46. Penculikan

222 16 0
                                    

Lampu taman telah menyala. Namun tamu yang sedianya sudah datang sejak 4 jam lalu belum muncul juga. Kami sempat lupa karena tenggelam dengan cerita dan pikiran masing-masing.

"Oppa, dimana tuan Baek, mengapa dia belum muncul juga?"

SeokJin mencoba menelpon nomor telponnya, tapi ponselnya tidak aktif. Aku berbaring di ranjang bersama SeokJin di samping ku. Ranjang sempit itu membuat kami miring berhadapan.

"Kita pulang saja oppa." Rengek ku.

"Malam ini saja sayang. Besok baru kita pulang." Pria itu masih tak ingin pulang. Dia tau, rumah sakit lebih aman bagi istri dan anaknya dari pada dirumahnya sendiri.

"Apa kita pindah saja? Aku takut dia akan melukai mu dan anak kita."

"Kau berlebihan oppa, jika polisi bertindak maka semuanya akan baik-baik saja. Tinggal tunggu waktunya saja."

Dalam televisi sedang menyiarkan berita ulangan kecelakaan dijalan dekat rumah sakit. Kami tak memperhatikan berita itu hingga nama Baek Baekhyun disebut.

"...mobil yang ditumpangi Baek Baekhyun yang juga seorang chef tersebut mengalami kerusakan parah. Pengendara SUV hitam tewas ditempat sementara Baek Baekhyun telah dilarikan ke rumah sakit Hope. Disinyalir kecelakaan itu terjadi karena sebuah kesengajaan. Terlihat dari CCTV, mobil SUV melaju kencang menuju sedan yang dikemudikan oleh korban...."

Kami sudah bisa menebak siapa dalang dibalik peristiwa itu. SeokJin mematikan televisi kemudian duduk ditepi ranjang ku. Wajahnya sarat kekhawatiran.

"Kita akan baik-baik saja. Kita akan tinggal dirumah ayah dan ibu. Kita semua kembali ke paviliun saja sementara waktu." Kataku.

SeokJin memeluk ku hingga aku tertidur. Pikiran pria itu pada kawan lamanya Baekhyun. Dia keluar ruangan kemudian menuju ICU dimana Baekhyun terbaring dengan ventilator.

Istri Baekhyun masing sembab karena banyak menangis. SeokJin tak mampu menahan sesak hati melihat temannya terbaring kritis dengan alat penopang hidup menempel di tubuhnya. Ada andilnya dalam kecelakaan pria itu.

"Tegar lah, dia membutuhkan dukungan mu lebih dari siapapun, Aery."

Wanita yang berdiri disampingnya menahan suara tangisnya pecah.

"Janji pada ku oppa, kau harus menjebloskan pria itu kedalam penjara secepatnya." Getar suara Aery membuat SeokJin menoleh padanya.

Aery menyodorkan sebuah ponsel pada SeokJin. SeokJin mengambilnya lalu meninggalkan Aery dengan janji, "dia akan segera mengisi salah satu sel dipenjara dalam waktu yang sangat lama, aku janji."

SeokJin berjalan kembali ke ruangan VVIP tempat ku dirawat.

Sementara itu....
Sepeninggal SeokJin aku yang masih tidur merasakan kehadiran seseorang yang seolah mengawasi ku. Ketika aku membuka mata, aku melihat Chanyeol berdiri menggunakan pakaian dokter.

Seseorang membantunya menyuntikkan sesuatu yang membuat ku mengantuk. Aku terkulai diatas kursi roda dan didorong keluar rumah sakit. Sebuah SUV telah menunggu, mereka memasukkan ku kedalam dan memberikan amplop pada orang menyuntik ku tadi. Mobil bergerak keluar kota Seoul.

SeokJin panik mendapati ku tak ada didalam ruang rawat. Ranjang ku pun berantakan seperti baru saja ditinggalkan. Tak ada yang bisa menjawab kemana aku pergi.

SeokJin menelpon detektif swastanya untuk menemukan ku. Sekitar 15 menit kemudian muncullah semua orang. Eunha dan Hyerin panik bukan main. Eunha menangis dan Hyerin panik karena tak bisa menenangkan ibu hamil itu.

9 jam kemudian...
Aku menggeliat dengan pening terasa. Bangun dan mendapati aku bukan di rumah sakit, ataupun dirumah ku sendiri. Suasana sangat sepi, hanya suara pecahan ombak samar terdengar.

Aku tau aku telah diculik. Aku tau sekarang aku disekap. Perlahan aku turun kemudian mendekati pintu, menggerakkan tuasnya dan aku melihat sosok pria yang aku kenal.

"Sayang kau sudah bangun? Bagaimana tidur mu? Duduklah, aku sedang memasak sarapan." Aku tertegun ditempat ku mendapati senyum dari Chanyeol yang sekarang kembali sibuk dengan memasaknya.

"Sunbae?"

"Sudah kubilang, jangan lagi memanggil ku seperti itu Nana-ya." Ucapnya halus.

Pria itu mendudukkan ku kemudian menyediakan sarapan diatas piring ku. Senyumnya tak pernah pudar. Sorot matanya teduh.

"Sayang ayo makan, anak kita pasti sudah lapar." Kalimatnya membuat ku hampir tersedak.

Pria ini sebenarnya sedang memainkan peran apa?

"Sunbae, mengapa kau membawa ku kesini?"

"Bukankah kau dulu pernah mengatakan ingin rumah di dekat pantai? Aku sudah memenuhi permintaan mu."

"Baiklah, terima kasih."

"Chaaa, kita makan."

Astaga!!
Apa aku sudah gila? Makan semeja dengan penculik ku? Melihat pria itu makan dengan terus tersenyum dan memandang hangat kearah ku, aku tak yakin jika dia sanggup melakukan seluruh hal keji selama ini.

"Setelah makan, mandilah. Kemudian kita akan jalan-jalan seperti biasanya. Bibi warung didepan sana selalu saja menanyakan mu."

Aku menuruti semua yang dikatakan pria itu. Aku kembali masuk ke kamar dan mencari sesuatu supaya bisa menghubungi SeokJin. Aku membuka lemari pakaian dan mendapati banyak pakaian wanita disana berbagai ukuran.

Laci-laci aku buka dan makin membuat ku bingung. Alat make up, jam tangan, aksesoris, botol-botol obat banyak didalamnya. Jantung ku tak bisa berdetak normal, ketakutan ku merajalela. Aku panik seketika itu juga.

"Nana-ya, kau sudah mandi?" Pria itu masuk dalam kamar.

"B-b-belum Sunbae. Aku akan mandi segera. Bolehkah aku memakai baju-baju ini?"

Pria itu mendengus sambil tersenyum, "boleh, semua baju itu milik mu sayang."

Aku mengambil asal baju yang tergantung kelihatan besar ukurannya. Kemudian aku masuk ke kamar mandi. Aku menyalakan air dan segera mengganti baju ku. Namun aku menyadari sesuatu, uap air panas membawa serta aroma yang sangat menyengat.

Aku menenangkan diri ku sendiri. Berontak sangat tak bisa aku lakukan. Bisa saja Chanyeol berbuat hal buruk dan itu tak baik untuk kandungan ku. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa pria ini berlaku manis setelah menculik ku? Seolah dia menganggap ku seseorang spesial.

Aku akhirnya keluar dan berpura-pura baru selesai mandi. Chanyeol menunggu ku sambil minum kopi di teras rumah. Mendengar ku berjalan mendekat dia menoleh.

"Lihat, betapa cantiknya istri ku." Pujinya dengan binar dimatanya.

"Hallo bayi ayah, apa kabar didalam sana? Kita akan jalan-jalan sebentar sebelum kita ke dokter." Panik ku muncul dua kali lipat.

Ohhh Tuhan! Apa yang akan dilakukan pria itu?

"Untuk apa kita ke dokter Sunbae?"

"Tentu saja untuk memeriksakan kandungan mu. Maafkan aku, aku tau aku sangat sibuk bulan lalu. Kau bahkan harus ke dokter sendirian. Tolong jangan marah lagi, biarkan aku melihat anak ku juga." Ucapnya seperti sedang membujuk ku.

Aku mengikuti semua permainannya. Aku hanya berharap disana, diluar sana akan ada orang yang bisa menolong ku.
Aku tak mau gegabah, sepertinya pria ini sedang mabuk atau sejenisnya. Dia menganggap dirinya adalah suami ku dan aku butuh kesadarannya tak kembali dalam waktu dekat.

10 jam kemudian.
Mobil keluar area rumah. Aku melihat dari kaca spion, rumah itu mungil dengan halaman luas dan ada bangunan kecil dibelakangnya. Pasti akan tentram dan indah jika aku benar-benar tinggal disana dengan orang yang aku cintai.

Jalan kecil itu akhirnya berakhir dan mobil sudah melaju di jalan utama. Tak berapa lama, mobil berhenti dan Chanyeol turun. Sebuah warung kelontong di pinggir jalan dia masuki. Seorang wanita tua muncul lalu melihat kearah ku. Wajahnya seketika berubah dingin.

"Sayang, ayo turun. Bibi Yo katanya ingin menemui mu."

Aku berdiri dihadapan bibi Yo yang menatap iba kearah ku. Dia memeriksa dengan seksama kearah ku. Chanyeol sedang berbincang dengan seseorang yang mungkin saja suami bibi Yo.

"Ikuti saja permainannya. Lalu cari pertolongan jika sampai di kota." Bisik bibi Yo sambil mengusap-usap rambut ku.

CEO's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang