Beberapa hari kemudian....
Hari ini pernikahan Eunha dan Hoseok. Kami sudah diarea gereja. Sesi foto sambil menunggu prosesi di mulai membuat ku bahagia. Momentum seperti ini belum pernah aku alami. Melihat Eunha banyak tertawa membuat ku turut bahagia.Panggilan persiapan untuk prosesi pernikahan membuat ku ikut membantu Eunha berdiri. Wanita hamil itu sudah mengeluhkan sakit pinggang sedari tadi. Aku hanya bisa tertawa.
"Belum seberapa Eunha-yaa." Jawab Go Eun sambil menggandeng Eunha keluar kamar persiapan.
Lonceng gereja telah berdentang, tanda prosesi akan di mulai. Aku berdiri di samping SeokJin untuk menyambut pengantin masuk ke ruangan pemberkatan. SeokJin menyeka air mata ku yang menetes karena bahagia.
Adik kecil ku menikah dan bahagia hari ini. SeokJin memberikan semangat pada Hoseok yang tegang berdiri menghadap Eunha yang berjalan masuk menuju altar. Prosesi pemberkatan pernikahan mereka berlangsung khidmat dan lancar.
"Oke, sekarang pengantin kita akan melemparkan bunga. Para gadis bersiaplah. Siap?! Satu! Dua! Tiga!" Suara pembawa acara memenuhi ruangan acara keluarga. Gadis-gadis lajang sudah berdiri bersiap menangkap lemparan bunga dari pengantin wanita.
Bunga yang dilempar Eunha sambil berbalik badan itu, terlempar tinggi dan mendarat kearah ku. Aku duduk sekitar 3 baris bangku dibelakang para gadis yang berdiri memasang gaya untuk bisa mendapat bunga itu.
SeokJin menertawakan wajah ku yang kaget mendapat bunga tanpa sebuah kesengajaan. Semua riuh melihat bunga itu mendarat tepat di tangan ku. Semua tertawa dan memberikan selamat pada ku yang masih bengong menatap SeokJin yang menikmati tawanya sendiri.
"Hyung, itu artinya kalian harus segera menggelar resepsi." Teriak Hoseok. Aku dan SeokJin hanya tersenyum.
SeokJin menjaga ku dengan ketat. Tangannya menggenggam tangan ku dengan erat. Dia tak ingin aku dibawa pergi lagi oleh siapapun, atau malah aku yang pergi lagi darinya.
"SeokJin, Haena tak akan kemana-mana. Lepaskan tangan mu itu. Haena tak bisa bergerak bebas." Saran ibu mertuaku yang melihat ku kesusahan menyantap puding.
"Aku tak ingin terjadi apa-apa lagi dengan istri ku." Jawab SeokJin tetap tak mau melepaskan tangannya. Semua orang yang duduk semeja dengan kami menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Jadi? Apakah Malta batal?" Tanya SeokJin yang disambut mata melotot Hoseok. Pria itu seolah takut menoleh sejenak pada istrinya.
"Siapa bilang?" Jawab enteng Eunha.
"Jadi?" SeokJin menuntut jawaban atas penasarannya.
"Diundur. Eommonim bilang akan menjaga anak kami jika kami pergi bulan madu tahun depan." Jawab Eunha tersenyum pada mertuanya.
"Wuahhh! Eomma, jaga putra kami juga kalau begitu tahun depan. Kami juga akan bulan madu." Pinta SeokJin.
"Tak akan ada yang pergi kemana pun tahun depan oppa." Aku menolak keinginan SeokJin.
"Shiro?" Wajah imut SeokJin menatap ku penuh tanda tanya.
"Aku akan sibuk dengan anak kita dan toko. Bulan madunya nanti saja jika sudah ada waktu." Jawab ku yamg disertai ledekan Hoseok.
"Tapi aku juga ingin menghabiskan waktu berdua dengan mu." Rengek SeokJin. Membuat yang lainnya menggeleng tersenyum.
"Sepertinya tahun depan eommonim akan lebih sibuk dari biasanya." Hyerin menambahkan pendapatnya sambil menahan senyuman.
"Tahun depan aku memang sangat sibuk, aku akan diberikan seorang cucu lagi." Ibu SeokJin tertawa bangga. Membuat yang lainnya ikut tertawa.
"Bukan satu Eomma, tapi dua." Jawab Hyerin kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO's Love Story
FanfictionHanya untuk menghindari hukuman dan melupakan mantan tunangan. Peristiwa perkosaan membuat hidup gadis yatim piatu pemilik toko roti berubah. Tuan pemilik mall tiba-tiba menjadikan dirinya istri untuk sebuah tanggung jawab. Kisah SeokJ...