Dalam permasalah hidup pasti ada dua sisi warna.
Kalau gak hitam ya putih
Masalahnya, kadang yang hitam bisa terlihat seperti putih.
Karena nyatanya kita buta, buta oleh hal-hal yang bias karena hati sibuk meraba menggunakan rasa.
***
B 2456 MLV
"Ini nomor platnya?"
Arina mengangguk, "tadi pagi ada ganti oli di bengkel dealer, yang bawa cewek, muda, sekitar 20an ke atas."
Renee menelan salivanya dengan hati yang berkecamuk. "Lo liat orangnya?"
"Enggak," Arina menggeleng kesal. "Gue lagi di atas tadi, gue cuman di kasih tau sama anak mekanik bagian bengkel."
"Gak cukup bukti Rin." Renee menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi cafe.
"Lo mau gue cek cctv ruang tunggu?"
"Bukti yang di dapat secara ilegal tuh gak sah."
Arina berdecak kesal. "Lo masih sempat mikirin legal sama ilegal di kondisi kayak gini?"
Renee hanya menatap Arina lemah, sorot matanya menjelaskan bahwa dia ingin mundur.
"Lo takut ya?"
"..."
"Lo takut apa yang lo pikir bener? Lo bilang akhir-akhir ini lo sering ribut sama Serga dan dia berpikir kalau lo jadi aneh karena sering marah-marah gak jelas. Ini waktunya Ren, kalau seandainya semua kecurigaan kita gak bener lo bisa lega dan gak overthinking everytime..."
"Tapi kalau bener?" Potong Renee.
"Kalau bener ya itu terserah lo nanti, mau kasih kesempatan atau cut the line."
Renee mengusap wajahnya kasar, rasanya sangat frustasi harus berada dalam keadaan sialan ini. Sebagai seorang pengacara dengan ratusan kasus yang telah dia tangani, rasanya memiliki rasa empati yang tinggi adalah hal yang cukup untuk menunjukka betapa perdulinya dia pada kliennya.
Namun, di hadapkan pada kondisi dimana dirinyalah sumber rasa empati itu, rasanya ribuan kali lebih menyesakkan. Rasanya seperti di suruh duduk di atas roller coaster dan di paksa untuk melaju padahal dirinya sama sekali tidak siap.
"Gimana sama Mecca?"
"..."
"Gimana kalau itu beneran suami gue? Apa yang bakal Mecca pikirin kalau dia tau ayahnya mencurangi bundanya?"
Dulu sekali, Renee selalu ingin memaki jika ada seorang perempuan yang ingin bertahan demi anak. Itu seperti "hey, yang berumah tangga itu lo dan suami lo, bukan suami lo sama anak lo. Jadi keputusan untuk berpisah murni karena harus mikirin diri sendiri bukan orang lain."
Tapi sekarang Renee merasa bahwa kita akan sangat mudah nge-judge sesuatu kalau kita tidak berasa di posisi yang sama.
"It's all up to you Ren, gue cuman bantu dan kasih apa yang lo minta. Tapi balik lagi, semua keputusan ada di tangan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPILY (N)ever AFTER (COMPLETED)
Romance(Please follow me before you read my story) Serga dan Renee adalah pasangan yang sempurna. Bagaimana tidak, menikah selama 8 tahun dan dikaruniai seorang putri yang cerdas. Karir Renee yang gemilang sebagai pengacara perceraian dan kedudukan Serga...