16. Day 10.2.

798 119 13
                                    

Iris mendengus mengetahui fakta jika Lembayung ternyata pindah ke apartemen yang lumayan besar untuk dia tinggali seorang diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iris mendengus mengetahui fakta jika Lembayung ternyata pindah ke apartemen yang lumayan besar untuk dia tinggali seorang diri. Entah apa yang membuat cowok itu mencoba kos alih-alih langsung ke sini.

Buang-buang uang saja.

Gadis itu tidak membantu Lembayung yang sedang menata barang-barangnya, dengan tidak tahu dirinya ia tiduran santai di kasur sembari memainkan game di ponsel cowok itu.

"Semalem lo nggak bisa tidur karena kamar sebelah, kan? Lo kalau melek ngapain aja?" Iris mengubah posisinya menjadi tengkurap, kepalanya berada di samping Lembayung yang sedang duduk bersandar pada ranjang.

Gurat merah samar-samar menghiasi pipi Lembayung. Entah apa yang cowok itu pikirkan, tapi dia terlihat salah tingkah setelah mendapatkan pertanyaan tersebut.

"Lo nggak berfantasi liar dan main solo-"

"Nggak, semalam saya marathon film sampai pagi. Telinga saya juga kesumpal headset," potongnya.

Iris mengedikkan dagunya, tidak percaya.

Ia memainkan telunjuknya di punggung lebar Lembayung, menggambar sesuatu yang abstrak. "Lo punya orangtua kaya. Ngapain hidup susah sendirian? Mereka kerja juga demi lo," gumamnya.

Mengingat tentang mami membuat hatinya nyeri.

"Walaupun kelakuannya kayak setan, tapi semua orangtua kayaknya sayang sama anak mereka," lanjutnya.

"Saya tahu." Lembayung menjawab dengan senyum simpul. "Tapi kalau bisa memilih, saya ingin jadi orang miskin aja yang sederhana dan punya rumah hangat untuk berkumpul bersama keluarga."

Mendesis sinis, Iris tanpa ragu menonyor kepala Lembayung. "Goblok, kok malah pengen jadi miskin? Oke, lo jelas nggak pernah merasakan pusing karena nggak punya duit pas semua kebutuhan habis! Lo nggak tau gimana susahnya berada di situasi itu!"
Harmonis atau tidaknya sebuah keluarga, tetap uang yang paling penting.

"Saya pikir nggak punya uang masih mending daripada kesepian," komentarnya.

Iris yang mempunyai pendapat beda masih menggerutu kesal. Baginya uang yang paling penting. Kalau kesepian tinggal cari kesibukan saja kan beres, sementara kalau tidak punya uang? Harus mencarinya, itupun tidak bisa instan sebab memerlukan waktu dan tenaga.

"Susah ngomong sama lo," decak Iris yang dibalas senyum oleh Lembayung.

"Bantuin saya bagiin makanan di jalan yuk? Kemarin saya sengaja pesan dua ratus kotak buat syukuran pindah, yuk yuk!" ajaknya setelah berganti baju.

Iris yang sudah menyatu dengan kasur terlihat ogah-ogahan.
"Kapan-kapan aja, capek njir!" tolaknya.

"Keburu basi dong, kan ini makanan." Lembayung mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, mulutnya tidak berhenti membujuk sang kekasih agar ikut dengannya.

Paket 30 Hari(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang