10. Boram dan Jung Go Eun

368 25 0
                                    

"Yeobo, bagaimana keadaan SeokJin hyung?" Taehyung yang baru saja mandi bertanya pada istrinya.

"Baik-baik saja. Memangnya kenapa?"

"Tidak, mereka menikah tiba-tiba sepertinya tak pacaran atau aku yang tak up date?" Tangannya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk yang kini diambil alih oleh Hyerin.

"Yang pasti SeokJin oppa sudah menikah, ayah ibu bahagia dan Boram kita akan punya adik sebentar lagi."

"Adik sepupu, menurutku akan lebih bagus jika Boram punya adik kandung."

"Kita sudah membicarakan ini berulang kali oppa, kau tau bagaimana aku dulu." Tolak Hyerin pelan.

"Namjoon Hyung bilang sering kali, kehamilan pertama dan selanjutnya tak akan sama. Bisa saja kau tak akan mengidam seperti dulu."

"Apa kau bisa memastikannya 100%? Kalau iya, aku mau." Lanjutnya masih berusaha menghindar.

"Okelah kalau begitu. Tapi dimana Boram? Sepi sekali rumah ini."

"Dirumah SeokJin oppa." Jawabnya tersenyum.

"Jika begitu maka, aku boleh...." Taehyung memutar badannya lalu membenamkan wajahnya diperut Hyerin. Lidahnya menggelitiknya nakal.

"Oppa...pindah, disana geli." Taehyung tersenyum dan menurunkan lidahnya ke lipatan paha Hyerin.
.
.
.
"Bibi, apa adikku perempuan?" Boram yang duduk di sampingku mengelus perut yang sekarang sudah 4 bulan.

"Paman Joon belum bisa memastikannya. Belum terlihat katanya. Mungkin bulan depan baru akan kelihatan."

"Apa paman Joon akan masuk kedalam perut bibi untuk melihat adek bayi?" Boram menatapku penasaran.

"Tentu saja tidak, paman Joon akan menggunakan alatnya yang seperti televisi untuk melihat adek bayi." Jawaban itu tak membuat Boram percaya.

"Boram, yang boleh melihat adek bayi dan masuk kesana hanya paman SeokJin, yang lain tidak boleh." Entah muncul dari mana, tiba-tiba pria itu bersuara.

"Benarkah? Kalau aku boleh kan paman? Boleh ya?" Bujuknya.

"Tidak bisa Boram, bukan tidak boleh, hanya paman yang boleh. Walau bibi belum mengijinkannya." sindiran halus meluncur.

"Oppaaaaaa..." SeokJin menertawakanku yang merengek malu. Boram hanya duduk dengan wajah bingung karena kami.

"Boram, kenapa kau bisa sampai disini?" Tanya SeokJin heran sadar bahwa gadis 6 tahun itu membuat janggal keadaan. Iya, ini adalah kali pertamanya Boram mengunjungi kami tanpa pengawasan orang tuanya.

"Eomma yang mengantarku. Aku rindu pada bibi Haena . Paman juga sudah tak pernah lagi pulang ke rumah." Jawabnya ringan.

"Paman sekarang punya bibi dan adek bayi untuk dijaga bukan?"

"Ibu bilang hari ini akan sibuk, makanya ibu bilang aku harus bermain dengan bibi Nam. Aku kan ingin ke rumah paman. Maka ibu mengantar ku kesini."

AKu tak bisa tak tertawa mendengar pengakuan lugu Boram sedangkan SeokJin malah melotot.

"Oh, maksud ibu mu supaya kau bisa punya adik maka kau dijaga paman dan bibi?" Pengulangan SeokJin sangat intens dan dalam.

Boram memang masih kec, dia tentu tak tahu maksud dan penekanan tiap kata dari pamannya bukan? Dia malah menatap kami bergantian dengan bingung.

"Apa Boram boleh makan es krim? Sepertinya adik bayi ingin makan es krim juga." Ku mengalihkan kebingungan Boram yang ditatap tajam pamannya.

"Adik bayi boleh makan es krim?" Sejumlah pertanyaan berderet keluar dari mulut mungil Boram yang penasaran sambil mengikuti menuju dapur.

CEO's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang