18|Pamflet

17.7K 2.2K 69
                                    

"Now I know that you would always choose me again and again,
I will know the beauty in loving you."

I Don't Wanna Lose My Love - Echosmith

I Don't Wanna Lose My Love - Echosmith

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngelamun terus!"

Tersentak karena Puri tiba-tiba melambaikan tangan tepat di depan wajahnya, Hana melirik ke arah Puri yang tampak sebal, lalu Arthur yang terkekeh. "Maaf, maaf."

"Kenapa, sih? Kalau gak mood ketemu, bilang aja. Gak usah maksain dateng. Atau kalau mau berdua aja sama calon suami, aku pulang, deh," cerocos Puri, lalu memakan sepotong bayi gurita. Hana memutar bola matanya sembari mengambil satu iris sashimi salmon dan mencelupkannya di soyu dan mengunyah perlahan. "Bukan gitu, tadi—"

Tersadar apa yang hampir diucapkan, Hana tersedak potongan ikan yang sedang ditelannya. Arthur yang sedang memakan ramennya dengan tenang, menaruh sumpit dan segera mengambilkan gelas milik Hana, membantunya minum. Sudah merah sebelumnya karena malu, wajah Hana semakin gelap karena tidak bisa bernapas.

"Tadi apa?" tanya Puri begitu pernapasan Hana membaik. Hana hanya menggelengkan kepalanya, tidak ingin menjawab dan malah balik bertanya, "Kamu kapan berangkat lagi? Jangan bilang nanti nikahanku kamu gak dateng."

"Emang tanggalnya udah ada?"

Hana terdiam, benar perihal tanggal pun Hana belum membicarakannya dengan Arthur. Hanya pembicaraan 'dalam waktu dekat' yang entah kapan. Gadis itu hendak menjawab dengan sarkastis, tetapi Arthur mendahuluinya, "Tiga bulan lagi."

"Tiga bulan? Kok, gak bilang-bilang, Han? Udah dapet emang gedungnya?"

Baru tahu juga sedetik lalu, bilangnya gimana.

"Udah dikasih pilihan sama WO, tapi belum mutusin di mananya." Lagi-lagi Arthur menjawab santai, kemudian meneguk jus jeruknya. Puri menyipitkan kedua mata dan menatap Hana dengan saksama, atau dengan curiga.

"Ini kenapa yang lebih tau cowoknya, kamu gak bantu urus?" Kemudian Puri melanjutkan perkataannya dengan omelan untuk Hana yang terkesan tidak peduli, mengungkit perkataan Hana beberapa tahun lalu yang ingin menikah dengan datang ke KUA, ijab kabul, tanda tangan, lalu pulang.

Hana lupa memberi tahu Arthur mengenai itu, lebih tepatnya pembicaraan tersebut tidak pernah muncul di benak Hana saat bersama Arthur. Dia benar-benar tidak suka berada di kerumunan apalagi berdiri di hadapan ratusan orang. Ketika Arthur melamarnya pertama kali, karena senang, Hana mencari beberapa akun Instagram yang menayangkan tempat-tempat pernikahan dan langsung ditutupnya. Membayangkan dirinya berjalan di hadapan umum, menjadi pusat perhatian, dan diperhatikan selama berjam-jam terdengar seperti mimpi buruk. Kalau seminar mungkin lebih mudah, ada materi yang dihafalnya.

Puri meminta Hana mengurusi pernikahannya lebih serius—menjadi peran kakak perempuan pada umumnya—sebelum pamit karena pacarnya meminta diantar ke pesta kantor.

Jam Tangan Milik Arthur ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang