Bagian 2: Klien menyebalkan

11.8K 1K 103
                                    


Beberapa bulan kemudian...

Renee memasukkan beberapa buku literatur ke dalam tasnya saat pintu ruangannya di ketuk pelan.

"Masuk," ucapnya sedikit nyaring.

Seorang gadis berambut coklat menyembulkan kepalanya lantas berjalan masuk ke dalam ruangan.

"Ibu udah selesai ngajar ya?" Tanyanya.

Renee mengangguk, hari ini dirinya memang hanya mengajar satu jadwal mata kuliah.

Gadis itu mengeluarkan amplop berwarna putih dari dalam tasnya lantas meletakkannya di atas meja. "Saya mau mengembalikan uang yang dulu sempat ibu kasih buat saya."

Renee mengerutkan keningnya, mencoba mengingat kembali alasannya memberikan uang pada gadis ini dulu.

"Oh, tidak usah di kembalikan. Waktu itu ibu memang niat memberikannya buat kamu. Jadi tidak perlu dianggap hutang, ibu ikhlas kok."

Renee ingat. Melva Saqina, gadis pintar yang selalu mendapatkan nilai A, dirinya pernah memberikan uang pada gadis  ini saat dia mengatakan akan cuti kuliah karena belum bisa bayar uang semesteran.
Melva adalah mahasiswi kesayangan Renee, dia bisa melihat bahwa gadis ini punya potensi besar untuk berkembang.

"Tapi... saya tidak enak bu, ibu terlalu baik sama saya." Gadis itu bersikukuh.

"Sudah tidak apa-apa, simpan saja buat keperluan kamu yang lain." Renee mendorong amplop itu ke arah Melva. "Saya dosen wali kamu, anggap saja itu sebagai hadiah dari saya karena nilai kamu bagus."

Gadis itu terlihat tertunduk sambil memainkan jemarinya. "Sebenarnya saya juga mau bilang sama ibu kalau minggu depan saya akan pulang ke Jogja."

"Oh ya? Tapi balik lagi, kan?"

Gadis itu mengangguk, "saya sudah bikin surat izin buat seminggu."

"Kenapa? Ibu kamu sakit lagi?"

Gadis itu menggeleng, "saya mau nikah, bu."

Renee terdiam sejenak. Apa dirinya tidak salah dengar?

"Kenapa cepat sekali?" Tanya Renee. "Bukan, maksud saya... kamu yakin? Kamu masih muda banget loh, apa tidak mau menunggu sampai lulus dulu? kerja dulu."

Gadis itu semakin tertunduk, tidak berani menatap Renee.

"Maaf, saya bukan bermaksud melarang kamu. Maksud saya, apa tidak mau dipikirkan lagi. Menikah artinya kamu punya satu orang yang akan kamu urusi hidupnya 24 jam."

Renee hanya menyayangkan, Melva gadis yang berpotensi. Dia hanya tidak ingin gadis ini menikah muda hanya untuk ikut arus. Menikah bukan cerita dongeng dimana pasangan akan berbahagia selamanya. Menikah adalah awal perjalanan, dimana kalau setiap pasangan tidak berpegang erat maka akan hancur dihantam badai.

Melihat Melva hanya menunduk tanpa berniat untuk bersuara membuat Renee mendesah pasrah. "Kalau kamu sudah mantap sama pilihan kamu ya tidak apa-apa. Ibu yakin kamu sudah pertimbangkan."

Renee melirik ke arah ponselnya, satu notifikasi pesan dari suaminya membuatnya meraih benda itu.

My husband❤️:
Sudah makan siang?

Renee dengan cepat mengetikkan balasan.

To My husband❤️:
Belum, rencana mau jemput mecca dulu baru makan siang,tadi pagi anak kamu minta lunch hokben. Habis antar mecca aku juga ada janji sama klien di kantor.

My husband❤️:
Sound hectic, jangan lupa habis makan langsung minum vitamin. Banyakin minum air putih, love you.

To my husband❤️:
Makasih mas, love u too.

HAPPILY (N)ever AFTER (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang