2|Champagne

40.5K 4K 187
                                    

"I like to push my luck. So take my hand, let's take a drive. I've been livin' in the future, hopin' I might see you sooner."

Let's Fall in Love for the Night - FINNEAS

Arthur mengecek ulang playtime yang dimilikinya pagi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arthur mengecek ulang playtime yang dimilikinya pagi itu. Tiga belas jam untuk game yang baru ia unduh kemarin. eShop yang sedang diskon besar-besaran karena musim panas membuat Arthur hampir kalap. Setelah mengunduh tujuh game, Arthur murung. Baru ingat dirinya belum menuntaskan game yang dibelinya dua minggu lalu.

Baru saja akan mengambil pro controller miliknya, suara bel apartemen Arthur berbunyi. "Mama tau kamu lagi main game, gak usah pura-pura lagi keluar."

Terdengar sayup suara ibunya dari balik pintu, Arthur meringis dan terpaksa membukakan pintu. Terlihat ibunya berpakaian sangat rapi, membawa tas di lengan kiri dan map di tangan kanannya. Setelah mendorong map tersebut ke dada Arthur, Alta berjalan masuk mendahului Arthur. Ketika pria itu berbalik, ibunya sudah  memegang pro controller miliknya dan melihat kumpulan game yang dimiliki Arthur. "Kenapa beli ini? Seri DbD yang baru tadi pagi udah ada."

"Serius, Ma?" tanya Arthur lalu menggeram dan menampar jidatnya sendiri. Ia menghampiri dan duduk di samping ibunya, lalu membuka map yang diberikan Alta sebelumnya. Di dalamnya terlihat ada profil seorang perempuan, hampir seperti curriculum vitae.

"Dulu satu kampus sama kamu, kamu udah mau lulus dan dia baru masuk, tapi memang beda jurusan," jelas Alta. "Mama udah buat janji untuk brunch."

Arthur memalingkan wajahnya dengan cepat ke arah ibunya itu. "Arthur belum ngeiyain."

Namun sejujurnya, Arthur tidak berniat menolak juga. Entah dari mana, tapi ibunya seperti tahu tipe perempuan yang menangkap mata Arthur. Meski begitu, setelah membaca kredensialnya Arthur merasa ada yang aneh. Wanita yang dikenalkan sebagai Hana itu diterima untuk bersekolah di law school ternama di New York, tetapi ditolaknya dan malah bekerja di kantor Arthur sebagai paralegal.

"Kenapa gak diambil, pasti LSAT susah banget," gumam Arthur.

"Gak liat itu beasiswa apa?" tanya ibunya dengan nada sarkastik.

Tuition scholarship, Arthur tahu itu, mungkin keluarganya bukan yang berkecukupan untuk membiayai kehidupannya di sana. Tetapi mengingat tersedianya pinjaman pelajar, seharusnya itu tidak masalah. Mungkin ada hal lainnya, tapi tetap saja. Mengingat dirinya sendiri yang harus merelakan pendidikan PhD karena keluarga, Arthur kurang lebih paham apa yang Hana rasakan. 

"Sayang," gumam Arthur lagi sembari terus membaca semua yang tertulis dalam lembaran-lembaran kertas itu.

Terdengar Alta yang tertawa ketika mendengar kata yang diucapkan Arthur. Ketika Arthur mendongak dan menatap ibunya yang masih tertawa, beliau mulai bicara, "Belum juga ketemu, udah panggil sayang-sayang. Kamu mandi, gih. Udah jam sembilan, Mama reservasi brunch di hotel jam sebelas. Habis mandi langsung pergi, ya!"

Jam Tangan Milik Arthur ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang