7. Cara Hyerin

398 30 0
                                    

"Selamat pagi SeokJin-ssi. Sarapan sudah siap, silahkan makan." Aku selalu bangun pagi-pagi seperti biasanya. Diriku punya alarmnya sendiri.

"Kau bangun jam berapa?"

"Selamat makan SeokJin-ssi." Aku enggan menjawab pertanyaannya.

Kami sarapan dalam hening. SeokJin sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia makin menganggap ada keterpaksaan menerima pernikahan ini.

"Bahkan menjawab pertanyaan sederhana ku pun kau tak mau." Bisiknya membatin.

Aku sendiri sedang memikirkan bagaimana caranya supaya kami bisa lebih saling terbuka. Rasanya aneh jika serumah tapi tak saling mengenal. Bahkan teman satu kost lebih akrab. Namun aku masih belum menemukan cara supaya aku sendiri bisa mencairkan hatiku.

"Haena-ssi, terima kasih sarapannya." SeokJin mengangkat piringnya hingga ke tempat wash basin.

"Iya sama-sama, silahkan tinggalkan piring kotornya disana, aku akan mencucinya." SeokJin yang memang sudah agak terlambat untuk rapat pagi segera meninggalkan ku sendiri.

Ku membersihkan dapur lalu naik ke kamar. Mengganti baju yang sekarang lumayan sempit untuk tubuhku. Usia kandunganku baru 3 bulan tapi aku sudah naik sekitar 4 kilo dari berat sebelumnya.

Wajahku masam, sedih dan marah. Pagi ini aku sudah tak sabar akan mencoba resep baru untuk kue di toko. Namun baju-baju ini kebanyakan tak bisa di resleting dan ketat di bagian perut. Sungguh mengesalkan.

Deru mobil SeokJin masuk ke garasi rumah lagi. Dia melupakan berkas rapatnya pagi ini.
"Maaf, rapat akan tertunda beberapa jam. Aku melupakan berkasnya. Aku berbalik arah, Hyerin." Katanya melalui telpon pada sekretaris sekaligus adik iparnya.

SeokJin menyadari pintu kamarku tak tertutup rapat. Dia mengintip kedalam. Melihatku sedang mencoba menaikkan resleting dengan kesusahan juga banyak baju berserakan diatas ranjang juga. SeokJin tersenyum tipis menertawakan hal lucu didepan matanya.

"Astagha, apa aku harus ke toko dengan daster tidur? Sayangku, maaf eomma bukan mengeluh, tapi baju eomma tak muat lagi." Aku duduk dengan setengah putus asa di tepi ranjang. Baju yang ku coba masih terpasang setengah perut ke bawah.

"Haena-ssi, apa kau masih dirumah?" SeokJin bersuara dari luar. SeokJin tau jika dia tiba-tiba muncul, aku pasti akan lari dengan ketakutan.

"I-iya SeokJin-ssi." Tanganku meraih selimut untuk menutupi badan yang terekspos. Aku menoleh ke asal suara ternyata memang hanya suaranya yang terdengar, sosoknya seperti tak ingin menatap dari luar pintu yang sedikit terbuka.

"Aku hanya mengambil berkas yang terlupa. Apa kau perlu bantuan ku?" Tanyanya hati-hati.

"Tidak...tidak, terimakasih SeokJin-ssi." Kepala SeokJin tertunduk sedih. Dia kecewa mendengar penolakanku.

"Apa kau akan ke toko? Kita bisa sama-sama, aku bisa mengantar mu hingga toko." Usaha terakhir SeokJin.

"Tak apa SeokJin-ssi, aku sepertinya masih lama. Kau akan terlambat jika menungguku." -Bagaimana kau akan menungguku? Aku bahkan tak punya baju yang pantas untuk duduk disebelah mu-- ucapku dalam hati.

Bunyi ketuk sepatu SeokJin menjauh, tanpa pamit.

"Apa dia sudah pergi? Apa penolakanku membuatnya malu?" Aku menerka-nerka dalam hati.

Jemarinya meremas stir mobil dengan kecewa. SeokJin sakit hati atas penolakan tadi. Kewajibannya membuatnya tetap menjalankan mobilnya kearah kantornya lagi sekalipun dia begitu kesal. Rapat kali ini juga sangat penting.
.
.
"Selamat pagi pak?!" Hyerin menyapa bossnya. SeokJin melangkah tanpa menjawabnya menuju ruang rapat. Rapat yang sedianya telah berlangsung sedari tadi, tertunda hingga 1 jam lebih karena kecerobohannya. Ditambah kebaikan hatinya tak tersalurkan membuat SeokJin menekuk wajahnya memasuki ruang rapat.

CEO's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang