4. Day 3.2

1.6K 142 20
                                    

Cowok dengan rambut basah itu berjalan terhuyung-huyung membuka gagang pintu kamarnya, handuk kecil yang melingkari lehernya ia buang begitu saja, ranjang yang terbuat dari kayu berdecit ketika tubuhnya telah menyentuh kasur.

Memejamkan mata, tangannya bergerak meraba tempat tidur untuk mengambil ponsel yang terdapat notifikasi pesan masuk.

Lembayung membuka sebelah matanya untuk membaca isi pesannya. Ekspresinya sangat berbeda dari sore tadi.

Dirasa tidak penting lagi, cowok itu memilih untuk mengabaikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirasa tidak penting lagi, cowok itu memilih untuk mengabaikannya. Lembayung menggertakan gigi-giginya, jemarinya mencengkram sprei sampai menjadi acak-acakan.

***

Setelah menertawakan putrinya yang hanya luntang-lantung tidak memiliki kesibukan, Hera kemudian mengambil tasnya. Wanita dengan pakaian kurang bahan itu mengulurkan sebelah tangannya.

"Salim sama mama lo bego!" serunya begitu melihat Iris yang hanya diam seperti orang bodoh.

Melirik mamanya yang akan berangkat kerja, yang Iris lakukan hanya berdecak sinis.

"Anak bangsat!" Hera berakhir menjitak kepala Iris.

"Semangat kerjanya," jawab Iris sambil mengibaskan tangannya, mengusir.

Bibir seksi itu menggerutu sepanjang langkahnya, tidak habis pikir dengan anak semata wayangnya. Bahwasanya Hera merasa agak sedikit canggung karena putrinya melihatnya hendak berangkat untuk melakukan pekerjaan kotor.

Setelah Iris mengaku berpacaran dengan Lembayung, gadis itu memang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dari sebelum-sebelumnya.

Beberapa menit kepergian Hera, Iris menghela napas panjang.
Ingin sekali dirinya menemukan pria yang sudah membuat Hera menderita selama ini. Peduli jika dia adalah ayah biologisnya, Iris hanya ingin menghajarnya sampai mati.

Iris marah, tapi ia lebih marah kepada dirinya sendiri yang harus hadir di dunia. Jika ia tidak ada, mungkin Hera tidak harus mencari nafkah sampai menjual diri.
"Sialan lo, Hera," umpatnya

Gadis itu mengambil cardigan dan melangkah keluar rumah. Ia perlu ke supermarket untuk membeli beberapa keperluannya.

"Mbak!" Seorang pengendara motor berhenti tepat di depannya.

"Minggir," jawab Iris tanpa ekspresi.
Cowok itu menatapnya dari atas hingga bawah dengan tatapan lapar dan penuh fantasi liar.

"Sejam berapa?" tanyanya.

"Tiga puluh menit," jawab Iris ngawur.

Paket 30 Hari(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang