Jam setengah 5 subuh, saat suara adzan yang Renee tunggu-tunggu akhirnya berkumandang. Malam ini terasa sangat lama, tentu saja karena Renee tidak bisa memejamkan matanya setelah pertengkarannya dengan Serga.
Seperti biasa, mungkin ini akan terdengar aneh. Serga dan dirinya akan saling menjauh sehabis bertengkar. Mengontrol emosi masing-masing karena tidak ingin rasa amarah memegang kendali yang berujung fatal. Renee tidak pernah berharap Serga akan mengetuk pintu kamar untuk menjelaskan sesuatu atau paling tidak mengucapkan maaf.
Renee hapal benar karena siklusnya terus berulang. Bertengkar, saling menjauh, lalu duduk bersama untuk membahas masalah yang mereka ributkan.
Tapi untuk yang satu ini Renee tidak yakin apakah satu alasan atau penjelasan akan membuat semua pertanyaan yang berputar di kepalanya akan terjawab. Kepalanya kembali bermain dengan hal-hal kecil yang mungkin saja terlewat. Rasa ingin percaya menutupi semua keganjilan yang dirinya temukan akhir-akhir ini, semua berawal saat Serga dinas ke Jogja, tentang Ryan, dan sekarang tentang pembelian sebuah mobil atas nama suaminya.
Renee menggelengkan kepalanya kuat, beranjak dari tempat tidur lalu mengambil air wudhu. Apa mungkin dirinya terlalu lelah hingga isi pikirannya berjalan kesana dan kemari. Melampiaskan semua pikiran buruk atas kasus-kasus perceraian yang dia tangani pada Serga.
Tok tok tok
Renee yang baru saja ingin memakai mukenanya di kejutkan dengan ketukan dari arah pintu kamar, di susul dengan pintu yang terbuka dan penampakan Serga yang telah mengenakan baju koko berwarna putih.
"Kita sholat sama-sama ya." Pria itu mengambil sajadah lalu menggelarnya di depan sajadah milik Renee.
Renee berusaha tidak menghiraukan pria itu, melanjutkan memasang mukenanya lalu berdiri. Serga yang melihat reaksi Renee buru-buru berdiri di depannya, mengangkat takbir setelah sebelumnya melapalkan niat sholat subuh. Mau tidak mau membuat Renee mengikuti keinginan Serga untuk mengimami-nya.
"Assalamu'alaikum warahmatullah." Setelah mengucapkan salam pada tahiyat akhir, mungkin karena sudah terbiasa, Serga mengulurkan tangannya pada Renee karena wanita itu selalu akan mencium tangannya setelah selesai sholat bersama.
Tanpa Serga duga Renee malah mengabaikannya, melepas mukenanya dengan terburu tanpa ada niat berinteraksi dengan dirinya.
"Kamu masih marah sama mas?"
Gerakan Renee melipat mukenanya terhenti, terdiam sejenak tanpa ada niat menjawab pertanyaan Serga.
"Kamu ragu sama aku?" Lagi, Serga kembali membuka percakapan setelah tidak ada tanda-tanda Renee akan menjawab pertanyaannya.
Renee berdiri setelah selesai melipat mukenanya lalu meletakkannya di dalam lemari.
"Ren."
Suara Serga meninggi saat melihat Renee ingin keluar dari kamar.
"Kirania Renee Sagara."
Renee tau bahwa Serga akan selalu memanggil nama lengkapnya di tambah dengan nama belakang pria itu sebagai tanda bahwa Serga ingin Renee untuk memperhatikannya.
"Aku sudah bilang sama mas untuk menyiapkan alibi terbaik." Renee berbalik lalu menatap Serga. "Apa mas sudah memikirkan skenario terbaik supaya semua alasan mas terdengar masuk akal?"
Serga berdiri, "aku bukan klien kamu yang bisa kamu interogasi dengan kata-kata seperti itu."
"Mungkin kita belum siap untuk bicara satu sama lain, take your time."
Renee sudah memutar knop pintu dan melangkahkan kakinya keluar kamar.
"Aku cuman bantuin mas Ilyas."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPILY (N)ever AFTER (COMPLETED)
Romance(Please follow me before you read my story) Serga dan Renee adalah pasangan yang sempurna. Bagaimana tidak, menikah selama 8 tahun dan dikaruniai seorang putri yang cerdas. Karir Renee yang gemilang sebagai pengacara perceraian dan kedudukan Serga...