Setiap keputusan memiliki resiko
Maka pilihlah keputusan yang resikonya paling siap kamu tanggung
***
Dalam kamus Renee, bertindak gegabah dan tidak berkelas adalah hal yang paling membuatnya muak. Mari kita sederhanakan, harusnya saat ini yang Renee lakukan adalah melabrak Serga, membawa bukti dari Ilyas lalu memojokkan pria itu dengan segala cacian dan amarah yang ingin dia luapkan.
Tapi apa yang dia lakukan sekarang?
Wanita itu menyeduh teh dengan tenang di pantry rumahnya, mengenakan piyama hangat yang memperlihatkan lekukan tubuhnya, lalu memakai parfum dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
Bukan, Renee bukan istri Indosiar yang akan memikat Serga sehingga pria itu akan memilih dirinya ketimbang istri mudanya. Tangan Renee bergetar, memikirkan kronologi bagaimana suaminya bisa bertemu dengan perempuan itu sampai mereka menikah.
Bukti dari Ilyas adalah kartu As yang akan dia simpan sampai waktu yang tepat untuk di keluarkan. Renee memiliki rencana lain, dia hanya akan bertahan mengumpulkan semua kemarahannya sampai waktunya semua kemarahan itu akan menjadi senjata sehebat nuklir yang bisa memusnahkan satu pulau hanya dengan sekali tekan.
"Kamu lagi apa?"
Suara Serga berhasil membuat Renee menarik nafasnya.
"Cuman bikin teh hangat." Wanita itu menempelkan tangannya yang mulai dingin pada cangkir. "Mas mau?"
Renee membalikkan tubuhnya, tentu saja yang dia lihat adalah wajah Serga yang menunjukkan senyum tak biasa padanya.
Pria itu menggeleng, "mas maunya dihangatin sama kamu aja."
Sebelum ini, kata rayuan seperti itu akan membuat Renee meninju dada Serga dengan senyum tersipu. Tapi sekarang, mendengar rayuan seperti itu membuat Renee menahan tangannya mati-matian untuk tidak menyiram Serga dengan rebusan air mendidih bekas dirinya menyeduh teh.
Renee memilih untuk mengangkat kedua bahunya lantas berlalu ke arah sofa dan menyalakan tv.
"Istri aku dingin banget sih, kayak Elsa Frozen."
Lucu, rasanya Renee ingin tertawa sambil melempar tv yang menyala ini.
"Kalau aku Elsa.." Renee mengarahkan telunjuknya pada Serga, "... orang pertama yang aku jadiin es ya kamu."
Pria itu menyeringai acuh, lalu mendudukkan dirinya di samping Renee. "Yakali kamu tega."
Tangan pria itu memeluk bahu Renee lantas meletakkan hidungnya pada helaian rambut wanita itu. "Kamu wangi banget malam ini, sengaja ya."
"Gak papa, pengen aja."
Renee menggigit bibirnya, sentuhan Serga pada tubuhnya membuatnya merasa menjijikkan. Bukankah tangan itu telah Serga gunakan untuk menyentuh perempuan lain juga.
"Mas baru ingat, dulu kayaknya kita pernah ngobrol tentang rencana punya bayi lagi." Tangan Serga bermain di antara pinggang Renee. "Apa besok kita bikin janji sama dokter kandungan kamu buat lepas IUD?"
Bisa-bisanya.
Bisa-bisanya pria itu berbicara tentang kehidupan baru disaat ke depannya kehidupan mereka akan hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPILY (N)ever AFTER (COMPLETED)
Romance(Please follow me before you read my story) Serga dan Renee adalah pasangan yang sempurna. Bagaimana tidak, menikah selama 8 tahun dan dikaruniai seorang putri yang cerdas. Karir Renee yang gemilang sebagai pengacara perceraian dan kedudukan Serga...