23. Kim Depyonim adalah milik ku

381 24 0
                                    

Pak Choi dan Kang Seulgi sekretarisnya sudah menunggu. Makan malam dimulai dan percakapan pun mengular sepanjang makan malam.

SeokJin dan pak Choi telah kenal lama. Pak Choi atau Choi Siwon pernah satu sekolah dengan SeokJin. Wajar jika SeokJin mempercayakan mall Busan pada beliau.

Aku duduk di samping SeokJin dan berhadapan dengan Seulgi sekretaris pak Choi. Mata ku sedari tadi menangkap tatapan mata gadis itu kearah suami ku. Ada yang lain dari tatapannya.

SeokJin tak pernah menanggapinya karena pasti tak menyadarinya. Hanya saja tiap kali, tangannya bertengger diperut ku. Mengusap lembut atau menggenggam jemari ku di bawah meja.

Meja makan kami, terbuat dari kaca dan tanpa taplak meja. Standard hotel memang seperti itu. Bahasa tubuh SeokJin tertangkap jelas oleh mata semua orang. Namun agaknya Seulgi tak pusing dengan itu.

Pembicaraan mereka akhirnya menyinggung soal ide ku tentang pojok laktasi di tiap lantai. Alasan yang dikemukakan SeokJin diterima dengan banyak pertimbangan oleh pak Choi. Salah satunya tanggal soft opening.

"Aku yakin, mall kita akan jadi pilihan utama jika kita menyediakan kebutuhan dan kenyamanan ibu-ibu. Kau pun pasti tau Hyung bagaimana ibu-ibu." SeokJin melirik kearah ku.

"Weo? Memangnya ibu-ibu seperti apa?" Tanya ku balik meminta penjelasan.

"Ani...hanya saja susah menolak keinginan ibu, istri apalagi jika sedang hamil." Jawaban SeokJin disambut tawa pak Choi.

"Aku juga bertekuk lutut dihadapan istri ku." Jujur pak Choi.

"Emm, pak Choi mengapa bapak tidak mengajak istri bapak? Maaf Seulgi-ssi." Seulgi menatap ku kesal namun dia tetap tersenyum.

"Istriku sedang di luar negri. Aku tertahan karena CEO kami tak menyetujui surat cuti ku." Pak Choi melirik SeokJin.

"Hyung, kau ingin aku ditegur istri ku? Ahhh, araseo. Setelah soft opening akan ku belikan kau tiket kelas bisnis ke Jepang." Kami semua tertawa. Lagi dan lagi Seulgi mencuri pandang kearah SeokJin.

Kami pindah ke bar yang juga disediakan oleh hotel. Kedua pria itu sedang duduk menghadap kearah bir mereka masing-masing. Aku dan Seulgi, duduk dengan juice.

"Apa nyonya sudah lama menikah dengan CEO?" Seulgi membuka suara.

"Kami baru menikah beberapa bulan ini."

"Jadi berapa usia kandungan nyonya?"

"5 bulan an. Kau sendiri? Kau sudah menikah?"

"Ahh...aku masih sendiri. Menikah, hamil dan punya anak akan menghambat karir ku. Mungkin nanti." Nada bicaranya terdengar menyindir untuk ku.

"Kau cantik, jadi pasti banyak yang jatuh cinta pada mu dan ingin menikahi mu. Tenang saja."

"Belum ada yang bisa menggetarkan hati ku. Jika ada yang bisa menggetarkan hati ku maka aku akan menyerah padanya." Sebuah alasan untuk menghentikan pikiran ku yang sudah menjurus kemana-mana.

"Berapa lama kau bekerja dengan pak Choi?"

"Sejak mall di Jeju. Sekitar 7 tahun ini."

"Aku senang bertemu dengan mu nona Kang. Aku harap kau tetap pada pekerjaan mu sekarang. Jika pak Choi bisa mempertahankan mu, artinya pekerjaan mu bagus. Jadi jangan sia-siakan itu."

Gadis itu menatapku kesal. Sepertinya dia tau maksud ku. Aku memperingatkannya untuk tidak melanggar batasnya.

Malam makin larut. Gelak tawa antara SeokJin dan pak Choi pun sedari tadi tak berhenti. Hingga pak Choi menghabiskan sisa bir dalam gelasnya.

CEO's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang