"Ayah...ibu..." Kami semua terkejut dengan kedatangan mereka. Terakhir yang masuk adalah Namjoon. Kami semua diam sambil menunggu perawat menyelesaikan pekerjaannya.
"Ayah, ibu...maaf."
"Maaf mu itu tak akan merubah keadaan." Ayah SeokJin menghardiknya keras. SeokJin dan kami semua terdiam.
"Ayah, aku..."
"Berhenti menjadi tamengnya Haena-ya, setelah menikah dengannya, kau adalah putri kami juga. Kedudukan mu sama dalam keluarga kami. Jadi biarkan orang tuamu ini memberinya pengajaran."
Aku menutup mulut, sudah tak bisa berkata apa apapun kali ini. Hati ku tersanjung namun juga takut pengajaran yang dimaksudkan adalah dengan kekerasan. Mata ayah SeokJin menatapnya tajam. Membuat SeokJin mati kutu.
"Ahh, ayah apa tak sebaiknya kita tinggalkan mereka berdua? Aku rasa mereka butuh ruang berdua. Ku lihat SeokJin Hyung sudah mereda." Namjoon menengahi.
Ibu SeokJin yang sedari tadi memeluk ku mengusap rambut lalu pindah ke perut buncit ku.
"Hampir saja aku kehilangan cucu ku. Hampir saja.." ucap beliau lirih menahan sedih dan menunjukkan lega bersamaan."Kau sudah setuju dengan hukuman mu bukan? Maka jadilah laki-laki yang jantan. Kau dengar?" Ayahnya sekali lagi berkata keras.
"Sudah-sudah, Namjoon sudah disini. Dia juga akan menjaga mu Haena-ya. Istirahatlah jangan pikirkan apapun. Telpon ibu jika kau butuh sesuatu, sekalipun kau hanya minta diantar ke toilet." Aku mengangguk dengan sedikit tertawa. Namjoon pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Haena-ya, jaga cucu ku baik-baik. Kami pergi dulu." Ibu mencium kepalaku lalu mengusapnya perlahan.
SeokJin menatap sedih orang tuanya yang keluar pintu. Namjoon masih di ruangan inap ku dia kemudian duduk. Aku melihat SeokJin yang tak bersuara sedari tadi menyentuh lengannya lembut. SeokJin menatapku teduh. Lalu menyentuh tangan ku yang berada di lengannya.
"Hyung, aku minta maaf tak bisa membujuk ayah secara maksimal." Namjoon menundukkan kepalanya.
"Terima kasih, karena mu ayah merubah hukuman itu, ayah tak jadi menceraikan kami. NamJoon-ie Terima kasih."
Percakapan kedua kak beradik ini membuat ku menebak-nebak, berasumsi. Luka di punggung SeokJin, keadaannya yang carut marut. Kemudian kata "cerai" membuatku seperti dihantam dibagikan kepala.
"Aduhhhh." Kedua pria yang bersama ku merespons cepat.
"Sayang, apa yang terjadi?" SeokJin memutar tubuhnya kearah ku. Tangan ku sibuk memijit pelipis. Rasanya begitu pening dan berat. SeokJin menyandarkan badan ku kemudian menoleh panik kearah Namjoon.
Namjoon mengambil pergelangan tangan ku kemudian menatap rolex dipergelangan tangan kirinya. Dia meraba dahi kemudian perut ku. Wajahnya tegang. Secepat flash Gordon dia memencet tombol untuk panggilan perawat.
Perawat menghambur masuk, melihat Namjoon sedang berusaha membantu ku, mereka meminta SeokJin menjauhi ku sejenak. Kedua perawat itu memapah ku hingga naik ke ranjang. Aku yang merasakan kepala pening dan jantung berdetak tak berirama, memilih pasrah.
"Haena-ya, sayang kau tak apa? Haena-ya."
"Aku baik-baik saja." Ucap ku lirih sesaat sebelum aku menjadi relaks dan nyaman.
SeokJin mendekati ku dengan panik. Dia mengambil tangan ku yang tadi disuntikkan cairan dari venflon di tangan kanan ku.
"Apa yang terjadi Joon? Kenapa Haena?"
"Dia shock Hyung, itu terjadi pada ibu hamil yang mengalami stress. Tapi dia akan baik-baik saja." SeokJin memejamkan mata mengulas rasa lega.
Bahunya diremas pelan oleh Namjoon. SeokJin tau dia melakukan kesalahan fatal. Tapi kini dia sadar bahwa memiliki ku lebih berharga dari pada menyimpan kenangannya. Melihat ku tumbang dengan darah bercucuran membuatnya ketakutan akan kehilangan wanita yang dia cintai seperti dulu.
Melihat darah mengalir melalui betis ku, dia tau bahwa dia mungkin akan membunuh anaknya lagi. Dia tak ingin itu terjadi. Dia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada istri dan putranya. SeokJin menerima seluruh hukuman dari ayahnya.
Waktu itu...
Ketika aku sudah ditangani intensif di ICU, ayah, ibu dan Namjoon kembali dengan segera karena kabar dari Hyerin. Ibu mertuaku menangis hingga terduduk dilantai saat tau keadaan ku terlebih sebabnya adalah putra tertuanya.Ayah mertuaku mengepalkan tangannya hingga memutih. Wajahnya merah padam melihat SeokJin yang duduk dengan kepala menunduk. SeokJin tau, hukumannya sedang menantinya. Ketakutannya pada ayahnya sama dengan takut yang tadi dia rasakan.
Seluruh cerita telah didapatkan oleh orang tua kami dari Taehyung. Ayahnya geram, beliau tak menyangka bahwa semua sampai seperti ini.
SeokJin dipanggil pulang oleh ayahnya. Ayahnya menatapnya tanpa ampun. Tanpa disuruh SeokJin bersimpuh dengan tangan diatas lututnya sambil terus menunduk.
"Apa yang kau lakukan?" Nada bicara ayahnya tenang namun terdengar menghakimi di telinga SeokJin.
"Aku bersalah, aku tak sengaja."
"Apa kau bilang? Istri dan anak yang kau sendiri janjikan perlindungan dan tanggung jawab, kau buat hingga koma?"
"Aku bersalah ayah. Aku menyesal."
Ayah SeokJin geram. Beliau melepaskan ikat pinggang kulitnya kemudian mencambuk punggung putra tertuanya. Laporan Taehyung sangat membuat beliau merasa gagal mendidik putranya.
"Ayah, Haena masuk ICU SeokJin Hyung mendorongnya tanpa sengaja. Di badan Haena juga ada beberapa luka." Taehyung melaporkan seperti perintah ayahnya.
"Ayah, Haena juga ada dalam mobil saat kecelakaan Hyung dulu. Haena adalah putri tuan Song Jin Go."
"Ayah cukup! Aku mohon." Namjoon yang ada dalam ruangan itu tak tega melihat kakaknya menerima semua pukulan dengan hanya diam dan pasrah. Tapi Namjoon juga ikut geram saat SeokJin mengutarakan isi hatinya.
"Aku membencinya karena dia penyebab Ji-won dan aku bertengkar hingga mengakibatkan kecelakaan itu."
Ayah mereka sudah akan mencambuknya lagi tetapi ditahan oleh Namjoon. Punggung SeokJin sudah berdarah, bahkan kemeja putihnya koyak.
"Ayah, menyakitinya malah akan membuat masalah baru." Namjoon menangkis gerakan cambuk dari tangan ayahnya. Dibawahnya masih bersimpuh SeokJin yang tetap menunduk tapi sekarang dia menangis.
"Lebih baik kalian bercerai. Aku tak sanggup menghadapi Haena." Ucap ayahnya dingin memaksa SeokJin menatap ayahnya ragu.
"Ayah!" Namjoon protes.
"Apa kau punya ide lebih baik? Bagaimana jika Haena sampai tau, jika manusia ini yang menyebabkan orang tuanya mati?" Teriak ayahnya kemudian
Taehyung menutup mulutnya rapat."Apa ayah yakin jika menceraikan mereka, itu akan jadi jalan terbaik?" Namjoon kembali brtanya.
Ibunya muncul kemudian duduk di sofa belakang putranya. Wanita itu suaranya bergetar menahan tangis. Ibu mana yang tega anaknya dihajar habis-habisan sekalipun oleh suaminya sendiri?
"Apa perlu kau membuatnya terluka seperti ini? Dia anak ku, kau tak berhak memukulnya hingga seperti ini!" Ibunya berteriak meluapkan kekecewaan dan marahnya. Ayah SeokJin mendengus kesal. Beliau tau perlakuannya terhadap putra sulungnya sudah melewati batas.
"Aku tak setuju, mereka dipisahkan. Aku akan membawa pulang Haena dan cucu ku ke rumah ini, aku akan menjaganya. Aku akan menjaganya seperti ibu Song menjaga Haena dulu." Keputusan ibu SeokJin sepihak, tapi tak ada yang berani membantahnya.
"DAN KAU! Kau akan tinggal terpisah dari istri dan anak mu. Kau hanya boleh datang berkunjung, hingga Haena bisa dan mau menerima mu lagi. KAU DENGAR ITU?!" Ayahnya telah beritahu dan dia tak berani membantah.
SeokJin yang merasakan perih dan nyeri, bersyukur bahwa dia tak akan kehilangan ku dan bayinya. Setidaknya dia bisa melihat ku dan putranya, itu sudah cukup walau kami akan dijauhkan. Dia merasa itu adalah hukuman yang sangat pantas dia dapatkan dibanding harus melihat ku pergi bersama putranya. Dia sendiri mungkin sudah lupa, keinginannya untuk menceraikan ku dan mengambil hak asuh bayi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO's Love Story
FanficHanya untuk menghindari hukuman dan melupakan mantan tunangan. Peristiwa perkosaan membuat hidup gadis yatim piatu pemilik toko roti berubah. Tuan pemilik mall tiba-tiba menjadikan dirinya istri untuk sebuah tanggung jawab. Kisah SeokJ...