47. Kebohongan mantan kekasihnya

227 16 0
                                    

13 jam setelah penculikan....
Polisi dan detektif sudah melacak melalui CCTV dan buntu. SUV yang disinyalir membawa ku hilang jejak ketika masuk area tanpa CCTV. Mobil itu memang sudah ditemukan dan kosong. Plat mobilnya juga palsu.

Keadaan SeokJin sudah kacau balau. Eunha tertidur karena kelelahan dan menyesali diri sendiri. Hyerin sendiri duduk diam ditempatnya. Kopi didepan Taehyung sudah gelas ke 6 hari itu.

Tak ada yang bisa tidur sejak semalam tadi. Semua ponsel terletak diatas meja ruang tamu rumah SeokJin.

"Apa kita hanya menunggu seperti orang bodoh begini?!" SeokJin bersuara.

"Biarkan mereka bekerja dengan cara mereka Hyung." NamJoon berusaha meredakan ketegangan kakaknya.

"Maka kita akan bekerja dengan cara kita sendiri. Mereka terlalu lama!" Geram SeokJin.

"Apa yang akan Hyung lakukan? Berkendara ke seluruh Korea Selatan sambil meneriakkan nama Haena?" Taehyung sarkas.

"Lalu, kalian mau aku duduk diam seperti orang bodoh sedangkan istri dan putra ku entah dimana? Hidup atau mati?" Ujarnya marah.

Semua orang menghela nafas tak tau harus bagaimana. Pertengkaran itu membuat Eunha terbangun. Melihat semua orang berwajah tegang dia hanya bisa duduk diam dan Hoseok memeluknya.

"Apa tak sebaiknya kau memeriksa ponsel dari Baek Aery, Hyung?" SeokJin menoleh kearah Hoseok. Kemudian cepat-cepat mencari ponsel itu di sakunya.

Terdengar rekaman percakapan Baekhyun dan Chanyeol. Sepertinya Baekhyun sengaja merekam percakapan itu.

"Chan, tak bisakah kau menyadari dan merelakan Haena? Jika kau cinta maka kau harus mendukung kehidupannya sekarang."

"Hyun, apa kau lupa bagaimana aku melepaskan Ji-won dulu? Ku lepas dia karena Haena. Aku mencintai Ji-won tapi cintaku lebih dalam untuk Haena."

Mendengar nama Ji-won disebut, semua orang saling pandang dan menatap kearah SeokJin. Tapi pria itu tetap duduk dan dengan seksama mendengarkan rekaman itu.

"Ji-won telah tenang di alamnya Chan. Dan itu semua juga karena ulah mu. Kau yang membuat semuanya menjadi seperti ini."

"Aku sepakat untuk tak melanjutkan perjodohan ku dengan Haena, karena dia tau aku sudah punya kekasih. Tapi cintaku padanya tak bisa lepas Hyun."

"Kau memang egois dari dulu, tak pernah berubah."

"Aku egois? Orang tua Haena yang menjadikan ku seperti ini. Mereka membuat bisnis ayah ku bangkrut. Aku hanya anak yang berbakti pada orang tua. Membunuh mereka adalah bukti bakti ku pada ayah dan ibu ku."

"Apa yang kau lakukan pada mereka Chan? Bagaimana kau melakukan itu?"

"Aku hanya menukar kaca mata pak tua renta itu."

"Apa kau lupa bahwa ada Haena, dan Ji-won didalam mobil itu?"

"Kedua wanita itu sama berdosanya. Ji-won juga meninggalkan ku saat dia tau bahwa dia hamil anak ku. Dia akan menggunakan kehamilannya untuk harta dan nama besar Kim."

Semua orang di ruangan itu tak bersuara. Mereka semua iba pada SeokJin. Kebenaran terungkap bahkan membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun.

"Tapi kau kalah Chan, Haena dan SeokJin selamat. Mereka sekarang bersama, kau tak ada kesempatan sama sekali. Bahkan dua kali usaha mu tak ada hasilnya."

"Apa kau lupa siapa aku Hyun? Aku bisa melakukan segalanya, tak ada yang bisa mengalahkan atau menghentikan ku. Aku akan menjadikan Haena milikku selamanya dan akan ku membuat pria cengeng itu kehilangan segalanya."

SeokJin menyambar ponsel dihadapannya, menelpon seseorang kemudian berteriak, "CEK APAKAH CHANYEOL PUNYA RUMAH DILUAR KOTA!!"

Sementara itu....
Mobil yang kami kendarai berhenti di depan sebuah klinik. Chan memperlakukan ku sangat istimewa. Dia membukakan pintu mobil, menjaga ku seperti aku sangat rapuh.

Semua mata menatap kedatangan kami. Petugas reseptionis saling menatap setelah melihat kami makin mendekat.

"Tuan Park, siapa yang kau bawa?" Tanya seorang diantara mereka.

"Apa suster lupa siapa dia? Ini Nana istri ku. Aku akan membawanya ke dokter kandungan. Kami akan memeriksakan kandungannya."

Suster yang bertanya memperhatikan kearah ku dengan teliti. Kemudian dia tersenyum, mengangguk lalu mengajak kami masuk ke sebuah ruangan. Tergantung di pintu tulisan Min Hyeon, Sp.KJ.

Mataku tak salah melihat, hatiku tak salah menyebut. Otak ku pun bekerja dengan sangat cepat. Aku menatap pria yang mengandeng ku itu. Rasa iba mendera ku seketika itu juga.

Aku didudukkan di kursi yang berhadapan langsung dengan seorang wanita cantik yang memakai jas dokter. Wajahnya sumringah menyambut kedatangan kami.

"Tuan Park, apa kabar? Apakah dia Nana istri mu?"

"Kabar ku baik dok, kabar kami baik. Kami datang untuk memeriksakan kandungan istri ku."

Dokter itu menoleh kearah ku yang duduk tenang dengan wajah tegang. Pelupuk mataku penuh dengan butiran air yang hampir menetes. Rasanya sesak melihat teman lama ku dalam keadaan kritis mental.

"Oke Chan, istri mu akan diperiksa. Bolehkah dia berganti pakaian? Tenang saja akan ku temani dia ganti baju. Jadi kau tunggu disini ya?" Dokter Hyeon menuntunku menuju ke ruangan disebelah ruangannya.

Dia memberikan ku ponselnya dan baju pasien. Tanpa kata, tapi aku tau maksudnya. Dokter Hyeon keluar ruangan yang ternyata toilet. Bodohnya aku tak tau dimana aku berada sekarang.

Aku  keluar toilet sudah berganti pakaian. Kemudian menuju meja reseptionis bertanya alamat. Gadis itu mengerti dan memberi alamat tempat kami berada.

Aku berjalan kembali menuju ruangan dokter Hyeon. Namun Chan keluar ruangan dengan tergesa-gesa. Dia nampak gusar dan marah.

"Sunbae." Panggil ku. Chan menoleh kearah ku dengan tatapan panik.

"Mengapa kau lama sayang? Apa yang terjadi? Kau akan meninggalkan ku lagi? Kau mau aku mati bunuh diri lagi? KAU SUKA AKU MATI?!" Teriaknya didepan wajah ku.

Mendengar teriakan Chan yang memancing atensi semua orang disana, aku mengerti bahwa pria ini butuh bantuan. Bukan bantuan dokter, tapi bantuan ku. Hanya aku yang dia butuhkan sekarang.

"Ani, aku tadi ke reseptionis minta air minum. Aku haus." Ucap ku berbohong untuk menenangkan pria yang sekarang menangis sambil menggigil panik dihadapan ku.

Gadis resepsionis segera mendatangi ku dengan air mineral di botol, "nyonya Park, minuman anda. Maaf membuat anda menunggu lama." Kepala gadis itu mengangguk kearah ku.

SMS yang ku kirimkan pada SeokJin sudah terkirim.

CEO's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang