Renee berjalan mondar mandir di ruang kerjanya, jam dinding yang menunjukkan pukul 10 malam membuatnya ragu untuk menelpon Serga dan menuntaskan hal mengganjal yang ada sejak pulang dari swalayan tadi.
Aku mau nemenin mas Ryan keluar dulu sebentar.
And then yang dia liat tadi itu siapa?
Renee dengan jelas melihat seorang Ryan Wijaya berdiri di depannya. Pria itu bahkan menanyakan dimana suaminya seolah tidak tau menau tentang dinas luar kota. Tapi bukan Renee namanya kalau tidak pandai berimprovisasi, dia hanya mengatakan Serga sedang tidak bisa menemaninya karena memiliki kesibukan lain.
Renee menarik nafasnya lagi, bukannya dia tidak mempercayai suaminya. Renee percaya Serga, bahkan dia lebih percaya pada pria itu dibanding dirinya sendiri.
"Bunda belum tidur?"
Suara kecil yang entah sejak kapan berada di ambang pintu membuat Renee tersentak.
"Belum sayang, masih ada kerjaan. Mecca bukannya udah tidur tadi?"
"Mecca haus, makanya tadi ke bawah ambil minum. Terus Mecca liat lampu ruang kerja bunda masih nyala, Mecca pikir bunda lupa matiin."
Renee menghampiri Mecca, "sekarang Mecca naik ke atas terus lanjut tidur ya, bunda mau selesain kerjaan dikit lagi."
Anak itu mengangguk, tersenyum memperlihatkan gigi-giginya yang nampak besar. Mecca memiliki mata bulat dan besar seperti ayahnya, waktu pertama kali Mecca lahir Renee sudah memiliki firasat bahwa semua yang ada dalam diri anaknya adalah turunan dari Serga. Seperti memindahkan apa yang ada dalam diri pria itu ke dalam bentuk yang lebih kecil, Mecca adalah jelmaan dari Serga dari bentuk tubuh dan juga sifat. Maka dari itu Serga selalu menyebut Mecca dengan panggilan daddy's little girl.
Setelah Mecca menutup pintu dan kembali ke kamarnya, Renee mulai mematikan laptop dan membereskan beberapa berkas. Namun suara denting notifikasi whatsapp membuatnya meraih benda persegi itu.
My Husband❤️:
Sudah tidur?Renee buru-buru menekan tombol call, meletakkan benda persegi itu ke telinganya hanya untuk mendengar nada sambung yang tak kunjung mendapat jawaban.
Renee berdecak gelisah saat sampai nada sambung berakhir pun Serga tidak mengangkat panggilannya.
"Please mas, jangan bikin aku berpikir negatif," ucap Renee pada dirinya sendiri.
Renee menggenggam ponselnya dengan gelisah, namun nada panggilan dari ponselnya membuatnya buru-buru menatap layar. Ya, nama my husband tertera jelas pada incoming call.
"Mas," ucap Renee seperti terburu-buru.
"Halo, maaf ya aku malah telpon balik soalnya tadi habis chat kamu aku langsung ke kamar mandi jadi gak bisa angkat telpon."
"Mas dimana?"
"Di hotel."
"Sama mas Ryan?"
Hening.
Renee menunggu jawaban di tengah keheningan yang bahkan suara detak jam jadi kian melambat.
"Iya, tadi sama Ryan tapi mas baru aja masuk kamar habis makan malam terus yang lain pada ngobrol sebentar."
Renee menggigit kukunya, kebiasaan buruk yang dia lakukan ketika dia gelisah. Perutnya terasa tertarik selagi menimang apa perlu dia mengatakan bahwa dia bertemu dengan mas Ryan tadi siang. Mengobrol dengan Serga tidak pernah semencekam ini sebelumnya. Apa seperti ini perasaan wanita-wanita yang curiga terhadap suaminya? Tuhan, Renee tidak suka perasaan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPILY (N)ever AFTER (COMPLETED)
Romance(Please follow me before you read my story) Serga dan Renee adalah pasangan yang sempurna. Bagaimana tidak, menikah selama 8 tahun dan dikaruniai seorang putri yang cerdas. Karir Renee yang gemilang sebagai pengacara perceraian dan kedudukan Serga...