"There's a pain in my chest knowing I'll never get the best of you, the rest of you."
When You Kiss Me - Mags Duval
Jemari yang lentik itu memutar pulpen sementara tangan lainnya menahan dagu dengan punggung tangan. Jari tengahnya yang mengapit pulpen menekan tombol page down pada keyboard, membaca kalimat-kalimat itu dengan singkat. Sesaat mata gelapnya melihat melewati layar, ke arah kantor tertutup yang berdinding kaca. Pria itu ada di sana, terlihat berbicara dengan sekretarisnya, tersenyum dengan cerah.
Tiba-tiba pandangannya terhalang oleh seorang wanita yang berdiri di depan mejanya, wanita berumur 30-an yang telah menjadi rekan kerjanya selama dua tahun. "Na, buat kasus IPL dokumennya udah?"
Mengesampingkan rasa kesalnya, Hana mencoba tersenyum dan menunjuk tumpukan map dengan pulpennya lalu berkata, "Tolong bilangin juga ke Echa sama Pram, buat kasus GA sama ACB udah siap. Buat sengketa Vaikin, nitip bilang ke Raya ada beberapa dokumen yang harus diminta ke klien, list-nya udah ada di dalem, kalau itu udah lengkap paralegal lainnya seharusnya bisa bantu."
Dengan senyum sebagai tanda perhatiannya pada wanita itu berakhir, Hana kembali membaca dokumen pada layar laptopnya. Sesekali mencoret hasil cetak dokumen yang ada di mejanya, tetapi ia memperhatikan dari ujung mata rekan kerjanya tidak kunjung pergi, hanya berdiri di depan meja dan menatapnya. Cukup membuat Hana merasa tidak nyaman dan tidak bisa melanjutkan pekerjaannya jika diperhatikan di bawah mikroskop seperti itu.
Ia menyerah dan akhirnya mendongak menatap rekan kerjanya. "Ada yang mau ditanyain, Lan?"
"Aku gak kebayang kamu pergi nanti bakal gimana di sini." Lana mengatupkan bibirnya rapat dan menurunkan kedua bahu seperti baru saja mendengar dirinya kalah undian voucher liburan.
Hana menghela napas yang sebisa mungkin dibuatnya tidak kentara. Siku kirinya disandarkan di meja dan tangannya menopang rahang, wanita itu mencoba tersenyum manis pada Lana. Itu bukan pertanyaan, pikirnya.
Lana mengepakkan tumpukan folder ke meja beberapa kali lalu melanjutkan monolognya yang entah untuk didengar siapa, "Aku bakal kangen banget nanti kamu pergi, nanti gak ada yang nyeletuk dengan nada nyebelin lagi pas rapat. Gak ada paralegal yang ngerendahin associate lagi ... yang pasti gak ada yang meriksa brief aku lagi. Nanti pasti aku kena terus sama bu Gemma."
Entah seharusnya merasa kesal atau merasa tersanjung dengan pernyataan Lana, Hana berseloroh, "Everyone is replaceable, including me."
Mengakhiri perkataannya dengan kedipan, yang terpikir oleh Hana adalah Lana akan tertawa. Namun pada kenyataannya, mata wanita itu mulai berkaca-kaca yang kemudian ditatap Hana dengan bingung. Terpaksa Hana bangkit dari tempatnya dan menggenggam kedua bahu Lana, mencoba menenangkannya dengan mengatakan semua baik-baik saja hingga Lana mulai berkata di sela tangisnya, "Aku ngebayangin amukan bu Gemma begitu kamu keluar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Tangan Milik Arthur ✔
RomanceSemenjak kematian sang ayah tahun lalu, Arthur meninggalkan sekolah doktornya di London dan berkutat dalam keseharian sebagai penerus perusahaan milik kakeknya, Riezky Syah. Didahului oleh salah satu adik kembar ke pelaminan, Arthur membuat ibunya k...