekali gadis itu menggigit bibir atau kuku, menghela napas untuk kesekian kali tanda resah.
Meskipun optimis Lembayung akan menepati janji, tapi di dalam hati ia tak bisa memungkiri jika ada ketakutan yang tak terkendali. Janji terakhir saja dia ingkar, bagaimana jika janji kali ini pun demikian?
Tidak, Lembayung pasti menang. Dia pasti menang dan kembali untuknya, semoga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selain Hera dan Lembayung, gadis itu juga menghilang. Entah kemana, dan ini adalah kali pertama Zoya menghubunginya lagi setelah sekian lama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alih-alih tidak kemana-mana seperti yang dikatakan Zoya, Iris justru beranjak pergi. Ia menyerah untuk diam dan menunggu.
Jika Lembayung tidak datang, maka Iris yang harus mendatanginya. Ia akan mencari, mungkin dirinya akan menyakiti Lembayung karena ia meragukan janjinya. Namun, tidak melakukan apapun akan membuatnya gila.
Rumah Lembayung. Itu tujuannya.
Gadis itu celingukan, membuang napas, lantas mengetuk pintu dengan keras, biarlah ayah tiri atau ibu Lembayung marah dan semakin membencinya, Iris tidak peduli.
Ia hanya ingin Lembayung.
"ANAKKU, LEMBAYUNGKU! MAMI UDAH DUGA KALAU KAMU BAKAL PULANG!"
Pintu terbuka lebar, wanita dengan rambut acak-acakan itu berlari keluar dengan senyum lebar. Matanya menggulir ke sekitar, seperti mencari seseorang— tanpa melihat keberadaannya.