22|Mesin Minuman

15.6K 1.9K 55
                                    

"It's so excruciating to see you low,
Just wanna lift you up and not let you go."

Afterglow - Taylor Swift

Hana memperhatikan bayi kecil mungil yang ada di tempat tidur bayi, bergerak-gerak dengan lucunya dan menggerakkan kelopak mata perlahan walaupun belum bisa melihat sepenuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana memperhatikan bayi kecil mungil yang ada di tempat tidur bayi, bergerak-gerak dengan lucunya dan menggerakkan kelopak mata perlahan walaupun belum bisa melihat sepenuhnya. Gadis yang masih mengenakan pakaian kantor itu menaruh kelingking di dekat jari, kemudian digenggam cukup erat oleh sang bayi. Gerakan kecil itu entah kenapa membuat Hana sangat senang.

"Belum Gendhis kasih nama?" tanya Hana. Gendhis yang terbaring di tempat tidur tersenyum pada Hana. "Belum, belum ketemu yang cocok. Aku ingin nama yang bawa kebahagiaan untukku dan untuk dia nantinya."

Gadis itu memikirkannya sejenak, lalu bergumam, "Kou."

"Kou?" tanya Gendhis.

Hana mengeluarkan catatan dan pulpen dari tasnya, lalu menuliskan satu huruf kanji 校 dan menyerahkannya pada Gendhis. "Kebahagiaan, keberuntungan, dan harta. Kou."

Gendhis terlihat senang untuk beberapa saat, sebelum raut wajahnya jatuh dan mulai menangis dalam diam. Hana yang bingung mencoba menenangkannya dan mengatakan bahwa itu hanya usulan, tidak perlu terlalu dipikirkan.

Namun, Gendhis menggelengkan kepalanya sebelum berkata, "Aku suka nama yang kamu kasih, itu nama yang bagus. Tapi, aku gak bisa kasih dia nama keluargaku, orang tuaku mengecam keras sewaktu mereka usir aku dari rumah."

Hana menghampiri Gendhis dan membiarkan wanita itu menangis sembari mengusap bahunya. Gadis itu tidak benar-benar tahu apa yang terjadi pada Gendhis, tetapi yang pasti kehamilan Gendhis adalah penyebab perceraiannya juga alasan dia diasingkan oleh keluarganya.

Mungkin Gendhis selingkuh?

Pertanyaan di benak Hana memunculkan bayangan seseorang yang segera ditepisnya, kebetulan seperti itu tidak pernah ada. Setelah beberapa saat, Gendhis lebih tenang dan Hana membantunya minum. Gendhis berterima kasih pada Hana dan lanjut berbaring, menatap langit-langit.

"Kamu gak marah sama aku, Hana?" tanya Gendhis sambil menghapus air matanya dengan tisu. Hana mengerjap beberapa kali, lalu bertanya karena tidak mengerti maksud Gendhis. Gendhis tersenyum kecil, kemudian menjelaskan, "Tante Alta cerita Arthur kena serangan panik setelah dengar jantungku berhenti beberapa saat."

Seperti dini hari tadi, jantung Hana mulai berdebum keras. Tetapi, kali ini Hana berhasil mengatur napas dengan baik dan menghitung geometri dalam kepalanya untuk mengalihkan rasa cemasnya. Gadis itu mengembuskan napas perlahan, lalu membalas senyum dan menjawab pertanyaan Gendhis, "Saya milih percaya sama Arthur untuk gak berpaling ke Gendhis ... dan takut akan luka yang belum pasti terjadi itu, jika dipikir-pikir lagi kedengarannya gak masuk akal."

Senyum Gendhis merekah, sepertinya wanita di depan Hana itu merasa lebih tenang setelah mendengar penuturan Hana. Mereka berbincang mengenai perencanaan pernikahan Hana dan Arthur, juga Hana yang bercerita sedikit mengenai kejadian kemarin, tentang Hana yang tidak ingin membuang banyak uang untuk resepsi. Hal itu membuat Gendhis tertawa kecil, kemudian menggelengkan kepalanya perlahan.

Jam Tangan Milik Arthur ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang