31|Gorden

14K 1.7K 59
                                    

"Those Windermere peaks look like a perfect place to cry.
I'm setting off, but not without my muse.
No, not without you."

the lakes - Taylor Swift

Arthur menutup pintu kamar mandi di belakangnya, kemudian berbalik, menatap Hana yang sudah menggerai kembali rambutnya dan memakai gaun santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arthur menutup pintu kamar mandi di belakangnya, kemudian berbalik, menatap Hana yang sudah menggerai kembali rambutnya dan memakai gaun santai. Hana terlihat sangat cantik saat mengenakan gaun pengantin dan Arthur belum sempat mengatakan itu maupun mengapresiasinya, berkat kekacauan hari ini.

Wanita yang baru menjadi istrinya itu tidak mengatakan apa pun sejak selesai menghapus riasan, mandi, dan berganti baju setibanya mereka di hotel. Arthur sendiri tidak tahu harus mengatakan apa, kejadian hari ini membuat Arthur penat untuk orang yang tidak terlibat langsung dan Arthur tidak bisa membayangkan pikiran apa yang bergelut dalam kepala Hana.

Malam sudah cukup larut ketika Arthur berjalan menuju sofa yang diduduki Hana dan menaruh handuk yang tadinya berkalung di leher ke sandaran tangan. "Kamu belum makan, Hana."

"Aku gak bisa hari ini, Arthur."

Arthur mengerutkan dahi, tidak mengerti apa yang dimaksudkan Hana. "Gak bisa?" tanyanya.

"I don't want to have sex today," gumam Hana dan Arthur hampir tersedak udara yang dihirupnya. Dari semua pikiran yang mungkin ada kepala Hana, Arthur tidak menyangka hal tersebut yang justru diutarakan Hana. "Maaf."

Lanjutan kalimat Hana membuat Arthur tersenyum. "We won't be having sex, but making love. Dan setelah kejadian hari ini, aku gak nyangka kamu masih sempat kepikiran itu."

Hana tidak menanggapi lagi perkataan Arthur, entah apa yang dirasakan Hana sekarang ketika permasalahan satu itu telah terpecahkan. "Kita pesan makanan aja, gimana?"

Wanita di sampingnya mengangguk, kemudian Arthur menuju ke telepon yang berada di meja kerja, berseberangan dari tempatnya dan Hana duduk. Ketika baru saja mengangkat gagang telepon, Arthur menatap Hana yang berpindah ke tempat tidur berukuran king. Wanita itu lalu menatap tombol yang tertanam di samping tempat tidur. Arthur tersenyum ketika Hana tampak sedikit terkejut setelah menekan salah satu tombol dan gorden di kamar mereka terbuka semakin lebar, menunjukkan pemandangan kota Bandung di malam hari dari lantai 17.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Arthur, memotong kesenangan Hana yang terus membuka-tutup gorden seperti anak kecil yang menemukan mainan baru. "Steik."

"Selamat malam, The 18th, ada yang bisa dibantu?" tanya suara di seberang telepon. Arthur melihat ponselnya yang sudah terbuka menu dari restoran di hotel itu, lalu memesankan Hana black angus tenderloin dengan saus smoke barbecue sementara Arthur memesan salmon juga dua iced cappuccino untuk mereka berdua.

Jam Tangan Milik Arthur ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang