Bagian 35: Yang Tak Pernah Renee Pikirkan

6.4K 649 35
                                    

Darah akan selalu lebih kental daripada air

***

"Ini berkas klien yang baru, pelajari dulu soalnya dia mau ketemu kamu sore ini."

Renee mengangkat sebelah alisnya."sore ini banget?"

Wanita yang ada di depannya mengangguk,"buru-buru katanya, mau cepat kelar."

"Oh," ucap Renee mengerti. Dalam kasus seperti ini biasanya ada keadaan urgent yang membuat klien tidak bisa menunggu lama. Layaknya perpisahan, semua ingin melakukannya dengan cepat entah karena emosi atau memang tidak tahan lagi.

Renee meletakkan ponselnya dengan maksud ingin membaca sekilas permasalahan kliennya agar dia bisa menguasai materi dan klien itu tidak perlu terlalu banyak menjelaskan.

Namun niat membaca sekilas itu tampaknya berakhir menjadi sesuatu yang serius saat Renee membaca paragraf dimana hal tak terduga ini terjadi.

Semua berubah saat kami memiliki bayi, suami yang dulunya perduli terhadap anak saya kini berubah menjadi pemarah. Saya tidak berharap dia akan menyayangi anak saya seperti anaknya sendiri tapi perbuatan kasarnya terhadap anak saya benar-benar tidak bisa saya maklumi lagi. Dia menampar anak saya hanya karena membuat adiknya menangis karena masalah sepele.

Renee merasakan dadanya sesak, klien yang dia hadapi dulunya adalah seorang janda yang memiliki seorang anak namun kemudian memutuskan menikah lagi dengan seorang pria lajang. Sikap suami yang dulu awalnya baik mulai berubah saat mereka memiliki anak bersama.

Apa memang seorang pria tidak bisa menyayangi anak yang bukan darah dagingnya sendiri dengan sepenuh hati?

Bukannya kalau menikah dengan wanita yang telah memiliki anak berarti harus menerima satu paket beserta anaknya?

Apa memang tidak ada yang bisa setulus itu?

Pikiran Renee berkecamuk tidak karuan, bayangan wajah Mecca seketika berlalu lalang di pikirannya. Dia tidak akan pernah mau jika semua yang dia baca terjadi pada Mecca.

***
Renee menggerakkan kakinya gelisah, beberapa kali mengetukkan telunjuknya pada meja kantornya. Tak pernah sebelumnya dia segelisah ini hanya karena menunggu seorang klien.

Perut Renee seperti tertarik ketika mendengar ketukan di pintu ruangannya. "Masuk," ucapnya sedikit nyaring.

Knop pintu diputar dari luar, menampakkan seorang wanita muda tengah tersenyum sopan. "Bu Renee?" Tanyanya meyakinkan.

Renee mengangguk,"silahkan duduk."

Wanita itu mendudukkan dirinya, menjabat tangan seraya memperkenalkan diri,"saya Giska," ucapnya.

"Mungkin ibu sudah tau sekilas apa permasalahan saya."

Renee mengangguk,"apa sebelum memutuskan untuk menikah tidak ada tanda-tanda red flag dari suami kamu?"

Wanita itu sedikit terkejut. Mungkin baginya Renee terlalu to the point. Namun gelengan dari Giska membuat Renee tau bahwa tidak ada satupun pria yang menunjukkan sisi buruk saat masih tahap awal mengenal satu sama lain. Setiap pria pasti memakai topeng malaikat sampai mereka dapat apa yang mereka inginkan, layaknya pertunjukkan yang telah berakhir topeng itu akan terbuka sedikit demi sedikit jika sudah menikah.

"Sudah benar-benar yakin ingin berpisah?" Tanya Renee lagi.

"Saya tidak pernah seyakin ini dalam hidup saya."

Renee mengangguk,"ok, besok saya siapkan berkas yang harus ditanda tangani."

Giska terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya,beberapa lembar foto dan juga selembar kertas."saya ingin ibu menambahkan tuntutan atas tindak penganiayaan."

Renee buru-buru mengambil barang yang Giska sodorkan padanya. Untuk beberapa saat nafas Renee seperti berhenti, bagaimana bisa seseorang melakukan hal sejahat ini pada anak yang bahkan belum berumur 5 tahun. Di foto itu terlihat beberapa luka lebam di tangan dan punggung, bahkan ada bekas biru di sekitar mata.

"Ini semua..."

"Perbuatan suami saya."

Renee tak habis pikir, tak pernah dia melihat manusia semengerikan ini sebelumnya.

"Padahal anak saya begitu sayang pada adiknya, namun di mata suami saya anak saya selalu saja salah. Bagi anak kecil berebut mainan adalah hal yang biasa tapi jika adiknya menangis selalu saja anak saya yang kena imbasnya."

"Apa dari awal pernikahan ini tidak terlihat?"

Giska menggeleng,"dulu saya bekerja sehingga kebutuhan anak saya bisa saya penuhi mengingat mantan suami saya yang dulu tidak pernah memberikan nafkah untuk anak saya, tapi semenjak saya berhenti bekerja karena harus mengurus bayi jadi suami saya yang sekarang lah yang memberikan nafkah untuk anak saya. Mungkin karena dia pikir dia yang memberi makan maka bisa seenaknya memukul anak saya."

Renee menberikan kotak tisu yang berada tak jauh darinya, wanita yang ada di depannya ini seperti tak tahan jika harus mengulang apa yang kerap dia alami. Tidak ada ibu yang akan kuat jika melihat anaknya disiksa di depan matanya sendiri, terlebih itu dilakukan oleh orang lain yang tak ada hubungan darah.

"Jadi sekarang kedua anak kamu sama siapa?"

"Saya titip di rumah orang tua saya."

"Suami kamu tau kalau kamu ingin menggugat cerai?"

Wanita itu menggeleng,"dia pikir saya hanya marah dan pergi dari rumah seperti yang sering saya lakukan."

Renee mengangguk mengerti, itu artinya pria jahat itu juga tak tau bahwa dia akan masuk penjara karena pasal penganiayaan.

Renee akan menuntut hukuman paling berat untuk seorang pria yang dengan teganya melayangkan tangannya pada anak kecil yang tidak berdosa.

***
"Ren."

Renee tersentak saat tangan Benji menyentuh bahunya.

"Ya?"

"Aku tanya kamu mau makan apa?"

"Hmmm."

"Lagi ada masalah?" Tanya pria itu karena sebenarnya dia sudah bertanya dari tadi tapi Renee tidak menanggapi karena asik melamun.

Renee menggeleng karena dia tak ingin cerita tentang apa yang mengganggunya sejak tadi. Kasus Giska benar-benar berhasil membuatnya berpikir ulang tentang hubungan dengan Benji. Hal ini benar-benar tak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya. Walaupun dia tau dengan jelas bahwa tidak semua pria sama seperti suami Giska.

Tapi bukan tidak mungkin bukan?

Lagi pula semua pria akan selalu menampilkan sisi terbaiknya, dan semua sifat aslinya hanya akan terlihat ketika sudah menikah.

"Sop daging mau?" Tawar Benji setelah tak mendapat jawaban dari Renee sejak tadi.

Renee mengangguk karena sebenarnya dia tak punya nafsu makan sama sekali. Dia hanya tak ingin Benji kecewa dengan menolak ajakan makan dari pria itu karena sebenarnya mereka tidak bertemu dalam waktu yang lama sebab Benji baru pulang dari luar negri.

Pria itu tersenyum lantas memutar setirnya untuk berbelok.

***

Find me on instargam: emayuzar

HAPPILY (N)ever AFTER (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang