Malam itu hanya ada kami berdua dirumahnya. Dua orang asing yang tak pernah saling mengenal berada dalam dinding yang sama. Suasananya pasti akan sangat aneh.
Dekorasi pernikahan akan di bongkar besok oleh wedding organizer. Aku masih di dapur untuk mengeringkan gelas kopi yang kami pakai tadi.
"Haena-ssi, jika itu sudah selesai maka kau istirahatlah." Tutur SeokJin yang telah berganti baju.
"Baiklah, apa boleh aku tidur di kamar tamu?" Hati SeokJin bersorak. Dia memang akan meminta untuk tidur dikamar tamu tapi dia juga ragu dengan keinginannya.
"Ohh oke, silahkan. Emm... haena-ssi, terima kasih untuk tidak mengadu pada ayah dan ibu juga terimakasih memberi ku kesempatan menebus kesalahanku."
Anggukan menjadi jawabku dalam diam. Aku sangat tau diri. Pernikahan ini bukan karena cinta hanya karena keterpaksaan. Aku pun tau bahwa pernikahan ini hanya formalitas yang saling menguntungkan. Aku akan mendapatkan nama keluarga untuk bayiku dan SeokJin terlepas dari jerat hukum dan desakan menikah orang tuanya. Hanya itu yang kuketahui.
"SeokJin-ssi, silahkan jika kau mau istirahat lebih dahulu. Aku harus menyelesaikan ini." Hanya tak ingin kecanggungan itu berlangsung lama. SeokJin memutar tubuhnya naik ke lantai atas. Kamar tamu berjumlah 3 kamar dan berderet di sisi kanan tangga. Sedangkan kamar SeokJin yang adalah kamar utama berada di sisi kiri tangga.
Aku bersyukur setidaknya malam ini akan berlalu sebentar lagi. Ku cari baju tidur yang ternyata tak ada di tempatnya. Begitu terkejut dengan kecerobohan sendiri, membuatku terduduk ditepi ranjang. Tak mungkin kupakai tidur gaun panjang ini, terlebih bagian perutnya sedikit ketat membuat tak nyaman.
Cukup lama aku menimbang. Akhirnya ku putuskan menelpon Eunha untuk membawakan koper yang telah kusiapkan sebelumnya yang kemungkinan besar lupa diturunkan oleh Eunha tadi.
30 menit berlalu, bel pintu berbunyi. Aku bergegas turun untuk membuka pintu.
"Eonni, maafkan aku, aku lupa." Eunha sendu."Terima kasih Eunha-yaa. Kau yang terbaik." Senyumku membuatnya ikut tersenyum. Ku melambaikan tangan pada Hoseok yang menunggu didalam mobil.
"Jadi kalian akan sekamar mulai malam ini?" Goda Eunha.
"Kau ini bisa saja, mana mungkin kami akan sekamar."
"Tapi kan kalian sudah menikah, sudah seharusnya kalian bersama."
"Pulanglah nona manis, sampai ketemu di toko besok. Bawalah mobil ku, tugas mu adalah mengantar ku pulang ke sini setelah tutup toko."
"Aku juga akan menjemput Eonni besok pagi." Kukuhnya.
"Jangan membual! Kau susah bangun pagi. Pergilah. Dokter Hoseok menunggu."
SeokJin yang ternyata berada di dapur mendengar seluruh percakapan mu kami. Hatinya bergetar. Dia mengakui jika aku berhati mulia. Aku tau diri dan tau menempatkan diri.
Aku sendiri sekarang sedang berdiri dengan kebingungan cara mengangkat koper hingga lantai atas. Koper ini lumayan berat bahkan untuk kondisi normal sekalipun. Tak ingin ku paksa diri untuk mengangkatnya sendiri dengan kondisi hamil muda seperti ini.
Satu cara terbersit dalam pikiranku untuk membuka koper itu dan akan mengangkutnya naik turun manual. Meminta bantuan pada SeokJin? Masih jauh dari pikiranku.
Aku menempatkan koper diatas meja lalu membukanya, mengangkat tumpukan baju pertama lalu kubawa naik. SeokJin yang sedari tadi memperhatikan, tersenyum kecil dari arah dapur. Dia menertawakan kegigihan dan harga diriku yang tinggi.
SeokJin mendekati koper yang terbuka lebar, kemudian menutupnya lagi. Dia mengangkat koper itu keatas, lalu mengetuk pintu dengan koper telah berada didekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO's Love Story
FanfictionHanya untuk menghindari hukuman dan melupakan mantan tunangan. Peristiwa perkosaan membuat hidup gadis yatim piatu pemilik toko roti berubah. Tuan pemilik mall tiba-tiba menjadikan dirinya istri untuk sebuah tanggung jawab. Kisah SeokJ...