3. Pengakuannya

704 45 0
                                    

"Selamat siang pak." Seorang perawat berdiri menyambut kedatangan SeokJin.

"Siang, aku ingin bertemu pasien Haena." Ucapnya masih dengan nafas yang memburu.

"Maaf, bapak siapa ya?"

"Aku suaminya. Namjoon adik ku, adik kandung ku." SeokJin terpaksa menggunakan cara nepotisme supaya diperbolehkan masuk. Perawat terkejut mendengar pengakuan SeokJin.

"Nona Song ada di dalam pak." Tangannya memberi isyarat kearah lorong disebelah kanannya. SeokJin baru tau jika marga mu adalah Song.

Suara Namjoon yang sedang berbincang terdengar oleh SeokJin. Perawat yang lain memberi salam. Kemudian membukakan pintu kamar periksa. Perawat itu pasti mengira pria yang muncul belakangan ini adalah suami pasien.

Tentu saja kedua orang didalam terkejut dengan kedatangannya. Bukan hanya Namjoon tapi juga Haena. Telapak tangannya tiba-tiba dingin dan lembab. Wajahnya menjadi pucat.

"Hyung aku sedang praktek."

"Aku tau, aku hanya ingin menemaninya. Lanjutkan saja." SeokJin duduk dengan canggung dan gugup. Kau pun tak berani mengangkat wajah.

"Hyung, aku sedang tak main-main. Aku bersama pasien ku. Silahkan Hyung tunggu diluar."

"Aku tau, aku bilang aku juga ingin tau bagaimana keadaannya."

"Hyung! Ini privasi pasien. Hanya keluarga atau pasangan yang boleh tau."

"Aku..." SeokJin menghela nafas sesaat. "Aku yang membuatnya ada didalam sana. Bayi itu anak ku." Ucapnya lirih namun tegas.

Pena digenggaman Namjoon terjatuh tanpa dia sadari. Pria itu juga membuat ku terkejut. Pengakuan tak disangka-sangka dari si pengunjung ilegal ini seperti sambaran petir.

"Hei kau, dokter Namjoon! Cepat periksa calon istriku. Aku juga ingin lihat keadaan bayi ku didalam sana!" Teriak SeokJin tak sabar.

NamJoon yang sama shocknya dengan ku mengikuti perintah kakak kandungnya.

"Haena-ssi, naiklah keranjang." Kau menatap kearah Namjoon tak yakin.

"Apa kau terganggu dengan kehadiran manusia ini? Jika iya, aku akan mengusirnya."

"Hya! Dia bayi ku. Tak ada dia jika tak ada andil ku."

Mau tak mau ku tak punya pilihan lain selain mengakui pengakuannya benar, kemudian naik ke ranjang periksa. Namjoon mengangkat blus yang dikenakannya tapi tangan ku mencegah.

"Haena-ssi, aku bahkan sudah melihat semuanya." Wajah ku seketika berubah. Air muka ku menjadi sendu menahan tangis dan enggan. Ku membuang wajah menghindari tatapan SeokJin. Perasaan dilecehkan dengan kalimatnya melukai ku lagi.

"Maaf, maafkan aku. Aku bersalah. Tak seharusnya aku melakukan itu pada mu. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku akan bertanggung jawab. Tolong jangan gugurkan kandungan mu." SeokJin memohon tepat disamping ku yang masih berbaring membuang muka.

"Cukup!" Kami mengatupkan bibir seketika. Namjoon melepas jas dokternya. Meraih gagang telpon didekatnya dan meminta perawat menutup kliniknya. Bahkan meminta perawat itu pulang lebih awal.

"Hyung, apa yang terjadi?"

"Kau tak jadi memeriksanya?" Perdebatan terjadi antara kakak adik ini.

"Apa Hyung tak lihat jika HaeNa tak nyaman setelah kau datang?" SeokJin menoleh pada ku lagi. Gambaran raut wajah ku mungkin terlihat jelas sekarang, jika aku canggung.

SeokJin menunduk menghela nafas pasrah. Dia pasti mengakui jika tindakannya menerobos telah membuat runyam tatanan hati ku.

"Haena-ssi, kau mau cerita?" Namjoon menuntut penjelasan mu.

CEO's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang