"Ayah, pertemuan kami memang tak biasa. Pernikahan kami memang tak terencana. Anak ini pun hadir tanpa disengaja. Tapi apa ayah tau? Aku tak pernah merasa bahwa jalan hidup ku salah."
"SeokJin memang hadir tiba-tiba dan mengacaukan semua rencana ku. Tapi dia juga yang memberiku harapan baru, pengalaman baru, cinta baru. SeokJin adalah sebuah tunas liar ditengah taman hidup ku. Awalnya aku menganggapnya gulma dan harus ku cabut. Tapi lama kelamaan, dia menjadi makin besar dan berbuah."
Ayah dan ibu mertua ku, memandang ku seksama.
"Buah itu manis ayah. Tapi aku juga menemukan buah yang rusak karena dimakan ulat. Itu hal biasa bukan? Apa karena ada hasil yang tak sempurna, maka pohon itu harus dicabut kemudian dipindahkan ketempat lain?" Ayah menepuk lututnya."Jika ayah yakin, bahwa pohon itu akan tetap bisa tumbuh dan bertunas, maka aku akan menuruti keinginan ayah dan ibu." Kali ini ibu mertuaku menatap suaminya, ucapan ku pasti ada benarnya.
"Aku janji, bahwa aku akan merawat pohon itu, ayah. Aku janji tak akan ada lagi kejadian yang sama atau lebih buruk."
Ayah dan ibu mertuaku, tak mendebat keinginan ku. Mereka menyerah atas permintaan ku. SeokJin pun hanya bisa tertunduk dan sesekali menatap ku yang tanpa takut mendebat ayahnya. Hingga kami kembali ke paviliun.
"Ayah, apa kita keterlaluan? Aku merasa Haena benar-benar mencintai SeokJin." Ibu menghentikan lamunan ayah yang berdiri menghadap jendela dengan kedua tangan didalam saku celananya.
"Aku juga baru sekarang melihat SeokJin menerima tanpa bantahan semua keinginan kita. Anak itu berubah jadi penurut karena Haena." Ibu membujuk suaminya.
"Ayah, lulus kan permintaan Haena. Aku yakin memisahkan mereka malah akan memperburuk keadaan." Kata ibu kemudian.
"Apa kau lupa bagaimana anak mu? Apa kau lupa mengapa dia meminta kamar paviliun? Makin kita larang dia akan makin gigih." Ibu tersenyum dalam pelukan ayah. Mereka tau, bahwa dengan cara ini putra dan istrinya akan saling mempertahankan.
Makan malam terlewati dengan seperti biasanya. Boram bilang dia senang akan punya teman dirumah. Benar saja, setelah makan malam Boram ikut ke paviliun. Aku dan Boram duduk di ruang tamu kecil di teras.
"Aku dengar bibi dirumah sakit paman Hoseok, apa bibi sakit?" Berakhirlah kami bercakap-cakap berdua.
Diruang keluarga rumah utama.
"Jadi? Apa ayah akan membiarkan SeokJin Hyung tetap disini?" Taehyung membuka suara.
"Tak ku sangka Haena akan mendebat ayah. Ayah dua punya lawan sekarang." Komentar Hyerin membuat Namjoon bingung. Ibu dan Taehyung tersenyum.
"Ayah memang berlebihan. Bagaimana bisa setega itu? Memisahkan suami istri? Wuahhhh, aku tak bisa membayangkannya." NamJoon membuka suaranya.
"Bahkan gadis nakal itu mendebat ku. Boram sepertinya punya saingan ." Ayah akhirnya bersuara. Hyerin tertunduk malu.
"Kami tak akan tega melihat mereka berjauhan, awalnya kami memang ingin mereka berpisah. Tapi sepertinya mereka sudah saling jatuh cinta." Ucap ibu tenang.
"Daebak! Bahkan kemarin mereka berdua berciuman sambil menangis di rumah sakit." NamJoon mengusap kasar wajahnya.
"Benarkah? Hyung menonton mereka live show?" Taehyung tak bisa menahan tawanya. Namjoon tersenyum kecut.
"Baiklah, kami akan istirahat dengan tenang malam ini. Semua masalah sudah beres."
"Ayah akan membiarkan SeokJin Hyung tidur di paviliun mulai malam ini?" Taehyung masih menuntut jawaban lugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO's Love Story
FanficHanya untuk menghindari hukuman dan melupakan mantan tunangan. Peristiwa perkosaan membuat hidup gadis yatim piatu pemilik toko roti berubah. Tuan pemilik mall tiba-tiba menjadikan dirinya istri untuk sebuah tanggung jawab. Kisah SeokJ...