"Nyonya Karenina mau luangin waktu jam 2 siang ini, tapi harus on time soalnya beliau mau berangkat syuting ke luar kota."
Suara dari telpon beberapa jam yang lalu membuat Renee berdiri di depan sebuah pintu berwarna hitam dengan lampu gantung di kedua sisi pilarnya. Rumah bernuansa putih di padu dengan warna kontras hitam pada pintu dan hiasan lainnya membuat rumah ini terlihat berbeda dengan rumah-rumah yang berada di sekitarnya. Walaupun keseluruhan rumah disini tidak ada yang tidak besar.
Seorang wanita membukakan pintu untuknya setelah beberapa kali pencetan bel.
"Siang, saya ingin bertemu dengan Nyonya Karenina," ucap Renee setelah melihat wajah bertanya yang wanita itu layangkan padanya.
"Sudah buat janji?"
"Sudah."
Wanita itu melebarkan pintu, "silahkan masuk," ucapnya.
"Mbak bisa tunggu disini ya," sambungnya sambil menunjuk sofa klasik berwarna coklat gelap.
Renee mengangguk, lantas mendudukkan dirinya sambil menatap wanita yang mulai menghilang menaiki tangga.
Tidak berapa lama wanita itu turun, diikuti dengan seorang wanita berambut panjang sepinggang. Wanita itu nampak cantik dengan blouse bercorak dan juga celana hitam panjang, seekor kucing berwarna coklat dengan bulu tebal berada di pelukannya.
Renee berdiri saat wanita itu kian mendekat, mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri. "Selamat siang, saya Renee."
Wanita itu menurunkan kucingnya lantas menjabat tangan Renee, "saya Karenina, silahkan duduk."
Renee mendudukkan dirinya, matanya melirik ke arah kucing yang bergelung manja di dekat kaki Karenina.
"Mbak, bikinkan minum," ucap Karenina sedikit nyaring yang kemudian terdengar suara sahutan.
Karenina mengangkat sebelah alisnya, "kamu pengacara suami saya ya?" Lalu wanita itu sedikit terkekeh, "maksud saya, mantan suami saya."
"Benar," jawab Renee.
Wanita itu menyeringai, "apakah dia masih bersikeras atas hak asuh kucing kami?"
Renee menegakkan duduknya, "sebenarnya sebelum datang kesini, saya sudah berdiskusi panjang dengan pak Benji. Saya juga menawarkan beberapa opsi agar kita bisa ketemu jalan tengahnya, semacam win win solution tapi sepertinya pak Benji belum bersedia."
Wanita itu berdesis, "kenapa pria itu suka sekali merepotkan wanita." Nadanya sedikit mengumpat, lantas meraih kucingnya dan mendekapnya sambil mengusap bulunya dengan sayang. "Milo gak mau ikut papi Benji ya, mau sama mami Karenina aja, iya?" Ucapnya seolah mengajak kucing itu untuk bicara.
Renee menatap kucing dalam dekapan wanita itu, menurut Renee hubungan kucing itu dan Karenina terlihat baik. Tidak seperti yang Benji katakan bahwa Karenina sering mengabaikan kucing-kucingnya.
"Setelah kami resmi berpisah, Benji sama sekali tidak mau berbicara sama saya." Wanita itu menatap Renee nyalang. "Padahal saya hanya meminta Milo untuk ikut saya tapi dia menolak. Dia ingin ketiga kucing-kucingnya. Saya yakin dia mengutus kamu kesini karena ingin hak asuh atas kucing-kucing ini kan?"
Renee mengangguk. Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepalanya. "Bagaimana jika kita membagi waktu asuhnya saja."
Karenina terlihat tertarik dengan ucapan Renee, "maksudnya?"
"Dalam seminggu ada tujuh hari, kalau kita bagi dua jelas tidak mungkin. Jadi solusinya di minggu pertama pak Benji dapat hak asuh empat hari dan Nyonya Karenina tiga hari. Lalu di minggu berikutnya Nyonya Karenina akan dapat empat hari hak asuh dan pak Benji sebaliknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPILY (N)ever AFTER (COMPLETED)
Romance(Please follow me before you read my story) Serga dan Renee adalah pasangan yang sempurna. Bagaimana tidak, menikah selama 8 tahun dan dikaruniai seorang putri yang cerdas. Karir Renee yang gemilang sebagai pengacara perceraian dan kedudukan Serga...