18. Sekamar

455 25 0
                                    

SeokJin menahan tangannya yg berusaha ku letakkan diatas perut. Kali ini agaknya SeokJin sedang mengolok atau mungkin menghukum ku?

"Oppa, tolonglah. Aku tak bisa tahan lagi."

Rengekan putus asa membuat ya malah berbaring disisi kananku. Membuat aku hanya melongo dengan kelakuan kekanakannya.

"Sini." Suruhnya dingin menepuk ruang kosong disampingnya di atas ranjang.

Ku mengikuti kemauannya untuk berbaring. Tangannya menggulingkanku supaya memunggunginya. Pikiran ku yang sudah negatif sedari tadi sepertinya harus di cuci. Tangannya memeluk dari belakang sambil mengusap-usap perutku.

Tubuh kami menempel ketat tak berjarak, seolah udara pun tak bisa masuk di antaranya. Mata ku terpejam mencoba menghentikan pikiran buruk juga untuk menenangkan degup jantungku.

"Bayi ayah, kau membuat ibu kesakitan." Gerakannya melambat manakala telapak tangan ayahnya menyusuri perut ibunya. 

"Apa kau akan marah seperti ini jika ayah jauh dari mu? Jika iya, maka ibu akan sangat kesulitan." Hanya beberapa kali gerakan halus merespons.

"Bisakah kau tolong ayah? Jika ayah sedang tak dirumah, jika ibu sedang di toko, jadilah anak baik. Tolong jaga ibu untuk ayah." Gerakannya hanya timbul sekali tepat disaat SeokJin berhenti bicara.

"Haena-ya, bahkan bayi kita mengerti." Sindiran halus SeokJin membuat ku tersulut.

Jauh dalam hati aku berterima kasih. Untuk perhatian, kasih sayang juga penjagaan SeokJin yang tak pernah keluar dari batasnya. Aku juga mengutuk diri sendiri yang selalu saja membuatnya kecewa.

Jika mau jujur, aku juga berharap banyak pada SeokJin dan pernikahan ini. Persetan dengan gengsi dan penolakan sebelumnya! Aku membalikkan tubuh perlahan-lahan.

Sekarang kami berhadapan dengan posisi wajah ku didepan dada SeokJin. Aroma maskulin dari sabun mandi SeokJin menggelitik hidung ku. Tangannya kini hanya bertengger di pinggang ku.

"Oppa, apa oppa tak akan ganti baju tidur?" SeokJin bergerak menunduk, mungkin sedang menatap ku sekarang.

"Ohh, oke! Oppa akan ganti baju, lalu oppa akan kembali lagi." SeokJin membantu ku duduk kemudian beranjak keluar kamar.

"Ohh Haena-ya! Betapa bodohnya dirimu!" Keluh ku berbisik dengan gemas menutup wajah.

Betapa konyol kalimatku barusan. Lebih lucu lagi SeokJin malah melesat pergi juga berjanji akan kembali. Jika dipikir-pikir, kami seperti remaja yang malu-malu.

Aku pun menuju kamar mandi untuk menganti pakaian. Aku sudah sangat berantisipasi. Kali ini ku pakai piyama satin dengan kancing normal, bukan kancing tekan lagi.

SeokJin muncul tepat setelah aku sudah berpakaian. Dia langsung tiduran di ranjang menunggu ku yang sibuk dengan urusan wajah.

"Tiap malam kau memakai semua benda itu?" Wajah herannya tertangkap dari pantulan cermin dihadapan ku.

"Hanya 5 step saja, oppa."

"5 step? Memangnya harus begitu ya?"

Wajah kaget SeokJin terlihat sangat imut. Aku pun ikut tersenyum.

"Wajah adalah aset bagi wanita."

"Toh kau sudah punya aku, suami mu." Reaksinya lucu seperti sedang cemburu jika nanti mungkin saja ada naksir karena glowing wajahku.

"Jika aku jelek, kusam, jerawatan apa oppa masih mau pada ku?" Celetuk ku sangat santai.

"Aku kan sudah janji akan menjaga mu, jadi mana mungkin aku akan meninggalkan mu hanya karena kau kusam. Lagian uang ku banyak, jika kau ingin operasi plastik biar tidak keriput, aku akan kabulkan." Selorohnya tanpa dosa.

CEO's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang