Semenjak kematian sang ayah tahun lalu, Arthur meninggalkan sekolah doktornya di London dan berkutat dalam keseharian sebagai penerus perusahaan milik kakeknya, Riezky Syah. Didahului oleh salah satu adik kembar ke pelaminan, Arthur membuat ibunya k...
"Those perfect edges hiding your imperfection. So what can I do to save you now?"
Out of This World - Lester Lam
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketika Arthur melihat Hana keluar dari kantornya, Arthur ingin menahan gadis itu dan memintanya untuk pulang bersama. Perasaan mengganjal aneh yang membuatnya ingin pulang lebih awal. Arthur membereskan barang-barangnya dan keluar dari kantornya, membuat Rubi terkejut karena tidak biasanya Arthur pulang tergesa-gesa.
"Kenapa, Arthur? Udah mau pulang? Buru-buru banget." Wanita itu menatap Arthur dari balik mejanya dengan alis yang bertautan, matanya seperti mencari jawaban di wajah Arthur. Namun, pria itu hanya meletakkan tangan di tengkuk dengan tidak nyaman dan sepasang matanya mencoba menghindari tatapan Rubi.
"Ada masalah sama Hana?"
Arthur menggelengkan kepalanya. "Aku cuma mau pulang cepat."
Rubi merapatkan kedua bibir lalu mengembuskan napas, kemudian mengambil salah satu folder tipis di antara tumpukan lain yang ada di mejanya. "Kalau gitu, aku nitip kasih ini ke bagian perpustakaan? Thanks."
Arthur mengambil berkas yang diberikan lalu mengacungkan jempol pada Rubi sebelum berjalan menuju lift menuju perpustakaan di lantai dasar. Tidak sampai lima menit Arthur sudah keluar dari sana yang langsung menuju ke arah lobi. Sekilas ia melihat wajah seorang pria yang ia kenal dari balik tanaman yang membatasi kursi-kursi lobi menjadi beberapa bilik. Baru saja akan menghampiri, suara Hana terdengar, "—kamu mau?"
"Aku juga gak tau, Hana. Tapi tolong, jangan pergi." Nada pria itu terdengar putus asa. Arthur baru tersadar bahwa Hana duduk membelakanginya. Rasa penasaran Arthur membuatnya memutuskan untuk duduk di kursi di belakang Hana yang terhalang tanaman. Jika pun Arthur harus memotong pembicaraan mereka, pria itu tidak tahu permasalahannya apa.
"Kamu gak bisa bilang ke kakak kamu setelah aku tunggu berbulan-bulan, bahkan sekarang kamu datang dengan keadaan kayak gini pun, kamu masih belum bilang ke Bu Gemma. Kamu minta aku tinggal, untuk apa, Vian?" tanya Hana pada pria di depannya.
Vian dan Gemma, Arthur mencoba mengingat-ingat nama itu. Lalu tersadar bahwa mereka anak dari teman dekat Alta dan Erky, juga bos dari tempat kerja Hana dulu. Dahinya mengerut mencoba memikirkan kenapa Vian sampai datang ke sini untuk mantan karyawannya. Apa dia mau Hana kembali lagi ke kantor Vian?
"Kasih aku waktu buat—"
Suara tawa Hana memotong perkataan Vian. Tawa itu tidak terdengar keras, justru sebaliknya, tetapi ada sesuatu dalam tawanya yang membuat kulit Arthur meremang. "Aku keluar dari kantor, Vian, untuk kamu ketika kamu janji kamu akan bilang ke Bu Gemma soal pertunangan kita seandainya kita gak satu kantor. Sekarang kamu ke sini setelah Bu Gemma ngenalin aku ke orang lain ... aku gak bisa terus ngalah untuk kamu."