"Haena naiklah keranjang." NamJoon memberi kan gel pelumas diatas perutku. SeokJin yang duduk ditepi ranjang menggenggam jemariku. NamJoon tersenyum sambil menggeleng lembut.
"Hyung lihatlah, dia laki-laki." Kabar dari NamJoon membuat SeokJin berkaca-kaca.
"Dia sehat, ketuban cukup. Jangan lupakan minum vitamin mu Haena. Ini sudah masuk Minggu ke 21 artinya trimester kedua. Jika kalian akan melakukan hubungan suami istri sudah diperbolehkan."
Tak ada respons sama sekali dari ku ataupun SeokJin. NamJoon tersenyum sambil memberikan tisssu pada SeokJin. SeokJin tau apa yang harus dia lakukan, membantu ku membersihkan gel tadi.
NamJoon kembali duduk di kursi belakang mejanya. Tangannya sibuk menulis resep.
"Hanya kalian yang diam seribu bahasa saat aku menyinggung hubungan suami istri. Bahkan Taehyung dulu, hampir tiap hari menanyakan soal itu saat Hyerin hamil." Wajahnya datar karena sibuk menulis.Aku sudah duduk di samping seokjin sekarang. Kami pun tak bersuara atau pun sekedar merespons kalimat panjang NamJoon.
"Apa gerakannya aktif?" Tanyanya melihat kearahku.
"Iya, sesekali dia bergerak." Jawabku.
"Benarkah? Mengapa kau tak menceritakannya padaku?" Cecar SeokJin.
"Kalo ada oppa, dia diam saja mungkin malu." Jawab ku jujur.
"Kalau begitu kalian harus lebih aktif. Coba ajak bicara bayi kalian Hyung, beri sentuhan." Saran NamJoon terdengar seperti sindiran.
"Ahh....iya." SeokJin tertawa malu. NamJoon memperhatikan tingkah kakaknya. Karena dia seorang dokter dia tau bahwa ada yang belum beres diantara pasutri dihadapannya itu.
"Hyung, jangan bilang kalian pisah kamar dirumah. Kecurigaanku cukup beralasan, kau yang sejak kejadian itu tak mau tinggal dirumah, menolak asisten rumah tangga. Tiba-tiba sekarang kau menolak ibu datang ke rumah mu?"
Ternyata, ibu SeokJin dilarang datang ke rumah kami selama kami menikah oleh putra tertuanya itu. Aku menoleh kearah suamiku sejenak.
"Apa yang kau bilang itu? Jangan menebak-nebak Joon." Tingkah SeokJin makin terlihat tak wajar.
"Haena-ssi, benarkan dugaan ku?" NamJoon mengalihkan tatapan tajam mata monolitnya kearahku.
"Aku yang mengusulkannya. Jangan lupa kan aku juga dok, aku yang belum bisa melakukan kewajibanku sepenuhnya sebagai istri. Maaf."
"Ahhh maafkan aku, aku terlalu keras pada kalian. Maaf aku lupa jika....." NamJoon mengantungkan kalimatnya.
Dia mengerti bahwa dia salah dalam hal ini. Tapi sebagai dokter, dia memang harus tau seluruh seluk beluk kesehatan ibu hamil dan segala kondisinya termasuk psikisnya.
"Haena-ssi, perlu kau ketahui kondisi psikis ibu berpengaruh pada kondisi bayi dalam kandungan. Jadi Hyung tolong jaga mood istri mu." Pemeriksaan ditutup dengan saran oleh dokter NamJoon.
"Baiklah dokter Namjoon, akan aku lakukan semua saran anda. Jadi sekarang berikan resepnya, kami akan pulang untuk persiapan acara sore ini."
"Hati-hati dijalan."
.
.
.
"Oppa, kalau boleh tau, kejadian apa yang dimaksud oleh Joon oppa?" Mobil SeokJin belum juga keluar area basemen parkiran gedung klinik NamJoon, kau sudah merubah air mukanya."Aku belum bisa menjawabnya sekarang Haena-yaa. Tolong beri aku waktu." Tolak SeokJin.
"Maaf oppa."
"Tidak, jangan minta maaf lagi. Aku pasti akan menceritakan semuanya suatu saat nanti." Janjinya
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO's Love Story
Hayran KurguHanya untuk menghindari hukuman dan melupakan mantan tunangan. Peristiwa perkosaan membuat hidup gadis yatim piatu pemilik toko roti berubah. Tuan pemilik mall tiba-tiba menjadikan dirinya istri untuk sebuah tanggung jawab. Kisah SeokJ...