4. Lamaran

549 34 0
                                    

Kedua insan itu telah berada di toko perhiasan. Haena hanya mengekor.
"Tuan Kim?" Sapa petugas toko yang sepertinya dihormati oleh yang lainnya. Mungkin managernya.

"Tuan Ji, maaf manganggu anda. Saya ingin mencari cincin pertunangan kami." SeokJin menoleh pada Haena yang tersenyum kaku.

"Silahkan ikuti saya tuan, nona."

Baru sekarang Haena masuk ke kedalaman toko perhiasan terbesar dan tersohor ini. Biasanya dia hanya melewatinya. Bahkan untuk masuk dan membeli tak pernah terpikirkannya.

Tuan Ji memperlihatkan begitu banyak model dengan berlian berbagai ukuran. Sangat anggun dan pasti mahal. SeokJin melirik Haena yang masih memperhatikan banyak model cincin.

"Kau mau yang mana?"

"Saya tak bisa memilih, silahkan anda yang memilihnya Seokjin-ssi." Jawabnya lirih. Tuan Ji mengerutkan dahinya. Dia merasa pasangan ini sedikit aneh.

"Bagaimana jika saya menyarankan 3 model, supaya anda tidak bingung nona?" Haena tersenyum sambil mengangguk.

Tuan Ji membawakan 3 buah model, tapi mata Haena tak bisa lepas dari sebuah cincin mungil yang simpel namun manis. SeokJin sepertinya menyadari itu. Dia ikut menatap pada spot yang ditatap Haena.
"Kau mau yang itu?" Pertanyaan SeokJin membuat tuan Ji mendekati cincin itu.

"Sepertinya dia akhirnya mendapatkan pemiliknya. Ini adalah model terakhir dari disainernya sebelum dia meninggal. Cincin yang mirip seperti milik istrinya."

"Baiklah, saya akan mengambil yang itu saja tuan Ji. Maaf merepotkan." Tuan Ji tersenyum, memberikan cincin itu rumah barunya. Kotak berwarna putih.

"Tuan Ji, sepertinya akan lebih bagus di jari calon istriku dari pada di kotak itu." Anggukan tuan Ji beriring memberikan cincin pada SeokJin.

"Haena-ssi, aku sungguh-sungguh dengan ucapan ku. Tolong beri aku kesempatan. Haena-ssi, sekali lagi maukah kau menjadi istriku?" Kali ini SeokJin berlutut sambil memegang cincin. Haena mengangguk. SeokJin menyematkan cincin mungil itu di jari manis Haena.

"Nona, selamat." Ucap tuan Ji. Senyum mengembang di wajah Haena.

SeokJin mengandeng ku keluar dari toko perhiasan menuju butik didekatnya. Tangannya benar-benar bertautan dengan tangan ku.

"SeokJin-ssi, bolehkah aku jadi diriku sendiri?"

"Maksud mu?"

"Kita tak perlu pergi ke butik. Aku bisa mematut sendiri diriku. Apakah tak apa jika kita tak harus ke butik?" Sebenarnya SeokJin tak yakin tapi dia meluluskan permintaan ku.

"Baiklah, berikan aku alamat mu jam tujuh malam ini aku akan menjemputmu di rumah mu."

SeokJin menurunkan ku didepan tokonya. Eunha menatap keluar toko kearah SeokJin yang membukakan pintu mobil untuk ku. Matanya membuatnya tak percaya.

Eunha ini adalah karyawan dan tetangga flat ku. Sepertinya kami senasib, Eunha juga hidup sendirian. Dibandingkan aku, Eunha setahun lebih dulu tinggal di flat itu. Tanpa sengaja kami bertemu saat rapat penghuni flat.

Perkenalan kami berakhir menjadi hubungan kerja saat Haena berencana membuka toko pastry nya. Ternyata Eunha menganggur setelah dia berhenti dari hotel tempatnya bekerja dulu, karena perusahaan outsourcing nya tidak lagi bekerja sama dengan hotel itu.

Eunha adalah chef pastry dan aku hanya seorang yang suka membuat kue dan belajar otodidak. Kami bertemu, dan bekerja sama membangun toko bersama. Uang hasil dari santunan kematian orang tuan ku, ku gunakan untuk bertahan hidup dan membuka toko impian yang akhirnya menjadi tempat kami mencari nafkah.

CEO's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang