Aktivitas kami jalani seperti biasanya. Yang tak biasa adalah aku diantar dan dijemput SeokJin mulai sekarang. Baju lama ku juga sudah berada di kotak daur ulang. Isi lemari ku berganti dengan baju yang dibelikan SeokJin tempo hari dan bahkan berapa hari yang lalu muncul kurir mengantar baju hamil lagi untuk ku.
"Eonni, sepertinya aku harus menurunkan waspada ku pada suami eonni." Eunha mengecek paper bag yang diantara lagi oleh kurir hari ini.
"Dia memperlakukan ku dengan baik Eunha-yaa."
"Jika begitu, tolong benar-benar buka hati mu untuk SeokJin oppa."
"Pelan-pelan Eunha-yaa, aku tak ingin terburu-buru."
"Jhope bilang..maksudku Hoseok, dia bilang jika SeokJin curhat padanya tempo hari." Eunha memberi bocoran.
"Curhat? Membicarakan ku?"
"Iya, siapa lagi? Kan tak mungkin soal aku." Jawab sembarangan Eunha.
"Lalu?"
"SeokJin oppa ingin meminta mu sekamar tapi dia takut eonni tolak. Apa eonni lupa jika suami eonni itu lelaki normal?" Aku mengerutkan dahi dengan pertanyaannya.
"Eonni, bagaimana bayi kalian bisa mengenal ayahnya jika kau tak mengijinkan ayahnya menjenguknya?" Eunha kali ini memilih duduk di depanku.
"Bicaramu mengerikan Eunha-yaa. Aku merinding."
"Jangan mengalihkan pembicaraan eonni."
"Tolong beri aku waktu sebentar lagi. Jika aku siap, maka aku tak akan mengecewakan SeokJin oppa." Lagi-lagi ku cari alasan untuk membenarkan diri sendiri.
Pikiranku melayang-layang kembali ke hari itu. Sekitar 3 Minggu lalu. Pagi itu aku mengetuk pintu kamar SeokJin tapi tak ada sahutan. Mau tak mau ku masuk ke kamarnya. Hanya untuk memastikan apakah dia masih tidur atau malah sudah berangkat.
Kamarnya kosong. Bajunya berserakan dilantai. Kesimpulan ku dia sedang mandi. Gemericik air shower membuatku berkesimpulan begitu. Aku memunguti bajunya yang berserakan kemudian memasukkan dalam keranjang baju kotor di samping pintu kamar mandi.
Mendekati kamar mandi, bukan hanya suara air yang ku dengar tapi suara SeokJin yang menyebut namaku. Lebih tepatnya dia mengerang sambil menyebut namaku. Bulu kuduk ku langsung berdiri.
"Eonni....eonni! Kau kenapa? Kau sakit?" Tangan Eunha mengguncang lengan ku.
"A--ku tak apa Eunha-yaa, aku tak apa." Bayangan dan suara desahannya membuatku tergagap acap kali mengingat itu.
Suara kenikmatan SeokJin masih terngiang hingga sekarang. Rasanya makin ingat makin dekat desahannya.
"Haena-ya.." Aku seolah mendengar suara SeokJin yang mengerang didekat ku.
"Haenaaa-yaa!" Aku makin merinding membayangkan dia mendesah lagi.
"Sayang! Sayang! Istriku!" Panggilan yang masih ku pikir desahannya.
Oh astaghaaaaaaa, betapa sial hari ini? Semua karena cerita Eunha yang tidak-tidak.
"Haena-ya!" Sebuah guncangan pada lengan atas ku membuat pikiran kembali menyatu lengkap.
"Apa kau tak tau jika ibu hamil tak boleh melamun?" SeokJin menatapku intens sekarang.
"Oppa..." Nafasku terengah-engah.
"Haena-ya, jangan lakukan itu lagi. Tak baik ibu hamil melamun." Perintahnya tegas terdengar.
"Iya oppa, maaf. Aku tak melamun, aku sedang berpikir. Tapi ada apa oppa tiba-tiba kesini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO's Love Story
FanfictionHanya untuk menghindari hukuman dan melupakan mantan tunangan. Peristiwa perkosaan membuat hidup gadis yatim piatu pemilik toko roti berubah. Tuan pemilik mall tiba-tiba menjadikan dirinya istri untuk sebuah tanggung jawab. Kisah SeokJ...