42. Di rumah

307 18 0
                                    

🔞🔞
Sudah seminggu sejak SeokJin dan aku berhadapan dengan orang tua kami untuk minta ijin kembali ke rumah kami sendiri. Tentu saja orang tua kami setuju dengan permintaan SeokJin.

SeokJin juga sudah kembali ke kantor seperti biasa, pembukaan mall di Busan diundur karena penambahan fasilitas sesuai dengan ide ku. Walaupun demikian, mall itu sudah beroperasi. Pernikahan Eunha dan Hoseok tinggal 2 Minggu lagi. Maka sesuai kesepakatan, toko ku di tutup sementara waktu.

Maka aku akan bersama Eunha mempersiapkan pernikahannya. Hari ini kami akan bertemu dengan pihak katering. Maka siang itu kami sudah menunggu di restoran yang dimiliki oleh pemilik jasa kateringnya.

Kami akhirnya ditemui oleh seorang wanita yang memakai pakaian chef. Wajahnya cantik dan ramah. Eunha berbincang panjang lebar sedangkan aku memilih duduk menemani saja. Resto ini direkomendasikan oleh ibu Hoseok. Kami hanya akan food testing.

"Haena-ssi?" Panggilan membuat ku menoleh.

"Baekhyun-ssi. Apa kabar?"

"Ternyata kau rupanya yang akan menemui kami." Senyum itu membuat matanya hilang.

Siapa yang tau, bahwa resto itu adalah milik Baekhyun dan istrinya.

"Jika SeokJin dan Hoseok tak sedang sibuk, panggilan kesini. Kami akan menjamu teman lama." Pinta Baekhyun.

Makan siang akhirnya tertunda karena menunggu dua orang sibuk itu muncul. Ternyata Baekhyun adalah senior Hoseok di SMP. Maka perbincangan hangat pun terjadi. Tak ada yang perlu di khawatirkan mengenai sajian pada pernikahan Eunha dan Hoseok.

"SeokJin, apa kalian berdua baik-baik saja? Aku sebelumnya harus minta maaf pada mu."

"Apa yang kau bicarakan kawan? Tak ada yang perlu dimaafkan disini. Kami baik-baik saja." Jawab SeokJin.

"Tidak-tidak, aku merasa sangat bersalah karena membuat istri mu salah paham pada mu. Maafkan aku kawan. Aku berada di pihak yang salah."

SeokJin mengerutkan dahinya bingung.

"Kawan, aku yang mengatakan pada Haena soal kecelakaan dulu dan aku yang menyebutkan nama mu. Aku tak tau jika Haena sama sekali tak ingat soal kejadian itu. Chanyeol pun tak mengatakan jika Haena tak tau jika kau yang......." Baekhyun mengantungkan kalimatnya, tak ingin mengulangi kesalahannya lagi.

"Jadi semua ini karena Chanyeol? Pria itu masih mengejar Haena sampai sekarang?"

"SeokJin, maafkan aku."

"Tak ada yang perlu dimaafkan kawan. Kita berdua sama-sama korban. Tolong kau jangan singgung apapun didepan istriku tentang ini dan Chanyeol. Kami baru saja berbaikan." SeokJin menghela nafas panjang.

Baekhyun menepuk bahu SeokJin sambil mengangguk meninggalkan SeokJin yang sedang memikirkan sesuatu.

Dimeja makan, 3 wanita berbincang dengan teh dihadapan mereka. Baekhyun dan istrinya sudah menikah 5 tahun dan belum memiliki anak. Namun restoran mereka sudah mempunyai cabang hampir di seluruh Korea Selatan.

Menyadari bahwa SeokJin tak bersama kami, aku mengedarkan pandangan mencari sosoknya. Mata ku berhenti saat melihat suami ku berjalan mendekati meja. Wajahnya tersenyum sumringah.

"Oppa dari mana?" Bisik ku tak ingin menganggu percakapan yang lainnya.

"Toilet. Apa kau lelah sayang?" Tangannya mengusap perut ku. Senyum kami tersungging dibibir masing-masing. Adegan ini tertangkap mata Baekhyun. Pria itu iri melihat kami yang akan segera punya momongan, sekaligus lega kami tetap bersama.

Kami pulang dengan mobil terpisah. SeokJin membawa ku pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan aku lebih banyak bicara dari biasanya. Itu membuat SeokJin tau bahwa aku baik-baik saja, bahwa kami baik-baik saja.

"Sayang, kau tak ingin mendekorasi kamar bayi kita?" Tanya SeokJin setelah keluar dari kamar mandi.

"Kamar ini luas oppa, cukup untuk kamar bayi kita."

"Tapi sayang, lama kelamaan dia akan besar dan tak mungkin lagi tidur bersama kita bukan?"

"Memangnya apa yang oppa rencanakan?" Aku menangkap aura tersembunyi dari permintaan SeokJin.

"Ani." Ucapnya cepat dan ringkas menahan tawa.

"Oppa akan langsung menambah anak?"

"Shiro?" Pancingnya.

Wajah ku cemberut. SeokJin tau aku sedikit kesal. Dia juga tau aku ingin melanjutkan toko. Melihat ku diam membisu, pria itu mendekati ku. Mendekap ku dari belakang. Aku sedang duduk didepan cermin rias ku. Masih dengan bathrobe.

Bibir SeokJin sudah tersusun diatas bibir ku. Memberi hisapan lembut yang membuat ku hanyut. Kami sudah melupakan kegiatan intim sejak aku masuk rumah sakit beberapa waktu lalu.

Sepertinya SeokJin meminta haknya dan tak ada alasan untuk ku menolak. Aku juga menginginkannya.

SeokJin menuntun ku hingga ke ranjang. Mengendurkan tali jubah mandi ku hingga handuk itu meluncur tertahan perut ku. Melihat ranumnya buah di dada ku, SeokJin tersenyum. Tangannya meraup salah satunya, dan yang lainnya dihisapnya lembut.

Tangan ku meremas lengannya saat dia menyesap puting ku. Aku merasakan penuntutan pada diri ku sendiri. Bibir bawah aku gigit sendiri untuk menahan desah. Tapi kegiatan yang kami yalewatkan lama itu, terlalu membuat hanyut diriku.

"Oppaaaaaa." SeokJin menghentikan aksinya. Melihat ku menatapnya sayu penuh nafsu, dia tersenyum senang.

Tangan ku tak lagi lembut. Aku membuka sendiri bathrobe yang dia pakai. Bahu lebar membuat dadanya bidang. Perut rata dengan pahatan 6 kotak membuat ku berdenyut dibawah sama. Aku membalas ciuman SeokJin tadi. Setengah menubruk SeokJin, yang kini menahan tubuhnya dengan kedua tangannya supaya dia mampu menopang tubuh ku yang menciuminya dengan nafsu.

Sesaat kemudian, merasa aku makin minta lebih, SeokJin memundurkan tubuhnya hingga tegak kemudian memeluk ku. Membuat ku bersandar di header bed.

"Sayang, oppa tak bisa berhenti."

"Aku juga." SeokJin tak mengira jawaban ku akan terdengar menantangnya.

Bathrobe dilepaskannya dari ku dan dari tubuhnya. Kami sudah tak berbusana. Kejantanannya mengacung gagah ditempatnya. SeokJin menunduk hingga lidahnya bisa masuk dalam lubang kecil diujung pangkal paha ku. Tangan ku memegang kepalanya yang bergerak maju dan mundur dengan lidah yang memainkan isi vagina ku.

SeokJin mengganti lidahnya dengan jari tengah, mengaduk-aduk vagina ku sambil menikmati ekspresi nikmat ku. Senyumnya tersungging angkuh, sepertinya dia sedang membanggakan dirinya yang mampu membuat ku kejang-kejang karena pelepasan pertama mu.

"Joah? (Suka)" Tanya SeokJin sebelum menghisap payudara kiri ku. Tangannya menyentuh pipi hingga leherku, membuat ku mencium aroma khas vagina ku sendiri.

Aku tak bisa menjawabnya, bibir ku di bungkam dengan bibir dan lidahnya yang tengah membelit didalam mulut ku. Pria ini sungguh tau bahwa aku juga butuh dan ingin sentuhannya. Dia berhenti sesaat untuk merapihkan anak rambut ku yang sudah berantakan dan basah oleh keringat.

"Apa oppa boleh menemui jagoan kita sayang?" Aku yang sudah dikuasai nafsu hanya mengangguk dengan tatapan nanar meminta lebih banyak dibuai.

"Pelan-pelan." Ucap ku hampir berbisik saat SeokJin telah mengungkung ku. Tangannya sibuk mengocok penisnya yang sudah tegang tanpa tambahan daya dan upaya itu.

Kepalanya yang mengkilat merah, sudah didepan pintu. Matanya menatap manik mataku lekat, saat dia mendorong penisnya masuk lebih dalam didalam diri ku.

Nafas ku seolah tersangkut di kerongkongan. Helaan kami hampir bersamaan ketika benda tak bertulang nan keras itu telah masuk sempurna didalam sarangnya.

"Na-ya aaa." Desahnya sambil meremas dada ku agak kasar.

CEO's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang