52. Tuan Kim paling tampan di seluruh dunia

402 21 0
                                    

🔞🔞

Dada ku membusung seiring makin ganasnya jari tengah dan jari telunjuk SeokJin sekarang yang maju mundur dalam vagina ku. Membuat pantat ku mundur dan paha ku mengerat. Rasa ingin pipis yang muncul aku rasakan tanpa bisa ditahan atau ditunda.

"Oppaaaaaa." Cengkeraman otot dalam ku, membuat kedua jari itu makin menuntut lebih. Bulir keringat ku meluncur membuat basah sela-sela kulit yang tidak didekap SeokJin siang itu.

Cuaca panas di luar, membuat makin bercucuran peluh dan desah kami. Bahkan SeokJin ikut hanyut dengan desahan ku karena merasakan nikmat hangat yang ku curahkan dengan natural itu.

SeokJin memutar tubuhnya untuk menghadap pada ku. Jarinya masih didalam menikmati kejang-kejang kecil karena orgasme ku. SeokJin tau, dia tak boleh mengganggu moment ini. Aku sedang menikmati klimaks.

SeokJin melihat ku yang menggemaskan jika sudah klimaks, merasa dirinya puas bisa menaklukkan ku siang itu. Celana dalam dia tarik turun perlahan. Menampakkan isi lipatan paha ku.

Aku yang masih berdiri, sekarang terkulai lemas di dada SeokJin. Nafas ku tersengal-sengal karena sisa-sisa luapan lahar dari dalam diri ku sendiri. Jari SeokJin masih disana, merasakan licin dan hangat yang bersamaan saat dia mencabut perlahan jarinya yang sekarang basah oleh lendir ku.

"Na-ya, oppa tak bisa berhenti." Bisik SeokJin di telingaku yang lebih mirip mendesah. SeokJin memapah ku dalam dekapannya. Otak ku sudah tak bisa berpikir lagi. Amarah ku hilang seketika. Gengsi ku lari entah kemana. Siang itu, aku pasrah dibawah kungkungannya.

SeokJin menggunakan kedua tangannya untuk menahan tubuhnya supaya tak ambruk di perut buncit ku. Bibirnya masih bergulat dengan kedua dada ku bergantian. Kedua paha ku telah terbuka sedari tadi karena kemauannya, SeokJin sengaja menahannya.

Ku merasakan puncak dada mengeras lagi. Menerima rangsangan terus menerus membuatku menyerah memilih menikmatinya. Gempuran SeokJin tak hanya itu saja. Sekarang bibirnya turun melewatkan perut buncit ku. Belahan paha ku lebih terlihat menggodanya.

Sesuatu yang keras terasa melesak masuk membuat ku menahan napas. SeokJin menatap ku yang memejamkan mata dan menggigit bibir bawah, membuatnya makin bernafsu.

"Puasanya" selama ini menahannya untuk menyalurkan hasrat, membuat SeokJin tak mampu menahannya lebih lama lagi. Apalagi "hukumanku", penculikan juga perang dingin kami menambah panjang masa penantiannya.

Siang ini, dia menunda rapat terbatasnya dengan staf, untuk mendampingi ku. Awalnya untuk mendampingi di kantor polisi, akhirnya mendampingi ku di ranjang. Aku sedikit kewalahan dengan servis yang diberikan suami ku. Tangan ku meremas lengan bawahnya, membuat SeokJin menghentikan aksinya.

"Weo? Oppa terlalu cepat?" Napas ku tersengal-sengal dan aku hanya mampu mengangguk. Seokjin tersenyum kemudian mendekatkan wajahnya mencium bibir ku.

"Aku tau oppa puasa lama tapi pelan-pelan." Keluhan ku dibawah kungkungan SeokJin.

"Mian sayang, kau membuat oppa jadi begini. Apa kau tau? Menahan itu perlu kekuatan, melepaskan juga perlu kesabaran dan tenaga." SeokJin tersenyum sambil perlahan memajumundurkan pinggulnya lagi.

Kami bangun ketika hari sudah gelap. SeokJin terjaga lebih dulu, melihat ku nyenyak memeluk perutnya, dia bersyukur aku kembali padanya. Baginya maaf tak lagi berguna, seperti kata ku. Secara sadar dia tau bahwa sikapnya melukai harga diri ku sebagai istri dan wanita.

Sekalipun aku tak akan lagi sudi memberi maaf padanya, tekadnya bulat. Pernikahan kami harus selamat. Sudah saat baginya untuk menunjukkan penyesalan dengan merubah sikapnya yang kekanakan dan pencemburu.

CEO's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang