36. Day 27

602 89 2
                                    

Sedikitpun Iris tak pernah mempunyai pikiran akan berada di dalam situasi seperti ini. Bangun dalam keadaan pusing, wajah gatal karena tidak membersihkan riasan sebelum tidur, juga ... melihat wajah dua cowok tampan yang terlelap di atas karpet bulu ketika membuka mata.

Gadis itu membuang asal selimut, Kemudian meraup kasar wajahnya.

Novan dan Lembayung tidak ada tanda-tanda bangun, begitupun dengan Iris yang tak mempunyai niat membangunkan kedua cowok itu.

Tanpa melihat jam ataupun membuka gorden, ia tau matahari sudah bersinar di luar.
Mengambil Sling bag, kakinya berlari kecil keluar.

***

Sneakers itu melangkah ringan mendekati bangku berpenghuni di kelasnya. Setiap langkahnya mengundang pertanyaan dan rasa was-was yang lainnya.

Apa yang akan dia lakukan.

Iris benar-benar marah karena semalam.

Mereka dalam bahaya.

Manusia dengan wajah tanpa dosa itu membuang muka ketika netranya bertabrakan dengan tatapan membunuh gadis itu.

Venus yang merasa menjadi sasaran memilin rok di bawah meja, tak bisa memungkiri bahwa dia pun takut. Gerak-gerik gelisah dapat ditangkap matanya.

Tiga botol jamu terpampang di meja, Iris meletakkannya dengan kasar, kemudian menyeringai. "Minum."

"Sampe dibeliin jamu pereda nyeri. Tumben lo baik hati dan dermawan," celetuk Zoya yang baru datang.

"Oh lo tuli? Padahal gue nggak jadi robek gendang telinga lo semalem," katanya tanpa peduli dengan Zoya yang menatapnya kebingungan.

"Mau minum sendiri apa gue cekokin?" tantang Iris, wajahnya benar-benar terlihat seperti iblis.
Iblis jelita.

Venus menelan ludah, karena tak mau Iris semakin menjadi-jadi, gadis itu terpaksa meminumnya.

Tubuhnya bergemetar, meski berusaha terlihat santai, tapi tekanan yang diterimanya mampu membuatnya panik setengah mati.

"Pinter lo, Njing." Iris membukakan dua botol lagi.

"Tinggal dua kok, yuk bisa yuk!" suruhnya.

Yang lain menertawakan Venus yang berhasil mati kutu, Iris benar-benar memberikan serangan balik yang membuat Venus yang semalam berkuasa menjadi tidak berkutik.

"Jangan gitu, Ris! Satu aja cukup, biar diminum besoknya lagi aja, nggak baik minum itu banyak-banyak." Zoya merebut botol tersebut, kemudian menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

Iris mendesis. "Balikin! Suruh lonte ini minum!"

Zoya menggeleng. "Gue tau lo emang kayak nenek lampir, tapi ini kelewatan njir!" serunya.

"Lo nggak tau apa-apa!" Gadis itu merebutnya paksa, tak segan-segan memukul lengan Zoya agar bisa mendapatkannya.
"Mendingan lo diem!" tekannya.

"Minum atau gue cekokin lebih dari ini?" ancamnya kepada Venus yang sedang sibuk menenangkan diri.

"Arisnya Lembayung Kenapa mirip perundung di penthouse sih?! Lo kejam banget sumpah! Kalau Venus mati kayak Min Seol A gimana? Kalau lo diteror mamanya dia gimana?! Kejahatan tuh ada balasannya ya bangsat!" Zoya memegang pundak Iris, kemudian mengguncang-guncankannya.

"DIA YANG JAHAT LEBIH DULU! GUE PANTES BALES DONG BANGSAT!" Iris berteriak kencang, nyaris membuat jantung yang lainnya berlomba loncat keluar.

"Emangnya lo diapain sih?!" Zoya melotot penuh.

Paket 30 Hari(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang