Semua orang dalam ruangan itu tampak tidak nyaman. Bagaimana tidak, setelah hampir tiga tahun semua kekacauan itu terjadi dan semua orang hampir melupakannya, mereka dikumpulkan kembali untuk membaca tanggapan orang-orang dan menjawab pertanyaan untuk memori yang telah dikubur. Semua pertengkaran, tangisan, dan kemat—
"Kita yang masing-masing dihujat, semua biasa aja," tanggap Hana, wanita yang sedang mengandung anak kedua itu tampak santai memakan berondong jagung rasa karamel sementara tangan lainnya memegang ponsel dan membuka satu per satu komentar yang ada dalam kisahnya dan Arthur.
Sedihujat-hujatnya kalian gak ada yang diancem bakal disantet segala.
Mengabaikan perkataan sang narator hidupnya, Hana kembali berkomentar, "Bener, ya, ternyata. Aku cengeng banget." Arthur terlihat tidak nyaman dengan tanggapan Hana terhadap diri sendiri, ia mencoba menyanggah, "Enggak, Hana. Paling cuma berapa kali, sih."
Bab satu, sembilan, enam belas, dua puluh dua, dua puluh tujuh—
"Diem, Mee." Sentakkan Arthur diiringi oleh lemparan bantal sofa yang asalnya menyangga punggung. "Capek-capek aku bikin Hana biar lebih terbuka sama emosinya, nanti kalau dia balik emotionless lagi, gimana?"
Ya udah, langsung dijawab aja pertanyaannya. Capek banget urus kalian berdua dari dulu. Dari nanaqueen24 tanya 'Ada sekuel, Kak?'.
Agak sulit pertanyaannya, soalnya ceritanya bukan tentang hidupku. Arthur sama Hana mau ceritanya lanjut ditulis gak?
Hana tampak berpikir sejenak sedangkan Arthur sudah lebih dulu menggelengkan kepala. "Kenapa Arthur gak mau?" tanya Hana, sepertinya tidak lagi memikirkan pertanyaan yang dijukan kepada mereka.
Arthur meraih pipi Hana yang setengah menggembung akibat berondong jagung yang dimakannya, lalu mengusap pipi istrinya sambil berkata, "Dia nulisnya gak realistis. Gak ada narasi tentang luar biasa cantiknya kamu atau suara kamu yang merdu atau baik dan lembutnya—"
Kamu yang gak realistis. Lupakan ... selanjutnya, dari lalalalavirnrose tanya 'Biasanya nulis di jam berapa? Atau ada waktu favorit buat nulis?'.
Hmm ... pertanyaan bagus. Kebanyakan utuhnya cerita ditulis malam hari, tapi karena banyak bagian di cerita ini yang sebenarnya dari percakapanku di kehidupan nyata atau konklusi yang aku dapet dari satu kejadian, jadi kadang setengah bab bisa ditulis sewaktu di bawah pancuran kamar mandi.
"Bilang aja sewaktu di toilet dapet pencerahannya," ujar Arthur sambil terkekeh, yang kemudian dimarahi Hana karena dia sedang makan dan celotehan Arthur terdengar menjijikan.
Oke, sekuelnya nanti dibuat kalian cerai. Pertanyaan ketiga dari pembaca tanpa nama karena sudah tidak aktif akunnya, sayang sekali. Pertanyaannya 'Kak, kenapa Hananya dibuat punya penyakit MS? Apa ada back story-nya?'.
Kalau yang ini sejujurnya diluar rencana. Maksudnya memang dalam plot awal, Hana akan sakit, tapi belum dipastiin yang sesuai sama plot itu apa, bisa jadi kanker, gagal ginjal, diabetes, atau yang lainnya. Nah, selagi nulis aku nonton House MD dan di serial TV itu cukup sering disebutin soal MS, sehabis itu aku riset dan riset, akhirnya terpilih penyakit itu hahahah
Dua orang lainnya yang ada dalam ruangan menatap kreator mereka dengan tatapan marah, kemudian keduanya berkata bersamaan, "Dasar kreator kurang ajar."
Kan, aku udah minta maaf, astaga! Ehem ... pertanyaan terakhir untuk aku dari alkalinewater_, 'Dapat merangkai cerita kompleks dengan detail seperti ini melalui riset atau pengalaman atau kisah orang lain?'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Tangan Milik Arthur ✔
RomanceSemenjak kematian sang ayah tahun lalu, Arthur meninggalkan sekolah doktornya di London dan berkutat dalam keseharian sebagai penerus perusahaan milik kakeknya, Riezky Syah. Didahului oleh salah satu adik kembar ke pelaminan, Arthur membuat ibunya k...