"We were a fresh page on the desk,
Filling in the blanks as we go.
As if the streetlights pointed in,
an arrowheadleading us home.And I hope I never lose you,
Hope it never ends."Cornelia Street - Taylor Swift
Hana sudah membuka matanya sejak dua menit lalu, tetapi tubuhnya masih terbaring tidak bergerak di atas tempat tidur. Arthur yang beberapa menit lalu bangun lebih dulu, menarik lengannya dari sekeliling Hana dan berjalan menjauh, tidak lama Hana mendengar suara keran air dari balik pintu kaca kamar mandi kamarnya dan Arthur.
Kemudian Hana bangun dan duduk di tempat tidur masih dengan selimut menutupi sebagian tubuhnya. Dia melihat tempat yang ditiduri Arthur tadi, lalu tangannya meraih ponsel yang ada di nakas. Matanya melihat jam di tengah-tengah layar yang bertuliskan jam lima lebih sepuluh menit. Hana memijit-mijit pelipisnya karena perasaan bingung hinggap di kepala begitu dia sadar, lagi-lagi Hana dan Arthur tidak bercinta malam ini.
Jika yang dibicarakan mereka sebelum menikah direalisasikan, Arthur dan Hana tidak akan melakukannya di malam ketika mereka akan kerja keesokan paginya. Namun, jika Arthur tidak melakukannya kemarin malam, berarti mereka baru akan melakukannya akhir minggu ini. Saat Hana menanyakannya tadi malam setelah mereka selesai membereskan barang-barang Hana, Arthur hanya menyuruh Hana istirahat karena mereka harus bekerja besok. Apa karena Hana menolak melakukannya di malam pertama mereka? Atau karena penolakan Hana itu, Arthur jadi tidak berniat lagi menyentuh Hana? Atau Arthur masih marah akibat ciumannya di kamar mandi hotel?
Hana menggeram sambil merutuki dirinya sendiri dalam hati, kenapa DNA miliknya tidak memberikan pengetahuan atau insting alami untuk hal seperti ini karena kalkulasi Hana yang biasa dipakainya tidak bisa sampai ke sana. Dia sama sekali tidak mengerti.
"Hana kenapa? Kamu sakit?"
Terdengar suara cemas Arthur dari sisi lain tempat tidur, Hana sendiri tidak sadar suara keran sudah berhenti maupun suara pintu kamar mandi yang terbuka. Hana melihat Arthur yang masih memakai baju tidur dan handuk yang dikalungkan di leher, sepasang mata itu terlihat risau. "Enggak. Aku ... aku ke kamar mandi dulu."
Buru-buru Hana masuk ke dalam kamar mandi, mencoba meyakinkan diri sambil melihat sikat gigi miliknya dan Arthur dalam dua cangkir yang bersebelahan. Ini rumahnya sekarang, kehidupan barunya, dan Hana harus kembali ke kantor seakan tidak ada yang berubah darinya. Kemudian pandangan Hana sampai di jari manisnya yang dilingkari sebuah cincin.
Mana bisa?
Hana mengatur napasnya, seharusnya langkah terbesar dari hubungannya dengan Arthur adalah hari pernikahan mereka dan Hana dapat melalui itu meski hal yang tidak diduganya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Tangan Milik Arthur ✔
RomanceSemenjak kematian sang ayah tahun lalu, Arthur meninggalkan sekolah doktornya di London dan berkutat dalam keseharian sebagai penerus perusahaan milik kakeknya, Riezky Syah. Didahului oleh salah satu adik kembar ke pelaminan, Arthur membuat ibunya k...